About this blog..

Total Tayangan Halaman

Menu

10/24/2014

Nutrisi untuk kesehatan pencernaan anda...



Umpat promosi produk herbal, semoga bermanfaat utk kesehatan pencernaan kekawanan, yg tiap hari selalu makan, dan belum tentu makan yg aman
HDI Clover Honey adalah produk High-Desert yang mengandung madu murni dan diolah secara alami sehingga dapat memberikan manfaat optimal bagi kesehatan.

HDI Clover Honey memiliki berbagai manfaat bagi kesehatan yang telah dibuktikan secara ilmiah. Manfaat-manfaat itu adalah:
Membantu menjaga kesehatan sistem pencernaan, seperti:
-Mengatasi konstipasi/sembelit.
-Membantu mengatasi luka (tukak) pada lambung.
-Meningkatkan penyerapan nutrisi, salah satunya kalsium.
-Menjaga keseimbangan bakteri menguntungkan dan menghambat bakteri merugikan yang dapat menyebabkan tukak lambung.
-Sebagai sumber energi yang baik. HDI Clover Honey mengandung fruktosa dan glukosa yang mudah diubah tubuh menjadi energi.
-Sebagai pengganti gula yang aman sehingga baik bagi penderita diabetes. Pengaruh HDI Clover Honey terhadap kenaikan gula darah relatif lebih rendah dibandingkan gula biasa.
-Memiliki sifat mukolitik (mengencerkan dahak) sehingga baik untuk sistem pernafasan.
Membantu menyembuhkan luka berair atau bernanah karena HDI Clover Honey memiliki sifat higroskopis (menarik air).

HDI clover honey (produk diatas) bukan sembarang madu biasa, telah saya buktikan sendiri khasiatnya, dan telah saya teliti bukti2 keilmiahannya
Banyak jurnal2 ilmiah yg menyatakan khasiatnya, dan banyak pengakuan dari para dokter terhadap khasiatnya, bahkan tiga generasi presiden AS (sejak Nancy reagan-Bill Clinton) memakai produk ini setiap hari, silahkan dicek


*) Basil C Nzeako and Faiza Al-Namaani. The Antibacterial Activity of Honey on Helicobacter Pylori. Sultan Qaboos Univ Med J. Dec 2006; 6(2): 71–76.. Penelitian ini menunjukkan kemampuan produk ini dlm mengatasi H. Pylori penyebab tukak lambung. Keluarga saya kemaren nyeri ulu hati setelah makan gangan asam, lalu saya minumkan, beberapa jam, nyerinya hilang.

*) Ladas SD, Raptis SA. Honey, fructose absorption, and the laxative effect. Nutrition. 1999 Jul-Aug;15(7-8):591-2. Coba baca, madu dlm halnya produk diatas mampu mengatasi konstipasi karena efect laksatifnya. Serius, saya buktikan sendiri, pas susah BAB, minum, langsung lancar, bujurann..

*) Kajiwara S1, Gandhi H, Ustunol Z. Effect of honey on the growth of and acid production by human intestinal Bifidobacterium spp.: an in vitro comparison with commercial oligosaccharides and inulin. J Food Prot. 2002 Jan;65(1):214-8. Jurnal ini menjelaskan manfaat madu dlm meningkatkan bakteri bifido, yg sangat penting dlm menjaga kesehatan pencernaan

*) dan aman bg penderita diabetes sebagai pengganti gula minuman ---> Akhtar MS, Khan MS. Glycaemic responses to three different honeys given to normal and alloxan-diabetic rabbits. J Pak Med Assoc. 1989 Apr;39(4):107-13.
Misalnya madu biasa kd bakalan bisa seperti itu, HDI Clover honey ini berasal dr bunga clover yg dinyatakan sebagai madu terbaik oleh peternah lebah sedunia. Rasa enak dan teksturnya memang beda
Oh ya, produk lain jg ada, buat kecantikan, keremajaan kulit, anti aging, imunitas dll. Sama, dr produk perlebahan juga. Dan yg terakhir, inilah dalilnya , " Dari perut lebah itu keluar minuman yg bermacam2 warnanya, didalamnya terdapat obat yg menyembuhkan bg manusia. Sesungguhnya pd demikian itu benar2 terdapat tanda bg org2 yg memikirkannya" (An-Nahl ayat 69)
nah, jd, misalnya ada kekawanan/keluarga yg bermasalah dgn kesehatan pencernaan bs membeli produk ini dgn saya. Harganya Rp 232.000. Beratnya satu toples 0,5 kg. Semoga sehat. CP: 087814730748 (Nizar)
silahkan lihat di youtube https://www.youtube.com/watch?v=a8oPd-ytOIQ oleh Guru besar Farmakologi USU . Prof. DR. Aznan Lelo, Ph.D, Sp.FK
  

9/11/2014

Struktur Asisten Dosen Fisiologi FK UNLAM 2014/2015

Selamat kepada teman2 2013 yang baru bergabung, berdasarkan hasil rekomendasi dokter penanggung jawab Fisiologi FK UNLAM di bawah ini langsung saja akan saya cantumkan nama2 yg terpilih (cuma 5 org) dan tugas2 kalian selanjutnya (beserta kawan2 asisten lain jg). Mohon jangan bersedih hati bg yang tdk terpilih, masih banyak kesempatan ngasdos di bagian lain pd semester selanjutnya. *Oh iya, sebelumnya, mohon jgn suudzan kpd saya, hhe, saya sengaja bikin pengumuman di sini soalnya bingung mau ngasih info lewat mana 

Bismillah..

Koordinator Asisten Dosen Fisiologi: Muhammad Nizar
Sekretaris: Merlina PSPD 2013
Bendahara: Tamara PSPD 2013

PJ Asistensi (Senin ini, 15 September) & siklus perpindahan asdos/blok : Rizki Pratama PSPD 2013
PJ Laporan (Senin ini, 15 September): Dewi Anggini PSPD 2013
PJ Perlengkapan & Ruangan : Gusti Andhika PSPD 2013

PJ Pretest Postest Blok Respirasi : Nina Hartati
Anngota: , Sekar

PJ Pretest Postest Blok Kardio: Amal
Anggota: Alifatin

PJ Pretest Postest Blok Muskuloskeletal : Fransisca Anggraini
Anggota:    Annisa Utami 

PJ Pretest Postest Blok Neurosensris: Julia Kasab

PJ Praktikum Akbid: Denni Indra Maulana

PJ Praktikum PSKG: Hendi Saputra

*Beberapa tugas masih saya pikirkan. Besok Jum'at 12 September kita rapat koordinasi. Tunggu sms dari saya, dan utk PSPD 2013 yg baru direkrut mohon kirimkan ID line kalian (jika punya, klo belum segera bikin) ke nomor saya sekarang jg. Untuk sekretaris copas dan simpan artikel ini, bw besok pas rapat.

9/09/2014

Formulir Asisten Dosen Fisiologi

Formulir asdos fisio 2015/2016 bs dikumpulkan hr Sabtu, 19 September  2015 dengan saya atau  asdos fisio lain (konfirm dlu ke saya) atau jika tdk ketemu kirim ke e-mail wannafree14@yahoo.co.id maksimal jam 9 malam. Tentu saja, Fisio tdk menerima percabangan asdos, jika sdh diterima di bagian lain kami tdk toleransi untuk merekrut. 2 Minggu lagi sudah asistensi, jadi seleksinya minggu depan, insya Allah.

*Fotocopy transkrip akademik jika tdk ada bs diganti dgn melampirkan fotocopy KHS semester 1 & 2. Jika kirim via email, tolong di scan/di capture dgn jelas.

Seleksi: wawancara, tes tertulis/lisan (wawasan fisiologi)

Pertanyaan? 087814730748 (Nizar), lbh bagus lg via WA/LINE.


7/14/2014

Man Of The World

Foto yang kalian lihat adalah foto ayah saya. Drs. H. Bahruddin, M.Pd.I ketua Dewan Pengawas Departemen Agama Banjarmasin. Akhir2 ini saya cukup mengkhawatirkannya, terutama kesehatannya. Sepekan yang lalu beliau didiagnosis menderita kanker nasofaring. Kanker terganas di bidang THT, yang kalo menurut teori di buku sih survival ratenya 5 tahun. Saya sih berharap bukan demikian, semoga beliau dipanjangkan umur hingga menjumpai saya ketika lulus menjadi dokter, punya istri yang pas, dan menjadi da’i muda penerus keluarga. Bahkan saya sangat berharap nanti bisa mengajak beliau ke Mesir atau Yaman untuk berdiam disana selama saya berjuang menuntut ilmu agama.

Kali ini saya ingin menuliskan tentang ayahanda. Bukan apa2, hanya saja, semoga tulisan saya ini nanti bisa mengingatkan saya betapa berharganya punya seorang pemimpin keluarga yang bijaksana. Ayahanda, sosok disiplin dalam agama. Pemimpin keluarga yang sangat bertanggung jawab. Seorang pejuang dakwah yang bergerak dibalik layar. Saya pribadi sangat menghormatinya. Sejak kecil beliau adalah panutan saya dalam berpijak. Sebagai seorang lelaki sejati dan imam keluarga beliau merupakan teladan saya. Tentu saja Rasulullah SAW adalah uswatun hasanah (mohon jgn berpikiran macam2), tapi bagi seorang anak, keberadaan seorang ayah menjadi lebih berarti dalam kehidupannya, apalagi masa silamnya.

Orang bilang saya sekarang sangat mirip dengan ayah. Bahkan sampai kehidupan kami pun cukup mirip. Gaya berpikir, penampilan, karisma dan ketampanan (ya elah.. hhah). Just kidding fren.. Kenapa seperti itu? Entahlah, dari kecil saya sangat ingin mencontoh ayah dan membuktikan padanya bahwa saya lebih hebat darinya. Namun sampai sekarang entah kenapa saya belum bisa2 menggapainya, ujung2nya saya seolah prototype yang gagal, hha. Bayangkan, ayahanda ketika menjadi pemimpin keluarga bisa menjadi apa saja (multi talent), beliau bisa jadi montir, tukang listrik, tukang kayu, mekanik, pokoknya serba bisa. Belum lagi keilmuannya di bidang agama, meski saya pikir keilmuan saya lebih maju di masa sekarang, hhe (soalnya dlu beliau jarang ketemu masalah khilafiyah umat), tapi utk beberapa hal saya rasa beliau jauh lebih expert. Yang paling membuat saya kagum adalah kedisiplinannya dalam beribadah dan semangatnya utk meramaikan dakwah Islam kepada kawan2nya di Departemen Agama.

Beliau sangat disiplin dalam menjaga waktu shalat berjama’ah. Sejak saya akil baligh hingga sekarang hampir 100% beliau selalu shalat berjama’ah di mesjid atau mushola. Jika kawan2 kebetulan singgah di Mesjid Al-Mu’minin Komplek Kenanga (rumah saya) kawan2 bisa bertemu ayahanda yang sering sekali menjadi imam shalat jama’ah disana, (kecuali jika beliau berhalangan). Makanya sering sekali saya dibuat takjub oleh perbuatannya. Beliau mencontohkan, bukan memerintah. Seperti itulah seharusnya sosok seorang ayah, TALK LESS DO MORE! Asseek… Dalam hal ini sangat berbeda jauh dengan saya, yang banyak bicara tapi sedikit melakukan, ahh.. Maaf kawan…

Tahukah kawan, dulu sebelum masuk Universitas Islam, ayahanda punya kehidupan yang mirip dengan saya. Dua tahun sebelumnya beliau kuliah di jurusan Bahasa Inggris. Bedanya, jika saya seolah2 ditakdirkan setelah 2 tahun pindah ke kedokteran, beliau bermasalah di perkuliahan karena permasalahan keuangan. Ya.. beliau kuliah sambil kerja. Selama dua tahun dia berusaha mencari nafkah sebagai sopir angkot, beternak ayam, hingga membuka bengkel kecil2an. Hal itu beliau lakukan karena ingin membantu keluarga & empat orang adiknya yang basicnya kurang mampu.

Kehidupan percintaan, hhe. Biar saya ceritakan sedikit. Konon katanya kisah cinta ayahanda dan ibunda mirip kaya sinetron layar lebar, Wuih… Salahlah orang mengira bahwa cinta itu datang karena pergaulan yang lama dan rayuan yang terus menerus. Cinta adalah tunas perasaan, dan jika tunas ini tumbuh sesaat, ia tak lagi tumbuh bertahun2 atau bahkan dari generasi ke generasi. Seperti itulah kedua pasangan itu, mereka yang bertemu sekian waktu telah menghadirkan ikatan yang kuat. Ikatan yang bahkan tak lekang oleh hambatan perjodohan. Iya.. Perjodohan?

Ibunda yang sama2 berada di Universitas Islam dengan ayah dulunya juga berasal dari keluarga kurang mampu. Penuh perjuangan membantu keluarga & empat orang adiknya (sama kan? aneh ya..). Yang namanya jodoh tidak bisa ditebak, “Laki2 yg baik utk wanita yg baik, dan sebaliknya”, sepertinya suratan jodoh memang akan seperti itu. Niat ibunda ingin memberikan kehidupan yang layak utk adik2nya, makanya ia rela dijodohkan dengan lelaki yang cukup kaya. Hanya saja, waktu itu ayah sudah terlanjur memendam rasa, maka ia memperjuangkan, tak peduli halau rintangan. Alhasil, berbagai macam trik ia lakukan (yang tak perlu saya kisahkan disini) dan Eureka! luluhlah hati sang ibunda. Terkagum dengan usahanya yang serius utk menjadi imam keluarga. Cieee.. Plok! Plok! Plok!

Kriteria ayah terhadap seorang wanita saya rasa cukup ideal, tidak berbelit dan simpel. Beliau bilang carilah wanita dari universitas Islam, bersifat qona’ah, dan bisa memasak. Nah, simpel bukan? Saya pikir kriteria itu nantinya bisa dipakai kembali. Rencananya sih saya maunya nanti nyari pasangan di Universitas Al-Azhar, Mesir atau Universitas Al-Ahgaff, Yaman. Wah.. berat ya? Hhaha, tapi tidak mutlak begitu, setidaknya wanita tersebut cukup taulah tentang agama, dan yang paling penting bisa ngaji. Klo sifat qona’ah saya rasa bisa diketahui dari latar belakang keluarganya. Untuk keluarga yang hidupnya sedang2 aja, semoga nantinya rela terbiasa hidup dengan saya dikala senang & susah. Memasak? sebetulnya saya bisa saja masak sendiri, hanya saja kata seorang lelaki (tak sebut nama), rasa masakan seorang istri kadang mampu menggambarkan kasih sayangnya terhadap suami. Hmm.. Patut dicoba.

Dalam mendidik anak, ayah betul2 menunjukkan perannya. Ibunda bilang ayah membuat perjanjian dulu sewaktu saya kecil untuk perannya dikeluarga. Beliau rela dijadikan sosok antagonis (perspektif anak kecil) dan ibunda memainkan peran sebagai yang mengasihi dan menyayangi. Makanya waktu kecil saya cukup kesal dengan ayah karena sikapnya yang sangat tegas dan disiplin. Beliau tak pernah meladeni permintaan saya seperti membelikan mainan, robot2an, petasan dsb, dan saat bisa membelinya pun justru saya di ceramahi. Beliau juga tidak segan2 memukul saya jika saya tidak shalat atau berbuat nakal. Terlebih lagi, satu kali pun saya tak pernah dapat pujian darinya saat saya berprestasi, kecuali di bidang agama. Ya.. jika itu tentang agama beliau sangat senang, saya masih ingat pujiannya dulu ketika saya bisa membaca Al-Qur’an dengan baik. Sebaliknya, meski saya ranking 1 di satu Madrasah pun atau mendapat NEM tertinggi beliau hanya bilang utk tidak meremehkan masa depan. Ayahanda lah orang yang mendidik saya menjadi pribadi yang peduli terhadap agama. Beliau betul2 mencurahkan perhatiannya terhadap pendidikan agama. Beliau sekolahkan saya di pendidikan Al-Qur’an, tsanawiyah, bahkan beliau ingin sekali memasukkan saya dulu di Madrasah Aliyah dan Universitas Islam, tapi saya menolaknya, maafkan saya ayah..

Saat dewasa barulah saya sadar bahwa seorang ayah memang harus seperti itu. Ia mesti bersikap tegas layaknya komandan pasukan. Memberi hukuman terhadap kesalahan, dan memberi apresiasi untuk prestasi. Jika seorang anak tidak diperlakukan demikian, maka ia akan berubah menjadi pribadi manja dan tidak menaruh hormat pada pemimpinnya. Sebetulnya saya pun tau sebuah rahasia yang diceritakan ibunda. Meski tak diungkapkannya, seringkali ayah membanggakan saya dihadapan kawan2nya. Ia selalu mendukung saya dibelakang kala memasuki SMA (yang katanya SMA favorit di bjm), ia memuji saya saat berprestasi di ranking 10 besar, dan ia sangat bangga kala saya kuliah di kedokteran. Ibunda dan beberapa kawannya bilang seperti itu. Begitulah…, ada sesuatu yang lebih agung daripada yang diutarakan oleh mulut. Saya mengerti perasaannya, tanpa beliau katakan pun saya merasakan kasih sayangnya, kecenderungan hati, dan tumpuan harapannya. Karena pada dasarnya, saya mirip dengannya.

“Rabbighfir lii waliwalidayya warhamhumaa kamaa rabbayaanii saghiiro”. Rabbi, semoga selalu Engkau jaga ayahanda dan ibunda.

Saya sebetulnya tidak perlu bersedih hati dan khawatir, tersadar dibelahan bumi Palestina kian banyak orang menyaksikan keluarga tersayang dan karib kerabat mereka dibantai. Miris melihatnya, karena kali ini saya benar2 merasakan bagaimana hancurnya jiwa tatkala orang yang kita sayangi pergi. Lucunya, tidak ada yang bisa kita lakukan selain aksi solidaritas dan mendo’akan mereka. Termasuk saya, kadang saya berharap diberikan kekuatan Super Saiyya agar dengan satu tembakan “Kamehameha”, saya mampu meluluhlantakkan tanah2 musuh agama Allah. Atau setidaknya secara ilmiah saya diberikan petunjuk utk mengembangkan Virus Ebola lalu menjadikannya wabah di lingkungan mereka. Kejam banget bukan? Soalnya kali ini saya benar2 kesal. Laa hawla walaa quwwata illa billah, namun faktanya tiada daya dan upaya yg bisa saya lakukan sekarang sebagai tindakan nyata. Untuk sekarang, saya pikir kita harus lebih menghargai hidup, gunakan umur2 terakhir kita untuk tindakan nyata untuk dunia. Semoga di masa depan kita mampu memberikan solusi, bukan hanya janji.

Saya? sudah saya bilang akan fokus dlm menuntut ilmu syari’ah dan kedokteran. Berharap di kedua bidang ini nantinya saya berguna utk sesama. Seperti para ulama dulu membangkitkan semangat umat lewat dakwah mereka yang mulia. Seperti Ibnu Sina, yang memberikan terobosan2 di bidang medis. Selamatkan Palestina dan Negara Islam lainnya dengan segala usaha yg bisa kita lakukan sekarang! Jangan sia2 kan hidupmu kawan, karena hidup sangatlah berarti bagi orang2 yang mengerti..

-Malam minggu-

Diiringi instrument editan sendiri, “To the Hope”
http://www.4shared.com/mp3/z_UzbgXh/To_the_Hope.html

dan "We will not go down (GAZA)-Michael Heart"

4/19/2014

Darimana aku harus mulai?


Feeling my way through the darkness
Guided by a beating heart
I can't tell where the journey will end
But I know where to start

They tell me I'm too young to understand
They say I'm caught up in a dream
Life will pass me by if I don't open up my eyes
Well that's fine by me

Wake me up! (Avicii)  
              
                 Darimana kita harus mulai?
                Pemikiran yang sederhana, namun mengawali tiap lika-liku kehidupan. Yes fren, sudah semestinya pertanyaan ini berada di benak kita dikala ingin memulai sesuatu. Lebih-lebih dalam hal keimanan dan ketaqwaan.  Bahkan, Rasulullah pun mengajarkan kepada kita agar memulai sesuatu dengan sebaik-baiknya. Beliau bersabda "Setiap perkara (kehidupan) yang tidak dimulai dengan BISMILLAAHIR-RAHMAANIR-RAHIIM, maka dia akan terputus" (HR. Ibnu Hibban). Sedang, dalam riwayat lain dikatakan berkurang faedahnya. Nah, kita-kita disini, dalam tulisan ini, bukan hanya mengajak untuk mengucap bismillah (dengan nama Allah) tatkala memulai sesuatu. Namun juga, kami ingin kita semua berfikir saat mengawali sesuatu. Sederhana bukan sesuatu itu? Sesuatu banget…
               
                Tentunya, bukan sekedar berfikir. Cara berfikir yang kita inginkan haruslah cerdas, menyeluruh dan tajam. Karena seorang muslim yang menyadari bahwa dengan berfikir dan merenung secara mendalam di awal perbuatannya, niscaya dia akan dapat memahami kejadian yang ada dan mengambil pelajaran yang berguna dari apa yang ia pikirkan. Sebagaimana yang diterangkan Allah dalam firman-Nya, "Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka." (QS. Ali Imraan, 3: 190-191)

                Ayat diatas pun juga menerangkan bahwa orang-orang yang beriman adalah mereka yang berpikir, dan dengan akal, mereka mampu melihat hal-hal yang menakjubkan dari ciptaan Allah dan mengagungkan Kebesaran-Nya, bahkan mereka mampu membuktikan kebenarannya. Ini penting sobat, karena keimanan yang tidak dilandasi akal, atau hanya mengikuti nurani akan mudah rapuh dan goyah. Bilapun iman goyah tentu saja berdampak pada amaliah kita-kita. Contohnya, Kita akan mudah tergoda nafsu dikala kita tidak yakin Allah Maha Melihat. Kita juga begitu gampang saat menggunjing orang lain saat tak sedari bahwa Allah Maha Mendengar. Segala maksiat,dari yang kecil hingga dosa besar akan mudah dilakukan, bahkan terbiasakan. Karena kita lupa, Allah itu ada dan mengetahui apa-apa yang kita lakukan.
               
                So, kenapa tidak mulai berfikir “Apa yang diinginkan Sang Pencipta dariku di dunia?”, atau mencoba memikirkan hal yang lebih sederhana, “Kenapa aku memilih Islam?” Apa karena kita terlahir dari orang tua yang menganut Islam, ataukah pilihan kita didasari karena banyak teman-teman sekelas yang Islam, atau biar lebih romansa lagi, karena pasangan hidup kita muslim? Kita-kita berharap bukan itu yang mendasari pilihan tersebut. Karena oh karena.. begitu lemahnya pondasi keimanan kita bila hanya didasari dengan ikut-ikutan atau kekaguman. Yang kita-kita inginkan adalah keyakinan, sebuah keyakinan akan sebuah pilihan yang kelak dapat menghantarkan jiwa dan raga kembali keharibaan Sang Pencipta dengan penuh ridho-Nya. Sebuah keyakinan yang bisa menerangi jiwa-jiwa yang hampa. Satu keyakinan bermula, yang mengawali langkah kehidupan, yang juga bisa membimbing hati dalam ketenangan dan kan buat hati terjaga. Keyakinan itu akan buat kehidupan penuh bahagia lalu keberkahan akan turut menaunginya. Ya… Sebuah keyakinan terhadap keimanan.

                Lalu bagaimana menumbuhkan keyakinan itu sodara-sodara? tentu saja harus dengan berpikir. Mengambil ayat-ayat yang dipertontonkan Pencipta kita pada Alam Semesta, atau dengan membandingkan dengan segala kalam-Nya yang ditorehkan di Al-Qur’an. Contohnya: Dalam Al-Qur’an diterangkan penciptaan manusia, “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Suci lah Allah, Pencipta Yang Paling Baik.”(Al-Mu’minun: 12, 13, 14). Nah, tentunya kita di kedokteran tau betul bagaimana perkembangan embriologi manusia dari awal pembentukannya (kecuali bila dikau ga pernah lulus2 pretest/posttest, hhehe..). Dan kita bisa membandingkannya bukan? Kalam Allah di Al-Qur’an dan bukti yang ditunjukkan-Nya pada Alam Semesta.
            Nah, salah satu bukti ini menjadi pondasi dalam meyakinkan diri terhadap keimanan. Bersambung…



3/11/2014

COSTAE UNDERGROUND - What About Now?


                   Salam ledies en gentelmen, jumpa lagi dengan akika. Akika mau nanya nih cin.. Elo tau ga bahwa sebelum diri kita dilahirin di dunia, kita diciptakan dari ketiadaan? Eh, elo juga taukah bahwa kehidupan kita ini berlalu terlalu cepat, kita semakin tua dan lemah, dan lambat laun akan kehilangan ketampanan dan kecantikan kita? Juga, pernahkah elo khawatir bahwa bencana dari langit bisa saja datang tiba2 kala diri kita tertidur pulas, sehingga dalam beberapa detik saja, kita akan kehilangan semua yang kita miliki? Dan taukah elo cin.., bahwa malaikat maut bisa saja datang tiba-tiba memergoki kita dikala maksiat? dan tentunya ‘beliau’ bukan hanya sekedar sapa menyapa dan say good bay, kan? Aduhai, hai, hai… jika begitu, mengapa kita semakin terbelenggu dengan indahnya dunia yang demikian menipu juga sementara? Dan aduhai, hai, hai… kita malah terlupa dengan akhirat yang nian indahnya dan kekal abadi. Sedang, semua keindahannya disajikan kepada orang-orang bertaqwa juga meyakini dengan janji Pencipta.

                Cin, wajarlah bagi kita-kita untuk mencintai hal-hal berbau harta, tahta, wanita/pria. Dan juga wajar saja bila dikau merasa masih muda dan ingin mengeksplorasi dunia dengan penuh rasa dan suka-suka. Karena memang kesemuanya disediakan oleh sang Pencipta, Allah subhanahu wa ta’ala. Yang tujuannya untuk menguji kita-kita apakah layak mendapat posisi mukmin yang bertaqwa dan layak bermukim di tempat terindah milik-Nya, Surga. Yang tidak wajar bila dikau terlupa akan kesadaran bahwa hidup ini semata untuk sang Pencipta, dan hanya kepada Allah lah tujuan yang is the best  sepaaaaaaaanjang masa. Sesuai firman-Nya:

                “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga). Katakanlah: "Inginkah aku kabarkan kepadamu apa yang lebih baik dari yang demikian itu?" Untuk orang-orang yang bertakwa (kepada Allah), pada sisi Tuhan mereka ada surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Dan (mereka dikaruniai) istri-istri yang disucikan serta keridaan Allah. Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya”(Ali-Imran 14-15)

                Aduhai, hai, hai… sayang sekali jikalau dikau mengabaikan pertanyaan serta pemikiran diluar batas inspirasi ini deh cin, dan berkata, “Hidup ini singkat bo’, eyke kepingin nikmatinya ajah” atau “Kita di dunia ini cuma sekali, oleh karena itu bersenang-senanglah”. Bilapun dikau terbesit pemikiran menggoda itu, percayalah dengan akika, dikau akan menjalani hidup ini seolah dikau merasa takkan pernah mati. Hingga dikau akan lupa bahwa asoy-nya hidup yang semena-mena akan membawa petaka.

                Ingatlah cin, setiap kita diberikan akal untuk menentukan pilihan. Menuju kebaikan atau berakhir dengan keburukan. Menyambut datangnya cahaya (hidayah) atau membutakan mata dari berbagai peringatan. Maka saksikanlah ketika Allah berfirman, “Dan apakah Kami tidak memanjangkan umurmu dalam masa yang cukup untuk berpikir bagi orang yang mau berpikir, dan (apakah tidak) datang kepada kamu pemberi peringatan?” (Fathir: 35)

                Oleh karenanya cin, dengarlah nyanyian akika di penghujung cerita.. dimulai dari Am lalu ke Em

Shadows fill an empty heart, As light (love) is fading.
For all the things that we are, We are not saying.
Can we see beyond the scars, And make it to the dawn?
Baby, before it's too late, What about now?
What about today?
(Daughtry- What about now)


                Mari memulai lembaran putih dan mengakhiri pena hitam yang telah kita tuliskan di kertas kehidupan. Ayo memulai kebaikan dan mengakhiri keburukan selama ini. Dan bagaimana jika sekarang?

3/02/2014

Potongan Cerita Fauzi - Bahkan awan tak seteduh tatapannya

                SMA, seingat Fauzi umurnya saat itu jelang 18 tahun. Bulan itu adalah bulan yang penuh berkah, bulan yang selalu ditunggu-tunggu umat muslim. Bulan ketika Al-Qur’an dulu diturunkan untuk insan yang terbaik akhlaknya dan malam seribu bulan dihadirkan kepada orang-orang terpilih. Bulan dimana dosa-dosa manusia terampuni bila sungguh bertaubat, dan semua amalan dilipatgandakan nilainya. Maka semua manusia berlomba-lomba untuk mengejarnya, tak terabaikan pula diri Fauzi, ia menantikannya. Sungguh merindukannya..

                Sebuah anugerah atau cobaan, bulan itu.. cinta kembali hadir dan menyentuh selubung hati Fauzi. Cinta yang seperti cahaya, ditulis dengan tangan cahaya, terpatrikan diatas lembaran cahaya. Cahaya itu melenyapkan kabut memori Fauzi tentang keraguan hati. Tatkala banyak wanita yang dapat meminjam hati pria, Fauzi tidak semurah itu. Hanya sedikit yang memilikinya, ialah ibu dan keluarga terkasih kebanggaan Fauzi. Namun bulan itu.. seorang wanita merenggutnya. Membuat hidupnya, kesendiriannya, penuh dengan ingatan. Sebuah ingatan tentang janji yang terikat dan bahkan bila sekejap Fauzi berdiri, ia coba melakukannya sepenuh hati.

                Ramadhan, kira-kira akhir tahun 2009. Beberapa bulan setelah itu adalah akhir semester ganjil. Semester depan merupakan tantangan yang paling mendebarkan dikalangan siswa SMA. Ujian Nasional dan ujian tulis penentu masa depan bangku perkuliahan, SNMPTN. Sebelum akhir pekannya akan dipenuhi dengan ‘penganiayaan’, alias pengayaan belajar. Sebelum masa depannya akan dipertaruhkan dengan kerja keras dan do’a. Sebelum masa-masa itu, ia dan kawan-kawan rohisnya ingin menghabiskan akhir bulan Ramadhan itu dengan kegiatan yang asik dan penuh berkah. Tersebutlah “Pesantren Ramadhan Nasional”, momentum pertemuan Fauzi dengan wanita itu.

******
                 

                  Buka puasa bersama. Satu detik lalu, jantung dan hati Fauzi terbang tinggi. Ia mencoba bangun dari khayalnya. Tatkala didepannya muncul sosok wanita yang diidamkannya. Wanita itu membuat hati Fauzi meleleh. Ia layaknya surya yang menuntun bayang-bayang pepohonan. Menyinari kegelapan hati Fauzi tentang wanita zaman sekarang. Seakan tak percaya bila ada wanita seperti itu, dan benarlah pepatah lama, “dari mata turun ke hati”. Ia dengan jilbab syar’inya membekukan langkah kaki Fauzi. Dua insan dipertemukan untuk menemukan kebenaran tentang sudut lain dunia. Seseorang tak bisa berucap, namun wanita itu memahami. Ia membalas Fauzi dengan senyuman, sebentuk usapan kepada jiwa yang kosong, dan bahkan awan tak seteduh tatapannya saat itu.


                Dalam sunyi, Fauzi mencoba bersuara lirih, “Assalamu’alaikum..”. Lalu wanita itu dengan lembut membalasnya, “Wa’alaikumussalam, dari Banjarmasin ya?”. “eh, i..iya, dari Banjarmasin, kenapa?” ucap Fauzi kikuk. “Saya dari banjarbaru..” Lalu wanita itu pergi dengan tawanya yang manis bersama teman-temannya. Fauzi tak sempat mengucapkan beberapa patah kata lagi. Namun saat itu, jiwanya memahami arti dari frasa yang orang ucapkan selama ini, “lingkaran hati”. Sebuah siklus pertemuan rasa, bahkan tanpa harus mengungkapnya, ataupun mengenalnya. Fauzi tak tau bagaimana mengungkapkannya. Meskipun ia memahami rasa itu, ia takkan mampu menggapai maknanya dan selamanya akan samar terbungkus oleh kata dan takkan bisa tertera dengan pena. Fauzi mencoba menepis segala keraguannya, maka ia coba mencari informasi tentang wanita itu, nama lengkapnya, sekolahnya, dan dimana ia tinggal. Hingga cukuplah segala rasa penasaran Fauzi setelah mengetahui  dimana wanita itu berada. Sebuah SMA di kota Banjarbaru, yang terkenal dengan nuansa agamanya, asramanya, juga biayanya yang cukup tinggi. Dan betapa bahagianya ia saat mendapat info dari sahabat karib wanita itu, bahwa wanita itu.. masih jomblo.

*****
                Saat itu, keheningan berubah menjadi suasana menakjubkan. Disaat seluruh santri mencoba menunjukkan kemampuan diskusinya, wanita itu muncul dengan indahnya, mematahkan segala kesombongan santri lain. Dibalik keanggunannya, wanita itu sungguh cerdas. Ia dengan kemampuan bahasa Arabnya, tidak disangka membuat seluruh lelaki di auditorium takkan bisa memejamkan mata, sungguh memesona..  Fauzi tau dirinya bukanlah satu-satunya pria yang menyukai wanita itu. Maka benarlah kekhawatirannya kala mengetahui kawan karibnya sendiri juga menyimpan rasa terhadap wanita itu. Kawan yang juga ikut andil dalam pertemuan rohis se-indonesia itu. Maka dalam kesempatan itupun, pria yang akrab disapa Razi itu, mengeluarkan kemampuan diskusinya juga. Razi berdiskusi dengan wanita itu dengan penuh tawa, di hadapan seluruh penonton, dengan kemampuan bahasa arab yang mereka miliki.

                Razi, kawan sebangku Fauzi di kelas 2 SMA. Ia seorang siswa yang diakui Fauzi dalam hal pengetahuan agama. Meski dalam nilai pelajaran, ia kalah bersaing dengan Fauzi. Bila membahas persoalan agama, Fauzi begitu menghormatinya. Maka layaknya Ali ra, sahabat nabi yang mengalah memperjuangkan hati Fatimah, Fauzi pun demikian. Ia lebih memilih memendam rasa dan mempersilakan. Memilih untuk berdiri tegar, ketimbang memutus tali persahabatan. Terfikir oleh Fauzi saat itu, “Allah menjagaku rupanya..”.

                Sehingga berlalulah masa-masa itu, Razi dan wanita itu semakin dekat, sedang Fauzi kian berdiri di sudut maya. Mencoba terbangun dari mimpi buruknya.

*****
                Selang beberapa bulan, wanita itu menyapa Fauzi lewat pesan media sosial. Fauzi tersenyum sejenak, karena jauh dilubuk hatinya, masih terukir nama wanita itu. Ia menanyakan kabar Fauzi, bagaimana keadaannya, dan suasana sekolahnya yang mendekati ujian. Meski beberapa lama wanita itu menghilang keberadaannya, saat itu, Fauzi merasakan kehadirannya. Percakapan kedua insan itu kian memanjang, bahkan dalam dunia fatamorgana, pertemuan hati yang lama tak berjumpa akan selalu menyenangkan. Fauzi mencari cara untuk menanyakan hubungan wanita itu dengan Razi. Dan sirnalah kemelut jiwanya waktu wanita itu menuliskan, “Kami gak ada apa-apa, cuma temenan J..”

*****
                Hari itu, Fauzi takkan pernah melupakannya. Hari dimana kedua jiwa disatukan dalam ikatan janji. Fauzi dan wanita itu sama-sama diam menunggu yang lain untuk berbicara, namun bicara bukanlah satu-satunya cara untuk saling mengerti. Bukan hanya kata-kata yang keluar dari bibir dan lidah yang bisa menyatukan nurani. Keheningan menerangi jiwa mereka, bersama tiupan daun yang mengalir lembut, membawa ungkapan kata terasa diujung mata. Fauzi memberanikan diri dan bertanya, “Kalau sudah lulus SMA, kamu mau melanjutkan kemana?”

               
Wanita itu menghadap ke langit, lalu ia bilang, “Aku tidak tau zi, selama ini kubiarkan hidupku mengalir seperti air, biarlah takdir membawa asa dan citaku dalam pilihan yang terbaik, kalau kamu kemana?”. Fauzi terdiam sejenak. Kata-kata yang diucapkan wanita itu, memenjarakan Fauzi ditengah masa lalu dan masa depan. Seperti sebuah kapal yang menempatkan jangkarnya di tengah lautan. Kata-kata itu membangunkan tidur keremajaan Fauzi, dan menempatkan posisinya kelak berada di panggung dunia yang penuh pilihan. Fauzi tau bahwa wanita itu punya banyak talenta, meski ragu, ia ingin membuat wanita itu tidak bias terhadap harapan. Fauzi bilang, “Jika seperti itu, kamu akan bimbang dengan cita-citamu, kamu harus memilih, seperti aku, aku punya keinginan untuk menjadi dokter”. Wanita itu tersenyum, “Begitukah? kalau gitu, aku juga mau jadi dokter, hihihi..” ucapnya lembut.  “Loh, kok bisa? cepet banget mutusinnya?” Fauzi menertawakan kepolosan wanita itu. Meski begitu polos, Fauzi menyukai wanita itu. Tak pernah sedikitpun ia menyombongkan diri di hadapan Fauzi. Untuk seseorang yang dipenuhi banyak talenta, Fauzi bukan apa-apa dibanding dirinya.

                Dua bulan berlalu, ujian Nasional begitu menegangkan, tak sedikitpun Fauzi bergeming dalam kerja kerasnya untuk mendapatkan hasil yang terbaik dengan jujur dan tawakkal kepada Allah. Lama tak terhubung, wanita itu mengabarkan berita dengan penuh gembira. Ia bilang kepada Fauzi, bahwa ia mendapat beasiswa dari Departemen Agama untuk kuliah Kedokteran di salah satu universitas luar kota Banjarbaru. “Aku pasti menyusulmu..” ucap Fauzi yakin. Hari itu, Fauzi berjanji dengan dirinya bahwa ia harus bisa lulus SNMPTN, dan menggapai harapannya. Untuk menjadi dokter.

*****
                11 Mei, 2010. Fauzi menulis Pendidikan dokter, Universitas wanita itu. Pendidikan dokter, di sebuah Universitas Banjarbaru pilihan kedua, dan Kesehatan Masyarakat pilihan ketiga.

                30 Juni, 2010. Hari yang kejam untuk seorang pemimpi seperti Fauzi. Hari itu, ia harus menerima kenyataan bahwa harapannya sirna.

*****
                Bulan-bulan berlalu, Fauzi membuka mata dan melihat dunia. Ia telah terima sebuah anugerah dari Yang Maha Kuasa. Sebuah harapan dalam setitik iman. Walau hanya sebuah harapan yang tak mungkin berdalih. Lembaran baru telah  ia pilih. Demi sebuah cinta ataukah cita, ia beranikan diri untuk beranjak dari kelamnya masa yang sirna. Telah ia dapati semua teman yang membimbingnya menuju cahaya. Untuk sebuah keteduhan hati, untuk bisa mengubur kedalaman emosi, Fauzi tak ingin kehilangan arah. Meski di sela waktu, kadang ia terpuruk jatuh. Beban itu kian membawanya terbang menuju dunia yang penuh rasa dan suasana. Semua tentang wanita itu, semua tentang Fauzi, kini tinggal sejauh mimpi.

                Kenangan itu, sebuah bentuk pertemuan. Kehampaan kadang berarti kebebasan. Lama Fauzi terbaring dalam kabut awan, terdiam dan tak sadar akan pergantian siang dan malam. Lalu mentari menariknya, membangkitkannya untuk tetap berjalan ke depan. Dan sang Pencipta, Yang Memberikan Pelita membuatnya menyanyi bersama hari, bermimpi dan berdo’a sepanjang malam. Keajaiban itu, teka-teki itu, telah membentuk Fauzi, juga mendewasakan hidupnya. Maka Fauzi tetap berdiri tegak, berjalan mantap menuju sebuah pilihan. Menyusuri tepian hidup dengan sandaran hati, Allah dan Rasul-Nya serta keluarganya.

*****

                2012, Fauzi berhasil menepati janjinya. Memberikan arti dalam hidupnya yang pernah terhempas dan terlepas. Meski di universitas berbeda dan generasi yang tak sama, Fauzi memenuhi janjinya.