About this blog..

Total Tayangan Halaman

Menu

4/19/2014

Darimana aku harus mulai?


Feeling my way through the darkness
Guided by a beating heart
I can't tell where the journey will end
But I know where to start

They tell me I'm too young to understand
They say I'm caught up in a dream
Life will pass me by if I don't open up my eyes
Well that's fine by me

Wake me up! (Avicii)  
              
                 Darimana kita harus mulai?
                Pemikiran yang sederhana, namun mengawali tiap lika-liku kehidupan. Yes fren, sudah semestinya pertanyaan ini berada di benak kita dikala ingin memulai sesuatu. Lebih-lebih dalam hal keimanan dan ketaqwaan.  Bahkan, Rasulullah pun mengajarkan kepada kita agar memulai sesuatu dengan sebaik-baiknya. Beliau bersabda "Setiap perkara (kehidupan) yang tidak dimulai dengan BISMILLAAHIR-RAHMAANIR-RAHIIM, maka dia akan terputus" (HR. Ibnu Hibban). Sedang, dalam riwayat lain dikatakan berkurang faedahnya. Nah, kita-kita disini, dalam tulisan ini, bukan hanya mengajak untuk mengucap bismillah (dengan nama Allah) tatkala memulai sesuatu. Namun juga, kami ingin kita semua berfikir saat mengawali sesuatu. Sederhana bukan sesuatu itu? Sesuatu banget…
               
                Tentunya, bukan sekedar berfikir. Cara berfikir yang kita inginkan haruslah cerdas, menyeluruh dan tajam. Karena seorang muslim yang menyadari bahwa dengan berfikir dan merenung secara mendalam di awal perbuatannya, niscaya dia akan dapat memahami kejadian yang ada dan mengambil pelajaran yang berguna dari apa yang ia pikirkan. Sebagaimana yang diterangkan Allah dalam firman-Nya, "Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka." (QS. Ali Imraan, 3: 190-191)

                Ayat diatas pun juga menerangkan bahwa orang-orang yang beriman adalah mereka yang berpikir, dan dengan akal, mereka mampu melihat hal-hal yang menakjubkan dari ciptaan Allah dan mengagungkan Kebesaran-Nya, bahkan mereka mampu membuktikan kebenarannya. Ini penting sobat, karena keimanan yang tidak dilandasi akal, atau hanya mengikuti nurani akan mudah rapuh dan goyah. Bilapun iman goyah tentu saja berdampak pada amaliah kita-kita. Contohnya, Kita akan mudah tergoda nafsu dikala kita tidak yakin Allah Maha Melihat. Kita juga begitu gampang saat menggunjing orang lain saat tak sedari bahwa Allah Maha Mendengar. Segala maksiat,dari yang kecil hingga dosa besar akan mudah dilakukan, bahkan terbiasakan. Karena kita lupa, Allah itu ada dan mengetahui apa-apa yang kita lakukan.
               
                So, kenapa tidak mulai berfikir “Apa yang diinginkan Sang Pencipta dariku di dunia?”, atau mencoba memikirkan hal yang lebih sederhana, “Kenapa aku memilih Islam?” Apa karena kita terlahir dari orang tua yang menganut Islam, ataukah pilihan kita didasari karena banyak teman-teman sekelas yang Islam, atau biar lebih romansa lagi, karena pasangan hidup kita muslim? Kita-kita berharap bukan itu yang mendasari pilihan tersebut. Karena oh karena.. begitu lemahnya pondasi keimanan kita bila hanya didasari dengan ikut-ikutan atau kekaguman. Yang kita-kita inginkan adalah keyakinan, sebuah keyakinan akan sebuah pilihan yang kelak dapat menghantarkan jiwa dan raga kembali keharibaan Sang Pencipta dengan penuh ridho-Nya. Sebuah keyakinan yang bisa menerangi jiwa-jiwa yang hampa. Satu keyakinan bermula, yang mengawali langkah kehidupan, yang juga bisa membimbing hati dalam ketenangan dan kan buat hati terjaga. Keyakinan itu akan buat kehidupan penuh bahagia lalu keberkahan akan turut menaunginya. Ya… Sebuah keyakinan terhadap keimanan.

                Lalu bagaimana menumbuhkan keyakinan itu sodara-sodara? tentu saja harus dengan berpikir. Mengambil ayat-ayat yang dipertontonkan Pencipta kita pada Alam Semesta, atau dengan membandingkan dengan segala kalam-Nya yang ditorehkan di Al-Qur’an. Contohnya: Dalam Al-Qur’an diterangkan penciptaan manusia, “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Suci lah Allah, Pencipta Yang Paling Baik.”(Al-Mu’minun: 12, 13, 14). Nah, tentunya kita di kedokteran tau betul bagaimana perkembangan embriologi manusia dari awal pembentukannya (kecuali bila dikau ga pernah lulus2 pretest/posttest, hhehe..). Dan kita bisa membandingkannya bukan? Kalam Allah di Al-Qur’an dan bukti yang ditunjukkan-Nya pada Alam Semesta.
            Nah, salah satu bukti ini menjadi pondasi dalam meyakinkan diri terhadap keimanan. Bersambung…



Tidak ada komentar: