Dunia sihir semakin dikuasai oleh kegelapan, berminggu-minggu dilalui Harry dalam jatuh pingsannya. Saat tersadar, ternyata ia terdampar di sebuah pulau yang tak diketahuinya. Dalam kemalangan dan kelelahannya, Ia berjalan, dan terus berjalan, hingga ia tiba di depan sebuah bangunan kokoh bertingkat berwarna putih dengan teras yang bersih, terlihat disana banyak orang-orang ramai berkeliaran dan abang-abang penjual pentol yang sedang mangkal mencari nafkah. Pohon-pohon, dedaunan, rumput-rumput kecil, dan udara yang sejuk membuatnya tenang dan nyaman untuk ingin tetap bertahan sejenak disana. Dia melihat sekeliling dan terlihat di sebelah kiri jalan terdapat toko kecil terpampang plat bertuliskan “Fotocopy”, dan sedikit ke belakang, sudut kiri bangunan terdapat rumah kecil dan terlihatlah tulisan besar….. “AL-BAYTHAR” (Mesjid Kampus UNLAM)….. *jreng,jreng,jreng
Sesaat kemudian, orang-orang beramai-ramai masuk ke dalam bangunan tersebut, terdengar suara merdu yang sangat menyentuh hatinya dan membuat Harry berdecak kagum,. Ya… Itulah suara adzan zuhur. Harry pun tertarik untuk ikut ke dalamnya, berjalan berkeliling menelusuri teras dan tiba-tiba dia melihat benda kotak besar dekat tangga luar yang bersinar terang, sebuah loker besar tempat penyimpanan barang. Didekatinya laci tersebut, dan tepat pada loker no.16 sumber cahaya terang itu berasal. Rasa penasaran yang begitu besar membuat Harry tidak takut untuk kemudian membukanya.
Dilihatnya isi loker itu, dan alangkah terkejutnya ia saat melihat selembar kertas yang bertuliskan “Horcrux ke-4” pada bagian atasnya, dan di bawah kata singkat itu tertulis lagi..
“..boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal itu amat baik bagimu, dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu padahal itu amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.” (Al-Baqarah : 216)”
Masih dalam kebingungan dengan maksud kalimat itu, tiba-tiba datanglah seorang pria bijak berkacamata, berjenggot hitam pendek, tebal, dan berwarna kemerah-merahan pada ujungnya. Dari garis mukanya, Harry bisa menebak bahwa dia adalah seorang mahasiswa UNLAM Kedokteran angkatan 2009. Pemuda itu lalu mengatakan maksud dari kata2 itu…
“Dalam Hidup ini pastilah berbagai macam cobaan dan tantangan akan datang menghampiri. Tinggal kita saja yang menyikapinya bagaimana. Apakah kita hanya akan mengeluh terhadap semua kesusahan yang ada, atau mensyukuri dan mengambil hikmah tersirat dari apa yang kita dapat. Kita bisa saja menganggap semua yang terjadi merupakan sesuatu yang tidak berarti. Namun, bisa saja dibalik itu semua tersimpan manfaat yang tidak diduga-duga. Ingatlah, ketika manusia bersyukur dan ikhlas terhadap apa yang ada, saat itulah kekuatan terbesarnya muncul dan melakukan koloborasi dengan pikiran yang bermuara dari perasaannya. Sehingga, melalui mekanisme yang tak terlihat, kekuatan Allah lah yang sebenarnya sedang bekerja. Semua itu bisa dimengerti, karena begitu kita mengikhlaskan sesuatu, maka kita telah menyerahkan hal itu kepada Yang Maha Kuasa sehingga kecerdasan Allah lah yang bekerja pada diri kita dengan mekanisme yang sulit dipahami oleh pikiran manusia. Jika sudah demikian, siapakah yang mampu menghalangi?”
Seperti menusuk ke dalam hatinya, Harry seperti ditampar dari dalam. Dia benar-benar terkesan dengan kata-kata itu, sangat otentik dengan apa yang dialaminya sekarang. Ia sadar bahwa selama ini banyak cobaan yang datang menghampirinya, tetapi semua itu dilakoninya dengan penyesalan demi penyesalan tanpa memaknai kejadian-kejadian itu. Harry sangat tertarik untuk lebih mengetahui sumber dari kata-kata itu, kata-kata yang membuat batinnya terkesima, ya.. itulah Al-Qur’an.
Melalui bantuan dari pemuda bijak itu, Harry pun diikutkan dalam kelompok kecil (halaqah) dan ia diajari bagaimana membentuk paradigma mendasar hidup yang benar, yaitu aqidah. Harry dibimbing untuk berfikir secara objektif dalam menilai sebuah agama. Akhirnya, dengan melihat “ajaran Islam” dan semua kebenaran logis dari ayat-ayat Al-Qur’an, Harry memutuskan dirinya menjadi seorang mu’allaf dan ia ingin terus belajar untuk menerapkan Islam secara Kaffah dalam hidupnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar