Kenapa?
ya mungkin saja, irama dercak meriah dan lantunan sya’ir yg tdk jelas -nan tak
dimengerti- itu bukan membuat nurani mu tersentak, tuk melangkahkan kaki menghadap
Allah, tapi malah menambah kenikmatan setan dgn tiupan godaannya, hingga
menambah lelapnya tidurmu. Cobalah sesekali gunakan alarm yg beralunan indah
nan penuh pesona, seperti ayat2 Al-Qur’an, apalagi yg muatan ayatnya tentang
perlindungan terhadap setan, insya Allah, semoga Allah memudahkan.
Seusai
shalat subuh di mesjid Al-Mu’minin yg berdekatan dgn rumah, biasanya tugasku
ngajarin anak didik yg umurnya 7 tahun baca Al-Qur’an. Maklum, pekerjaan ini
baru2 saja menggelayutiku, satu karunia yg besar dari Allah di tahun ini. Dalam
perjalanannya, sesekali kutugaskan ia tuk memperlancar surah2 juz 30, berharap
nantinya ia bisa hafidz dalam waktu yg cepat. Semoga.
Pagi
ini, ufuk fajar menampakkan sinarnya, sesekali kupejamkan mata, kusaksikan
selimut2 mimpi yg terkadang meraung di dinding pikiranku. Setiap kali kututup
telinga, terdengar bisik2 rencana untuk hari ini dan masa depan. Dan setiapku
terbenam dalam bisu, pikiran2 pahit tentang masa lalu membakar khayalku, Tahukah
kamu apa yg sedang ada dibenakku saat ini kawan? Gema itu terdengar seperti
“Suatu saat nanti aku akan bisa mencapai mimpiku!”, “Rencana hari ini aku harus
begini, begitu, dst..”, “Ahh.. munafik! Aku itu dulunya begini, begitu, dst,..
Apa yg bs kulakukan? Sama saja, tidak ada bedanya dengan yg lain”. Entahlah,
saat kuhembuskan nafas di tiap pagi, terkadang aku pulang dengan perasaan
kecewa tanpa tau apa penyebabnya. Perasaan itu laksana seekor burung yg
terjebak dalam sangkarnya, merana melihat kawanannya terbang dilangit yang
lapang.
Pernahkah
kamu merasakan hal itu kawan? Kata orang, ketidakmengertian membuat orang
hampa, dan kehampaan menciptakan ketidakpedulian, namun di tengah kegelapan
pula terdapat secercah kedewasaan, hmm, entahlah…
**********************************************************
“Jika kamu berada di pagi hari,
janganlah menunggu sore tiba. Hari inilah yang akan kita jalani, bukan hari
kemarin yang telah berlalu dengan segala kebaikan dan keburukannya, dan juga
bukan esok hari yang belum tentu datang. Hari yang saat ini mataharinya
menyinari kita, dan siangnya menyapa kita, inilah hari kita.” (Aidh Al-Qarni -
La Tahzan)
Mungkin,
maksud dari kutipan Dr. Aidh Al-Qarni ini dapat membuka sepercik harapan
ditengah kidung kebingungan itu. Terkadang, kesedihan mengganjal di hati kita
tatkala berfikir tentang keputusasaan akan jaring2 masa lalu. Juga, sesekali
ketakutan membayangi langkah kita saat merenungi masa depan yang penuh
ketidakpastian itu. Lika-liku hidup ini penuh misteri, segalanya adalah
ketentuan Allah dan seluruhnya ialah kuasa-Nya. Bukankah akan lebih bijak bila
segala hal yg rahasia itu kita sikapi dengan perasaan syukur dan penuh
keridhaan? Sesuai dengan firman-Nya:
“{Maka berpegangteguhlah dengan apa yang Aku berikan kepadamu
dan hendaklah kamu termasuk orang yang bersyukur.} (QS. Al-A'raf: 144)”
Maka katakanlah, “Hari ini, aku hidup…”
karena, mungkin saja hidup kita cuma untuk hari ini..
Karena hanya hari ini kita hidup, dimana kita
punya kesempatan utk menjauhi dunia yg penuh gemerlap itu. Karena hanya hari
ini kita hidup, dimana kita bisa menyentuh kening kedua orang tua kita, menatap
wajahnya yg indah tiada tara, baktilah kepadanya! Karena hanya hari ini kita
hidup, dimana kita dapat menghembuskan nafas kehidupan, menikmati segala yang
Allah berikan. Karena hanya hari ini kita hidup, kita singkirkan segala
kegalauan yg menari2 dilubuk hati, pikirkan tentang kebaikanmu, kebaikannya,
sudahlah, akhiri saja hubungan penuh godaan itu. Karena hanya hari ini kita
hidup, laksanakanlah perintah Allah sebaik mungkin, rajin2 lah membaca
Al-Qur’an, berpegang teguh padanya dan mengamalkannya. Karena hanya hari ini
kita hidup maka berbuat baiklah kepada orang lain dan mengulurkan tangan
kepada siapapun. Karena hanya hari ini, kesempatan untuk menghargai waktu, sebab
waktu, suatu hal yg tak bisa kembali.
Demikian, semoga
saja tulisan yg sederhana ini dapat menjadi cambuk motivasi tersendiri bagi
penulis dan kita semua tentunya. Sulit
memang utk menghargai waktu, tapi kita, sebagai manusia yg sering salah &
khilaf harus berusaha memperbaikinya. Apalagi dibulan Ramadhan ini, di saat2
terakhir bulan penuh berkah, kapan lagi kita akan bermunajat dengan Sang
Khalik, mendekatkan diri pada-Nya, rindukan ampunan-Nya.
karena
“HARI INI, AKU HIDUP… “
* Sabtu, Ramadhan 2013
-ditemani dgn lantunan ayat suci Al-Qur’an oleh ayahanda tercinta
-dan ibu, sedang menyiapkan menu berbuka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar