About this blog..

Total Tayangan Halaman

Menu

3/03/2012

Epilogue, Penutup HP 2 (My Style)

Ahh.. Saya menyesal ini adalah lembaran terakhir yang bisa saya sampaikan. Akhirnya,, sampailah di penghujung cerita.. Tapi, tolong yang disana hapus dulu air matanya.. Karena yang namanya perpisahan bukanlah akhir, jadi santai aja ya.. Ini juga bukan terakhir kalinya saya menerbitkan tulisan, masih banyak kreatifitas dan kapasitas ide yang harus saya maksimalkan dalam jalan dakwah. Dan yang pasti.., saya telah menunaikan janji saya..

            Kesimpulan? Mmhh.. Ga usah ya.. saya yakin, kalian para pembaca pasti bisa ngebuat kesimpulan sendiri. Oke? Oke aja deh… Intinya ya.. Voldemort = Hambatan, Syari’ah Islam = Tujuan, fokuslah pada tujuan bukan pada hambatan. Jika ingin berhasil baik itu dalam perjuangan di jalan Allah, dakwah, atau hal lainnya yang menyangkut dunia maupun akhirat, kuncinya kita harus punya sifat ikhlas, syukur, sabar, tidak mudah menyerah, tawakkal, dan keberuntungan.

“Teruslah melangkah maju, jangan pernah berhenti, walau harus terpincang-pincang, atau harus merangkak, tetap pertahankan apa yang telah menjadi cita-cita kita. Jangan pernah menyerah, kalau menyerah tandanya kalah. Jangan pernah berhenti, kalau berhenti nanti menyesal di kemudian hari. Jangan takut, kalau takut nanti kita tidak akan pernah melakukan apa-apa dalam hidup kita. Jangan hiraukan org-orang yang bisanya cuma menghina atau mencela, karena apa yang mereka katakan tidak akan pernah ada pengaruhnya pada kita. Kita akan tetap maju dengan cita-cita kita, sementara mereka akan berhenti dengan celaan dan hinaan mereka sendiri. Kelak, semua akan mengetahui siapa yang akan tersenyum paling akhir.”

Impian seorang lelaki tidak akan pernah berakhir. Begitu pula denganku.. Memang tidak mudah menjadi yang lebih baik daripada yang lain. Oleh karena itu.., biarkan mereka tertawa, karena bila nanti kita sudah mencapai puncak. Mereka tidak akan bisa bertindak dan berkata apapun. Marshall D Teach (pimp. bajak laut Blackbeard) komik one piece vol.25



Ballighu ‘anni walau ayahIslam Kaffah is my dream, The Death with Khusnul Khatimah is my pray, FKM Islami is my hope, missionary of Islam is my destiny, FK 2011.. that’s only little part of my wish. Salam Ukhuwah Islam..



Sistem Itu Bernama Islam...

Dua bulan telah berlalu……
Usai perubahan besar-besaran pada dunia sihir, kini keadaan dunia Harry semakin membaik. Sekarang, syari’ah Islam yang mereka idam-idamkan telah diterapkan secara menyeluruh. Sistem perekonomian yang awalnya berlandaskan kapitalisme, kini berubah menjadi ekonomi syari’ah, setiap pasar dan tempat jual beli melaksanakan muamalah yang sesuai. Hukum pidana dan perdata yang mengacu pada Al-Qur’an dan hadits (hudud, jinayat, ta’zir, dan mukhalafat) sudah diterapkan. Pengangkatan pemimpin-pemimpin mereka, dilakukan secara bai’at dan terbuka. Sistem pendidikan dan kesehatan yang berlandaskan syari’ah juga sudah bisa dirasakan, dan akibatnya tingkat Kesehatan dan pendidikan rakyat pun semakin meningkat.

            Dakwah Islam yang luar biasa kini menggema di segala penjuru, Pembangunan tempat-tempat ibadah, mesjid dan mushalla semakin merata penyebarannya. Sekolah-sekolah Islam, madrasah, dan universitas-universitas Islam sudah banyak didapati. Tempat-tempat hiburan yang dulunya membawa maksiat, kini dirombak untuk dijadikan sarana pengajian dan majelis.

            Setiap orang yang keluar rumah, saling bertegur sapa dengan ramahnya dan saling mengucapkan salam. Laki-laki dan perempuan yang berpapasan selalu menundukkan pandangannya. Terdengar juga percakapan-percakapan yang bernuansa Islami di sepanjang jalan kota. Mesjid-mesjid dan tempat ibadah tidak pernah terlihat kosong dan selalu diisi oleh kegiatan-kegiatan yang bermanfaat. Pengajian Islam dan pengkajian Al-Qur’an sudah tidak asing lagi ditemukan.

            Yang paling menarik adalah perkembangan sekolah Hogwarts (kini Madrasah Islam Hogwarts). Kurikulum yang mereka jalankan sudah berbasis syari’ah. Di Madrasah ini sudah membuka jalur-jalur pendidikan dari sekolah dasar, menengah sampai perguruan tinggi yang diantaranya adalah Fakultas Kedokteran Islam, Fakultas Teknik Islam, MIPA Islam, dan FKIP Islam. Banyak cendikiawan muslim dan para mujtahid yang terlahir dari sana.

            Perjuangan yang luar biasa.. Kemenangan yang indah.. Islam Kaffah telah berhasil diwujudkan. Akhirnya…, Harry dkk sekarang bisa hidup dalam damai, Ron dan Hermione sekarang menikah, sedang Harry hidup dalam kemuliaan hingga ajal menjemputnya. Ya.. sebuah kepercayaan telah menumbangkan ratusan, ribuan, bahkan jutaan senjata. Karena sebuah kepercayaan melahirkan keberanian. Karena keberanian terletak kepada kepercayaan diri seseorang. Sebuah sistem nilai yang mampu melambungkan sebuah kekuatan. Sebuah sistem nilai yang mampu menerobos celah-celah perbedaan manusia. Sebuah sistem nilai yang mampu menjadi penyejuk bagi kegersangan jiwa. Dan tentu saja sistem yang mampu menjawab pertanyaan mendasar manusia. Dari mana? Untuk apa di dunia? Dan akan kemana? Dan sistem itu bernama; ISLAM.

..Janji Allah bagaikan peneduh ditengah teriknya ujian dan tantangan.. Bisyarah Rasulullah bagaikan mata air ditengah kekeringan harapan akan makian manusia…. Meresap kecup hangat…. sebentuk kepercayaan telah terukir di dalam jiwa-jiwa para pejuang Allah, seperti tetes embun menyegarkan hari.. menciptakan keajaiban di hati. Karenanya ia adalah jantung revolusi, ruh perubahan. Ia adalah nafas pejuang… Pejuang kebenaran.. Manusia-manusia yg paling romantis di dunia.. Manusia-manusia yg paling tinggi rasa cintanya.., cinta akan kebenaran… Yang rela menggenggam bara, berkorban demi tegaknya kebenaran di muka bumi..

Muslimin VS Magician

Akhirnya tibalah hari itu, hari dimana Harry dkk harus berani mengambil tindakan besar untuk memperluas medan dakwah mereka. Dengan segenap keyakinan dan kekuatan yang ada, Harry bersama para pejuang lainnya memantapkan niat. Melalui metode dakwah pemikiran yang telah mereka jalankan, Harry dkk berhasil memperoleh dukungan dari masyarakat. Mereka akan melakukan revolusi, bertarung dengan Voldemort, melawan pemerintah dan para penguasa dzalim lainnya untuk menyelamatkan dunia mereka dari kesesatan dan kegelapan. Berbekal ilmu yang didapat, aplikasi dan penerapannya, Harry dkk membentuk barisan para pejuang di jalan Allah, membentuk strategi dan bersiap untuk mati. Terlihat di masing-masing penjuru, para pasukan dan tentara sihir menghadang dengan Voldemort di barisan paling belakangnya.

            Saat-saat genting itulah muncul Horcrux terakhir, Horcrux ke-7 berupa cahaya seperti bintang di langit yang datang seketika menghampiri Harry.

            “Assalamu’alaikum wahai hamba Allah,, aku akan menyampaikan sebuah riwayat dari Imam Ja’far dalam kitab Al Bihar: “Apabila seorang hamba berkata, ‘Tiada daya dan kekuatan kecuali dengan Allah’ maka Allah menjawab, ‘Hai para malaikat-Ku, hamba-Ku telah ikhlas berpasrah diri, maka bantulah dia, tolonglah dia, dan sampaikan (penuhi) hajat keinginannya.’ Ingatlah.. ini bukanlah akhir dari perjuangan kalian, tetaplah berdakwah dan berjuang sampai ajal menjemputmu dan kekallah kelak kalian di surga-Nya” 

            Maka saat itu juga Harry dan para pejuang lainnya bersama-sama melafadzkan “La Haula Wa la kuwwata illabillahil ‘aliyyil ‘adzim (Tiada daya dan kekuatan kecuali dengan Allah SWT). Dengan gema takbir yang dahsyat Harry dkk memulai pertempuran mereka. Singkat cerita, para tentara sihir bahkan Pius Thickneese, Bellatrix Lestrange, Severus Snape, dan Lucius Malfoy pun berhasil dikalahkan, Begitu pula dengan kawan-kawan Harry, banyak dari mereka yang terluka dan berjatuhan. Meski begitu ternyata Harry sang pemimpin tetap bertahan. Tibalah saatnya ia bertemu dengan Voldemort, menentukan nasib dunia sihir dan membalas kekalahan masa lalunya.

            “Expulso..!!” sebuah mantra sihir keluar dari mulut Voldemort. Namun, itu tidak berarti apa-apa bagi Harry, dengan cepat ia dapat menghindari serangannya. “Petrificus Totallus..!!” lagi-lagi Voldemort menyerang, tapi tetap tidak bisa mengenai Harry. “Avada Kedavra…!!”, “Alakazam..!!”, Harry memang benar-benar beruntung, semua serangan telah dilancarkan oleh Voldemort, tetapi tidak berarti apa-apa bagi Harry, bahkan “Rasengan” yang dikeluarkan oleh Voldemort hanya membuat Harry tertawa geli, aplikasi dari ilmu yang didapatkan Harry selama ini benar-benar bermanfaat.

Tibalah giliran Harry menyerang, “Allahu Akbar!!!” satu kalimat yang diucapkan Harry langsung membuat Voldemort tersungkur, terkapar lemah tak berdaya. Akhirnya, Voldemort telah disingkirkan, peperangan berhasil dimenangkan oleh Harry dkk. Revolusi selanjutnya dijalankan secara cepat dan menyeluruh dengan segenap dukungan dari masyarakat. Dimulai dari perubahan sistem yang harus sesuai dengan syari’at Islam, pemimpin-pemimpinnya, Undang-undang, sampai pedoman dasar yang mereka miliki. Kumandang adzan pun diserukan dimana-mana menyertai kemenangan mereka. Sungguh.. Hari yang indah…

Disability Treatment...

Hari berganti hari, bulan demi bulan dilalui Harry yang menikmati hidupnya menetap di lingkungan mesjid Al-Baythar. Sekarang nama Harry berganti dari Harry Potter menjadi M. Harry Nugraha, dia telah melakukan acara ‘tasmiyah’ beberapa minggu yang lalu. Suatu ketika, usai melaksanakan shalat Tahajud pada tengah malam hari, Harry ditemui seorang pria tua berpakaian putih, wajahnya tampak bersih dan bersinar, dan dengan tenang pria tua itu berkata…

“Assalamu’alaikum wahai fulan,, aku adalah Horcrux ke-5, dengarkanlah apa yang akan kusampaikan dan terapkanlah..  Bismillahirrahmanirrahim.. ‘Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebaikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar. Merekalah orang-orang yang beruntung. (Ali Imran: 104)’….”

            “Apa maksud kedatangan anda wahai kakek? Dan apa maksud ayat tersebut?” Harry bertanya kembali.
“Dunia sihir semakin dikuasai kegelapan, sudah saatnya kau kembali dan menyampaikan apa yang telah kau dapat disini. Teman-teman mu membutuhkanmu Harry, berdakwahlah disana, berjuanglah di jalan Allah dan sebarkanlah ajaran Islam yang dibawa Rasulullah. Surga itu luas Harry.. Oleh karena itu, ajaklah teman-temanmu, jangan sampai engkau dituntut karena hanya berdiam diri saja dan memikirkan diri sendiri. Ingat, untuk berhasil mengalahkan Voldemort dan antek-anteknya tidak hanya diperlukan usaha dan do’a, tetapi juga KEBERUNTUNGAN. Ini adalah ayat Al-Qur’an yang mutlak kebenarannya, sampaikanlah kebaikan dan cegahlah  kemunkaran, dan jadilah orang yang BERUNTUNG di setiap langkahmu.”

            Harry sekarang mengerti maksud kakek tersebut. Jika dia ingin mengalahkan Voldemort, maka keberuntungan harus berpihak padanya dan caranya adalah dengan berdakwah. Keesokan harinya, ia berpamitan dengan para pemuda mesjid untuk pulang kembali ke dunia sihir tempatnya berasal. Dengan menggunakan sapu lantai yang sering dipakai pengurus mesjid, Harry terbang melesat ke langit dan pergi meninggalkan tempat itu.

~………………beberapa hari kemudian~
            Harry memang beruntung, dalam perjalanan pulangnya ia kemudian bertemu dengan Ron dan Hermione. Ia pun menyampaikan apa yang dialami dan didapatnya selama mereka terpisah, berbagi ilmu dan pemikiran dengan menanamkan paradigma yang benar. Harry berhasil di awal perjuangannya, Ron dan Hermione sekarang mau memeluk Islam dan menerima ide-ide di dalamnya.

            Perjuangan Harry tidak hanya sampai disitu, sesampainya di Dunia Sihir kota Hogwarts, Harry dkk memulai dakwah mereka dengan cara sembunyi-sembunyi. Mereka mencoba mengumpulkan kekuatan, merangkul dan membina teman-teman mereka. Beruntung sekali, hanya dalam kurun waktu dua bulan, Harry, Ron dan Hermione sudah bisa mendirikan beberapa kelompok halaqah (kelompok kecil). Dan benar-benar luar biasa.., Sekarang Ron dan Hermione pun berganti nama menjadi Ahmad Ron Ramadhani dan Siti Noor Hermione.

            Sayangnya, segala cobaan dan rintangan tidak pernah lepas dari langkah-langkah perjuangan mereka.  Waktu terus berlalu, Terkadang.., banyak sahabat-sahabat dan anggota kelompok mereka yang ketahuan ditangkap, disiksa, diasingkan dan beberapa dibunuh. Harry dkk pun kini merasa cemas, berhari-hari dilalui mereka dengan perasaan takut dan gelisah, khawatir jika perjuangan mereka akan sia-sia.

Disaat ketakutan tersebut menyelimuti Harry, suatu ketika seorang anggota dari perhalaqahan menemui Harry dan menyampaikan sesuatu. Dia mengantarkan sepucuk surat yang ditemukannya tidak sengaja saat perjalanan pulang dari pengajian.

“Untuk akhi Harry…, Assalamu’alaikum Wr. Wb, ini adalah Horcrux ke-6, pelajarilah artinya dan pahamilah maksudnya.., semoga bisa membantu akhi dalam perjuangan di jalan Allah.. Bismillah.. “Karena sesungguhnya setelah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.(Q.S 94: 5-6)” Begitulah isi surat tersebut, singkat, tetapi membuat Harry penasaran untuk lebih mendalami maksud dari isinya.

            Harry pun mencari ke berbagai literatur, bertanya kemana-mana, dan akhirnya dia telah memahami maksudnya. “Sebagai seorang muslim, kita tidak boleh menyerah hanya sampai disini, kita tidak boleh berputus asa dari rahmat Allah SWT, Allah sudah menegaskan dalam firman-Nya bahkan sampai dua kali bahwa dibalik kesulitan pasti ada kemudahan. Bersabarlah… Allah tidak akan memberikan cobaan yang melebihi batas kemampuan hambanya. Apalagi yang kita perjuangkan sekarang adalah agama Allah. Jika kita menolong agama Allah, maka Dia akan menolong kita dan akan mengokohkan langkah-langkah kita.. Jika Allah bersama kita, apa pun bisa kita lakukan karena tiada kekuatan selain kekuatan Allah..! Allahu Akbar!!!” Begitulah kata2 yang diucapkan Harry kepada teman-temannya saat pertemuan anggota untuk membangkitkan kembali semangat juang mereka.

Perjuangan Harry dkk pun semakin gencar, dakwah yang mereka lakukan sekarang tidak lagi sembunyi-sembunyi, tetapi terang-terangan. Mereka melakukan tabligh akbar dimana-mana, melakukan dakwah di lapangan terbuka, sudut-sudut kota Hogwarts, dan tempat-tempat keramaian, semuanya mereka terjang habis-habisan. Walau kadang banyak halangan dan rintangan menghadang, semangat juang Harry dkk tidak pernah surut.

Usaha mereka memang terbalaskan dan membuahkan hasil, orang-orang yang mau memeluk agama Islam semakin banyak, tempat-tempat ibadah mulai dibangun, dakwah mereka menyebar ke pelosok-pelosok kota, pengajian sudah bisa ditemukan dimana-mana. Disetiap jalan sudah terlihat banyak orang yang memperbincangkan masalah Islam. Bahkan sekarang sekolah sihir Hogwarts berganti nama dan sistemnya menjadi Madrasah Islam Hogwarts.

Tersesat di Pulau Kebenaran...

Dunia sihir semakin dikuasai oleh kegelapan, berminggu-minggu dilalui Harry dalam jatuh pingsannya. Saat tersadar, ternyata ia terdampar di sebuah pulau yang tak diketahuinya. Dalam kemalangan dan kelelahannya, Ia berjalan, dan terus berjalan, hingga ia tiba di depan sebuah bangunan kokoh bertingkat berwarna putih dengan teras yang bersih, terlihat disana banyak orang-orang ramai berkeliaran dan abang-abang penjual pentol yang sedang mangkal mencari nafkah. Pohon-pohon, dedaunan, rumput-rumput kecil, dan udara yang sejuk membuatnya tenang dan nyaman untuk ingin tetap bertahan sejenak disana. Dia melihat sekeliling dan terlihat di sebelah kiri jalan terdapat toko kecil terpampang plat bertuliskan “Fotocopy”, dan sedikit ke belakang, sudut kiri bangunan terdapat rumah kecil dan terlihatlah tulisan besar….. “AL-BAYTHAR” (Mesjid Kampus UNLAM)….. *jreng,jreng,jreng

            Sesaat kemudian, orang-orang beramai-ramai masuk ke dalam bangunan tersebut, terdengar suara merdu yang sangat menyentuh hatinya dan membuat Harry berdecak kagum,. Ya… Itulah suara adzan zuhur.  Harry pun tertarik untuk ikut ke dalamnya, berjalan berkeliling menelusuri teras dan tiba-tiba dia melihat benda kotak besar dekat tangga luar yang bersinar terang, sebuah loker besar tempat penyimpanan barang. Didekatinya laci tersebut, dan tepat pada loker no.16 sumber cahaya terang itu berasal. Rasa penasaran yang begitu besar membuat Harry tidak takut untuk kemudian membukanya.

            Dilihatnya isi loker itu, dan alangkah terkejutnya ia saat melihat selembar kertas yang bertuliskan “Horcrux ke-4” pada bagian atasnya, dan di bawah kata singkat itu tertulis lagi..
“..boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal itu amat baik bagimu, dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu padahal itu amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.” (Al-Baqarah : 216)

            Masih dalam kebingungan dengan maksud kalimat itu, tiba-tiba datanglah seorang pria bijak berkacamata, berjenggot hitam pendek, tebal, dan berwarna kemerah-merahan pada ujungnya. Dari garis mukanya, Harry bisa menebak bahwa dia adalah seorang mahasiswa UNLAM Kedokteran angkatan 2009. Pemuda itu lalu mengatakan maksud dari kata2 itu…

“Dalam Hidup ini pastilah berbagai macam cobaan dan tantangan akan datang menghampiri. Tinggal kita saja yang menyikapinya bagaimana. Apakah kita hanya akan mengeluh terhadap semua kesusahan yang ada, atau mensyukuri dan mengambil hikmah tersirat dari apa yang kita dapat. Kita bisa saja menganggap semua yang terjadi merupakan sesuatu yang tidak berarti. Namun, bisa saja dibalik itu semua tersimpan manfaat yang tidak diduga-duga. Ingatlah, ketika manusia bersyukur dan ikhlas terhadap apa yang ada, saat itulah kekuatan terbesarnya muncul dan melakukan koloborasi dengan pikiran yang bermuara dari perasaannya. Sehingga, melalui mekanisme yang tak terlihat, kekuatan Allah lah yang sebenarnya sedang bekerja. Semua itu bisa dimengerti, karena begitu kita mengikhlaskan sesuatu, maka kita telah menyerahkan hal itu kepada Yang Maha Kuasa sehingga kecerdasan Allah lah yang bekerja pada diri kita dengan mekanisme yang sulit dipahami oleh pikiran manusia. Jika sudah demikian, siapakah yang mampu menghalangi?”

            Seperti menusuk ke dalam hatinya, Harry seperti ditampar dari dalam. Dia benar-benar terkesan dengan kata-kata itu, sangat otentik dengan apa yang dialaminya sekarang. Ia sadar bahwa selama ini banyak cobaan yang datang menghampirinya, tetapi semua itu dilakoninya dengan penyesalan demi penyesalan tanpa memaknai kejadian-kejadian itu. Harry sangat tertarik untuk lebih mengetahui sumber dari kata-kata itu, kata-kata yang membuat batinnya terkesima, ya.. itulah Al-Qur’an.

            Melalui bantuan dari pemuda bijak itu, Harry pun diikutkan dalam kelompok kecil (halaqah) dan ia diajari bagaimana membentuk paradigma mendasar hidup yang benar, yaitu aqidah. Harry dibimbing untuk berfikir secara objektif dalam menilai sebuah agama. Akhirnya, dengan melihat “ajaran Islam” dan semua kebenaran logis dari ayat-ayat Al-Qur’an, Harry memutuskan dirinya menjadi seorang mu’allaf dan ia ingin terus belajar untuk menerapkan Islam secara Kaffah dalam hidupnya.

Love Is Magic

(bacalah sambil mendengarkan lagu Lyla - Magic, selamat menikmati, insya Allah bermanfaat)
  
Ada rahasia terdalam di hati ‘Ali yang tak dikisahkannya pada siapapun. Fathimah. Karib kecilnya, puteri tersayang dari Sang Nabi yang adalah sepupunya itu, sungguh mempesonanya. Kesantunannya, ibadahnya, kecekatan kerjanya, parasnya. Lihatlah gadis itu pada suatu hari ketika ayahnya pulang dengan luka memercik darah dan kepala yang dilumur isi perut unta. Ia bersihkan hati-hati, ia seka dengan penuh cinta. Ia bakar perca, ia tempelkan ke luka untuk menghentikan darah ayahnya. Semuanya dilakukan dengan mata gerimis dan hati menangis. Muhammad ibn ’Abdullah Sang Terpercaya tak layak diperlakukan demikian oleh kaumnya! Maka gadis cilik itu bangkit. Gagah ia berjalan menuju Ka’bah. Di sana, para pemuka Quraisy yang semula saling tertawa membanggakan tindakannya pada Sang Nabi tiba-tiba dicekam diam. Fathimah menghardik mereka dan seolah waktu berhenti, tak memberi mulut-mulut jalang itu kesempatan untuk menimpali. Mengagumkan!

            ‘Ali tak tahu apakah rasa itu bisa disebut CINTA. Dari mata turun ke hati, ya.. mungkin itulah yang dirasakannya saat itu. Sebuah kekaguman yang luar biasa terhadap seorang Fatimah. Rasa ini tersimpan lama di lubuk hatinya, bahkan sampai ia menganjak dewasa & sudah siap untuk menikah.

            Ketika kesiapan ini sudah datang, tersentak ia terkejut mendengar kabar bahwa Fathimah akan dilamar seorang lelaki yang paling akrab dan paling dekat kedudukannya dengan Sang Nabi. Lelaki yang membela Islam dengan harta dan jiwa sejak awal-awal risalah. Lelaki yang iman dan akhlaqnya tak diragukan, Abu Bakr Ash Shiddiq Radhiyallaahu ’Anhu.

            Lunglailah tubuh Ali saat mendengar kabar itu. Lelaki mana yang tidak hancur hatinya saat mengetahui bahwa wanita yang diidam-idamkannya selama ini akan dipinang oleh orang lain? Lelaki mana yang tidak galau dan perih benaknya saat tau bahwa perasaan yang selama ini yang dipendamnya harus direlakan begitu saja? Namun, Ali betul2 luar biasa…

”Allah mengujiku rupanya”, begitu batin ’Ali.

            Ia merasa diuji karena merasa apalah ia dibanding Abu Bakar. Kedudukan di sisi Nabi? Abu Bakar lebih utama, mungkin justru karena ia bukan kerabat dekat Nabi seperti ’Ali, namun keimanan dan pembelaannya pada Allah dan RasulNya tak tertandingi. Lihatlah bagaimana Abu Bakar menjadi kawan perjalanan Nabi dalam hijrah, sementara ’Ali bertugas menggantikan beliau untuk menanti maut di ranjangnya.

            Lihatlah berapa banyak budak Muslim yang dibebaskan dan para faqir yang dibela Abu Bakr. Bilal, Khabbab, keluarga Yassir, ’Abdullah ibn Mas’ud.. Sedangkan siapa budak yang dibebaskan ’Ali? Dari sisi finansial, Abu Bakr sang saudagar, insya Allah lebih bisa membahagiakan Fathimah.

’Ali hanya pemuda miskin dari keluarga miskin. ”Inilah persaudaraan dan cinta”, gumam ’Ali.
”Aku mengutamakan Abu Bakr atas diriku, aku mengutamakan kebahagiaan Fathimah atas cintaku.”

Cinta tak pernah meminta untuk menanti. Ia mengambil kesempatan atau mempersilakan. Ia adalah keberanian, atau pengorbanan.

            Entah kenapa, mungkin ini keberuntungan Ali, ternyata lamaran Abu Bakr ditolak. Wah… Mungkin begitu bahagianya perasaan Ali saat itu. Mungkin juga bercampur sedih, karena prihatin dengan sahabatnya. ’Ali terus menjaga semangatnya untuk mempersiapkan diri. Akhirnya kegalauan hati Ali terobati lagi, sekali lagi ia ingin memberanikan diri untuk melamar Fatimah. Namun, rupanya ujian itu belum berakhir. Setelah Abu Bakr mundur, datanglah melamar Fathimah seorang laki-laki lain yang gagah dan perkasa, seorang lelaki yang sejak masuk Islamnya membuat kaum Muslimin berani tegak mengangkat muka, seorang laki-laki yang membuat syaithan berlari takut dan musuh- musuh Allah bertekuk lutut. Al Faruq, Umar bin Khattab r.a

            Betapa tinggi kedudukannya di sisi Rasul, di sisi ayah Fathimah. Lalu coba bandingkan bagaimana dia berhijrah dan bagaimana ’Umar melakukannya. ’Ali menyusul sang Nabi dengan sembunyi-sembunyi, dalam kejaran musuh yang frustasi karena tak menemukan beliau. Maka ia hanya berani berjalan di kelam malam. Selebihnya, di siang hari dia mencari bayang-bayang gundukan bukit pasir. Menanti dan bersembunyi. Sebaliknya, Umar adalah lelaki pemberani. Ia dengan lantangnya menuju keatas Ka’bah & mengatakan kepada kafir Quraisy bahwa Rasul akan berhijrah, siapa yang menghalangi Rasul hadapi Umar.

            Ali, sekali lagi sadar. Dinilai dari semua segi dalam pandangan orang banyak, dia pemuda yang belum siap menikah. Apalagi menikahi Fathimah binti Rasulillah! Tidak. ’Umar jauh lebih layak. Dan ’Ali ridha.
Cinta tak pernah meminta untuk menanti. Ia mengambil kesempatan.Itulah keberanian. Atau mempersilakan. Yang ini pengorbanan.

            Maka ’Ali bingung ketika kabar yang sama didapatnya. Lamaran ’Umar juga ditolak? Wow!! Mustahil! Menantu semacam apa yang sebenarnya dikehendaki Rasul? Yang seperti ’Utsman sang miliarder kah yang telah menikahi Ruqayyah binti Rasulillah? Ternyata memang aneh, Ustman pun ditolak… Maka hampir tidak percaya diri Ali saat itu. Tiga orang sahabat yang benar-benar luar biasa keimanan & pengorbanannya untuk Islam, tidak mendapat persetujuan oleh Rasulullah sedikitpun. “Apalagi aku?” batin Ali.

           ”Mengapa bukan engkau yang mencoba kawan?”, kalimat teman-teman Ansharnya itu membangunkan lamunan. ”Mengapa engkau tak mencoba melamar Fathimah? Aku punya firasat, engkaulah yang ditunggu-tunggu Baginda Nabi.. ”

”Aku?”, tanyanya tak yakin.
”Ya. Engkau wahai saudaraku!”
”Aku hanya pemuda miskin. Apa yang bisa kuandalkan?”
”Kami di belakangmu, kawan! Semoga Allah menolongmu!”

            ’Ali pun menghadap Sang Nabi. Dengan langkah yang ragu-ragu, disampaikannya keinginannya untuk menikahi Fathimah. Ya, menikahi. Ia tahu, secara ekonomi tak ada yang menjanjikan pada dirinya. Hanya ada persediaan tepung kasar untuk makannya ditambah satu set baju besi bekas perang, itupun bekas pemberian Rasul. Namun, meminta waktu dua atau tiga tahun (khitbah) untuk bersiap-siap? Itu memalukan! Meminta Fathimah menantikannya di batas waktu hingga ia siap? Itu sangat kekanakan! Usianya telah berkepala dua sekarang.

           ”Engkaulah pemuda sejati wahai ’Ali!”, begitu nuraninya mengingatkan. Pemuda yang siap bertanggung jawab atas CINTA nya. Pemuda yang siap memikul resiko atas pilihan- pilihannya. Pemuda yang yakin bahwa Allah Maha Kaya. Lamarannya menyahutkan sesuatu yang menggembirakan, ”Ahlan wa sahlan!” Kata itu meluncur tenang bersama senyum Sang Nabi.

            Dan ia pun bingung. Apa maksudnya? Ucapan selamat datang? itu sulit untuk bisa dikatakan sebagai isyarat penerimaan atau penolakan. Ah, mungkin Nabi pun bingung untuk menjawab. Mungkin tidak sekarang. Tapi ia siap ditolak. Itu resiko. Dan kejelasan jauh lebih ringan daripada menanggung beban tanya yang tak kunjung berjawab. Apalagi menyimpannya dalam hati sebagai bahtera tanpa pelabuhan. Ah, itu menyakitkan!

”Bagaimana jawab Rasul kawan? Bagaimana lamaranmu?”
”Entahlah..”
”Apa maksudmu?”
”Menurut kalian apakah ’Ahlan wa Sahlan’ berarti sebuah jawaban!”
”Dasar tolol! Tolol!”, kata mereka,
”Eh, maaf kawan.. Maksud kami satu saja sudah cukup dan kau mendapatkan dua! Ahlan saja sudah berarti YA. Sahlan juga. Dan kau mendapatkan Ahlan wa Sahlan kawan! Wuihh… Dua-duanya berarti YA dan YA!!!”
“Ah, massaaaa?” sambil tersipu malu.
“Ahh,,, gimana sih? Seriuss.. Coba saja lagi, utarakan lah keinginanmu, tapi ingat jangan langsung kabur!”

            Akhirnya, hal yang tak diduga-duga terjadi. Love is Magic… Lamaran Ali benar-benar diterima.  ’Ali pun menikahi Fathimah. Dengan menggadaikan baju besinya. Dengan rumah yang semula ingin disumbangkan ke kawan-kawannya tapi Nabi bersikeras agar ia membayar cicilannya. Itu hutang. Ya… Sekali lagi, love is magic, benar-benar magic…

            Dalam suatu riwayat dikisahkan, suatu hari (setelah mereka menikah) Fathimah berkata kepada ‘Ali, “Maafkan aku, karena sebelum menikah denganmu. Aku pernah satu kali jatuh cinta pada seorang pemuda… ” Fatimah mencoba menggombal.
‘Ali marah dan berkata, “kalau begitu mengapa engkau mau manikah denganku? dan Siapakah pemuda itu?”
Sambil tersenyum Fathimah berkata, “Ya, karena pemuda itu adalah Dirimu…” (cie cieee….)

*Minggu, 06.00 sore
-Diiringi musik Lyla - Magic
-Pulang dari Banjarbaru, inspired from Ust. Abay
-Usai acara AMAL, “V-Day?? EGP…” rame euy!

Love Is Magic...

(bacalah sambil mendengarkan lagu Lyla - Magic, selamat menikmati, insya Allah bermanfaat) 

            Ada rahasia terdalam di hati ‘Ali yang tak dikisahkannya pada siapapun. Fathimah. Karib kecilnya, puteri tersayang dari Sang Nabi yang adalah sepupunya itu, sungguh mempesonanya. Kesantunannya, ibadahnya, kecekatan kerjanya, parasnya. Lihatlah gadis itu pada suatu hari ketika ayahnya pulang dengan luka memercik darah dan kepala yang dilumur isi perut unta. Ia bersihkan hati-hati, ia seka dengan penuh cinta. Ia bakar perca, ia tempelkan ke luka untuk menghentikan darah ayahnya. Semuanya dilakukan dengan mata gerimis dan hati menangis. Muhammad ibn ’Abdullah Sang Terpercaya tak layak diperlakukan demikian oleh kaumnya! Maka gadis cilik itu bangkit. Gagah ia berjalan menuju Ka’bah. Di sana, para pemuka Quraisy yang semula saling tertawa membanggakan tindakannya pada Sang Nabi tiba-tiba dicekam diam. Fathimah menghardik mereka dan seolah waktu berhenti, tak memberi mulut-mulut jalang itu kesempatan untuk menimpali. Mengagumkan!
            ‘Ali tak tahu apakah rasa itu bisa disebut CINTA. Dari mata turun ke hati, ya.. mungkin itulah yang dirasakannya saat itu. Sebuah kekaguman yang luar biasa terhadap seorang Fatimah. Rasa ini tersimpan lama di lubuk hatinya, bahkan sampai ia menganjak dewasa & sudah siap untuk menikah.
            Ketika kesiapan ini sudah datang, tersentak ia terkejut mendengar kabar bahwa Fathimah akan dilamar seorang lelaki yang paling akrab dan paling dekat kedudukannya dengan Sang Nabi. Lelaki yang membela Islam dengan harta dan jiwa sejak awal-awal risalah. Lelaki yang iman dan akhlaqnya tak diragukan, Abu Bakr Ash Shiddiq Radhiyallaahu ’Anhu.
            Lunglailah tubuh Ali saat mendengar kabar itu. Lelaki mana yang tidak hancur hatinya saat mengetahui bahwa wanita yang diidam-idamkannya selama ini akan dipinang oleh orang lain? Lelaki mana yang tidak galau dan perih benaknya saat tau bahwa perasaan yang selama ini yang dipendamnya harus direlakan begitu saja? Namun, Ali betul2 luar biasa…
”Allah mengujiku rupanya”, begitu batin ’Ali.
            Ia merasa diuji karena merasa apalah ia dibanding Abu Bakar. Kedudukan di sisi Nabi? Abu Bakar lebih utama, mungkin justru karena ia bukan kerabat dekat Nabi seperti ’Ali, namun keimanan dan pembelaannya pada Allah dan RasulNya tak tertandingi. Lihatlah bagaimana Abu Bakar menjadi kawan perjalanan Nabi dalam hijrah, sementara ’Ali bertugas menggantikan beliau untuk menanti maut di ranjangnya.
            Lihatlah berapa banyak budak Muslim yang dibebaskan dan para faqir yang dibela Abu Bakr. Bilal, Khabbab, keluarga Yassir, ’Abdullah ibn Mas’ud.. Sedangkan siapa budak yang dibebaskan ’Ali? Dari sisi finansial, Abu Bakr sang saudagar, insya Allah lebih bisa membahagiakan Fathimah.
’Ali hanya pemuda miskin dari keluarga miskin. ”Inilah persaudaraan dan cinta”, gumam ’Ali.
”Aku mengutamakan Abu Bakr atas diriku, aku mengutamakan kebahagiaan Fathimah atas cintaku.”
Cinta tak pernah meminta untuk menanti. Ia mengambil kesempatan atau mempersilakan. Ia adalah keberanian, atau pengorbanan.
            Entah kenapa, mungkin ini keberuntungan Ali, ternyata lamaran Abu Bakr ditolak. Wah… Mungkin begitu bahagianya perasaan Ali saat itu. Mungkin juga bercampur sedih, karena prihatin dengan sahabatnya. ’Ali terus menjaga semangatnya untuk mempersiapkan diri. Akhirnya kegalauan hati Ali terobati lagi, sekali lagi ia ingin memberanikan diri untuk melamar Fatimah. Namun, rupanya ujian itu belum berakhir. Setelah Abu Bakr mundur, datanglah melamar Fathimah seorang laki-laki lain yang gagah dan perkasa, seorang lelaki yang sejak masuk Islamnya membuat kaum Muslimin berani tegak mengangkat muka, seorang laki-laki yang membuat syaithan berlari takut dan musuh- musuh Allah bertekuk lutut. Al Faruq, Umar bin Khattab r.a
            Betapa tinggi kedudukannya di sisi Rasul, di sisi ayah Fathimah. Lalu coba bandingkan bagaimana dia berhijrah dan bagaimana ’Umar melakukannya. ’Ali menyusul sang Nabi dengan sembunyi-sembunyi, dalam kejaran musuh yang frustasi karena tak menemukan beliau. Maka ia hanya berani berjalan di kelam malam. Selebihnya, di siang hari dia mencari bayang-bayang gundukan bukit pasir. Menanti dan bersembunyi. Sebaliknya, Umar adalah lelaki pemberani. Ia dengan lantangnya menuju keatas Ka’bah & mengatakan kepada kafir Quraisy bahwa Rasul akan berhijrah, siapa yang menghalangi Rasul hadapi Umar.
            Ali, sekali lagi sadar. Dinilai dari semua segi dalam pandangan orang banyak, dia pemuda yang belum siap menikah. Apalagi menikahi Fathimah binti Rasulillah! Tidak. ’Umar jauh lebih layak. Dan ’Ali ridha.
Cinta tak pernah meminta untuk menanti. Ia mengambil kesempatan.Itulah keberanian. Atau mempersilakan. Yang ini pengorbanan.
            Maka ’Ali bingung ketika kabar yang sama didapatnya. Lamaran ’Umar juga ditolak? Wow!! Mustahil!
            Menantu semacam apa yang sebenarnya dikehendaki Rasul? Yang seperti ’Utsman sang miliarder kah yang telah menikahi Ruqayyah binti Rasulillah? Ternyata memang aneh, Ustman pun ditolak… Maka hampir tidak percaya diri Ali saat itu. Tiga orang sahabat yang benar-benar luar biasa keimanan & pengorbanannya untuk Islam, tidak mendapat persetujuan oleh Rasulullah sedikitpun. “Apalagi aku?” batin Ali.
            ”Mengapa bukan engkau yang mencoba kawan?”, kalimat teman-teman Ansharnya itu membangunkan lamunan. ”Mengapa engkau tak mencoba melamar Fathimah? Aku punya firasat, engkaulah yang ditunggu-tunggu Baginda Nabi.. ”
”Aku?”, tanyanya tak yakin.
”Ya. Engkau wahai saudaraku!”
”Aku hanya pemuda miskin. Apa yang bisa kuandalkan?”
”Kami di belakangmu, kawan! Semoga Allah menolongmu!”
            ’Ali pun menghadap Sang Nabi. Dengan langkah yang ragu-ragu, disampaikannya keinginannya untuk menikahi Fathimah. Ya, menikahi. Ia tahu, secara ekonomi tak ada yang menjanjikan pada dirinya. Hanya ada persediaan tepung kasar untuk makannya ditambah satu set baju besi bekas perang, itupun bekas pemberian Rasul. Namun, meminta waktu dua atau tiga tahun (khitbah) untuk bersiap-siap? Itu memalukan! Meminta Fathimah menantikannya di batas waktu hingga ia siap? Itu sangat kekanakan! Usianya telah berkepala dua sekarang.
            ”Engkaulah pemuda sejati wahai ’Ali!”, begitu nuraninya mengingatkan. Pemuda yang siap bertanggung jawab atas CINTA nya. Pemuda yang siap memikul resiko atas pilihan- pilihannya. Pemuda yang yakin bahwa Allah Maha Kaya. Lamarannya menyahutkan sesuatu yang menggembirakan, ”Ahlan wa sahlan!” Kata itu meluncur tenang bersama senyum Sang Nabi.
            Dan ia pun bingung. Apa maksudnya? Ucapan selamat datang? itu sulit untuk bisa dikatakan sebagai isyarat penerimaan atau penolakan. Ah, mungkin Nabi pun bingung untuk menjawab. Mungkin tidak sekarang. Tapi ia siap ditolak. Itu resiko. Dan kejelasan jauh lebih ringan daripada menanggung beban tanya yang tak kunjung berjawab. Apalagi menyimpannya dalam hati sebagai bahtera tanpa pelabuhan. Ah, itu menyakitkan!
”Bagaimana jawab Rasul kawan? Bagaimana lamaranmu?”
”Entahlah..”
”Apa maksudmu?”
”Menurut kalian apakah ’Ahlan wa Sahlan’ berarti sebuah jawaban!”
”Dasar tolol! Tolol!”, kata mereka,
”Eh, maaf kawan.. Maksud kami satu saja sudah cukup dan kau mendapatkan dua! Ahlan saja sudah berarti YA. Sahlan juga. Dan kau mendapatkan Ahlan wa Sahlan kawan! Wuihh… Dua-duanya berarti YA dan YA!!!”
“Ah, massaaaa?” sambil tersipu malu.
“Ahh,,, gimana sih? Seriuss.. Coba saja lagi, utarakan lah keinginanmu, tapi ingat jangan langsung kabur!”
            Akhirnya, hal yang tak diduga-duga terjadi. Love is Magic… Lamaran Ali benar-benar diterima.  ’Ali pun menikahi Fathimah. Dengan menggadaikan baju besinya. Dengan rumah yang semula ingin disumbangkan ke kawan-kawannya tapi Nabi bersikeras agar ia membayar cicilannya. Itu hutang. Ya… Sekali lagi, love is magic, benar-benar magic…
            Dalam suatu riwayat dikisahkan, suatu hari (setelah mereka menikah) Fathimah berkata kepada ‘Ali, “Maafkan aku, karena sebelum menikah denganmu. Aku pernah satu kali jatuh cinta pada seorang pemuda… ” Fatimah mencoba menggombal.
‘Ali marah dan berkata, “kalau begitu mengapa engkau mau manikah denganku? dan Siapakah pemuda itu?”
Sambil tersenyum Fathimah berkata, “Ya, karena pemuda itu adalah Dirimu…” (cie cieee….)

*Minggu, 06.00 sore
-Diiringi musik Lyla - Magic
-Pulang dari Banjarbaru, inspired from Ust. Abay
-Usai acara AMAL, “V-Day?? EGP…” rame euy!

Pemilik Suara Yang Paling Merdu...

Oke,,, dimulai dengan D, selanjutnya ke A, Bm, dan G, lalu kembali lagi ke A, Gotcha!
D A Bm G
Gathered here with my family
My Neighbours and my friends
Standing firm together against oppression holding hands…
It doesn’t matter where you’re from..
Or if you’re young, old, woman or man
We’re here for the same reason, we want to take back our land...


Oh God, thank you..
For giving us the strength to hold on
And now we're here together..

Calling for freedom… Freedom…
(Maher Zein: Freedom)

                Layaknya seorang musisi, kucari inspirasi melalui headset di telinga dan gitar di pangku tangan. Sambil mencoba satu persatu irama yang cocok dari gitar akustik untuk dikoloborasikan dengan suara cemprengku. Maklum, sudah lama tidak kunikmati rasanya memetik gitar. Ya, inilah passionku, aku pun juga manusia, sisi pribadi yang tidak bisa dipungkiri, sama seperti yang lainnya.

                Kali ini mungkin suasana hatiku sedang gembira, entahlah, mungkin karena merasa lega telah lolos dari beratnya amanah yang hampir menimpaku. Namun, di satu sisi, merasa prihatin juga dengan kegalauan teman seperjuanganku. Kalau dipikir2 memang berat sih rasanya, aku pun mengerti, tetapi ingatlah kawan, jika kita menolong agama Allah, maka Allah pun akan menolong kita juga, kalo Allah yang menolong, maka tidak ada yang dapat menandingi kekuasaan-Nya. “Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan (Al-Insyirah)”. “Allah tidak akan menurunkan cobaan diluar kemampuan hamba-Nya”.

                Yang paling penting adalah ketika seseorang ikhlas memperjuangkan agama Allah, meski harus mengarungi samudera kehidupan, berjuang melawan kegagalan, melewati banyak cobaan dan rintangan, melalui berbagai macam ujian, menerpa desir hujan dan gemuruh badai dan walau harus menoreh luka dan terseok-seok di tengah keterpurukan (alay mode on), atas pertolongan-Nya pun orang-orang disekitarnya akan dengan sendirinya ikut membantu. Karena KITA adalah TIM……

                Kembali ke laptop,,,
           ”Waahh... suaranya bagus ya!” terdengar pembicaraan dua orang akhwat yang lewat didepan rumahku. Suatu hal yang tidak diduga-duga saat kumainkan karya Maher Zein tersebut. Entahlah, Hmm, may be Yes, may be No, ah, jadi malu... Haha. Lalu, benarkah suaraku sebagus itu? Lupakan!

              Masih dalam topik yang sama, menurut kalian siapakah suara yang paling merdu didunia ini? Michael Jackson kah? Mariah Carrey? Bruno Mars? Atau....
             Salah semua! Ternyata suara yang paling merdu & untaian kata yg paling indah didengar bukan milik mereka semua! Bukan pula miliknya para konstentan K-Pop atau Galaxy Superstar yg hanya berdasarkan penilaian juri & polling sms, Bukan pula miliknya Afgan (owh... sejenak di ujung sana para Afganisme alias Fansnya Afgan tertunduk kecewa...).... BUKAN SAMA SEKALI!!

”Lalu siapa?!!!” (para fans-nya teriak histeris krn sedih & tdk terima)
                Jawabannya adalah sang penyeru agama Allah,, alias para pendakwah/penda’i yg paling merdu suaranya, paling Mantep perkataannya, ini bukan mengada-ngada, ini berdasar ayat Al-Qur’an yg artinya wallahu a’lam..
“dan siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada (agama) Allah,….” (TQS. Fushilat 33)

                Terpakulah para konstentan Boyband & Girlband... termenunglah Afganisme..... Michael Jackson dan Mariah Carey yg berlinang air mata terlihat kecewa.... mereka berkata2, ”Ya ampun, ya ampuun.., sebegitu merdunya kah suara kalian wahai para penda’i?”

                Oh Jelas! meskipun suara2 mereka banyak yg cempreng & pas2an tapi tetap.. mereka lah pemilik suara yg paling merdu dan apa yg mereka sampaikan adalah yg paling baik. Ini bukan berdasar penilaian dari dewan juri, para fans, ataupun polling sms. Polling sms menipu, telinga dewan juri & fans bisa salah. Ini adalah Kalamullah, Al-Qur’an yg mutlak kebenarannya bagi kita yg mengimaninya, Allah SWT tdk pernah salah menilai hamba-Nya, Maha Benar Ilahi yg mengetahui segalanya, Bagi-Nya suara-suara cempreng  dan serak yang menyeru manusia kepada Syariat-Nya ribuan bahkan jutaan kali lebih berharga dari suara semerdu apapun yang mana tujuannya hanya sekedar melenakan manusia bahkan melalaikan mereka dari pensucian-Nya.

                Menggadaikan suara... mendapat Cinta!
                Haa... harga yang teramat menggiurkan! sungguh berbahagialah... karena ini merupakan perniagaan yang sangat menguntungkan. Bahkan siksaan macam apapun tak akan mampu membatalkan perniagaan itu.

                Hingga Bilal bin Rabbah tak patah semangat meneriakkan alunan Ahad.... Ahad... nya.
Dan Abdullah bin Mas’ud, si kerempeng, bahagia dengan seruan tauhidnya... walau pada akhirnya harus rela digelitik oleh keroyokan pukulan kaum kafir Quraisy. Gelitikan itu pula yang membuat Abu Dzar, si orang asing, bangkit lagi untuk ke sekian kalinya setelah pingsan akibat keroyokan setelah seruan dakwahnya. Yoi, sobat! Hanya gelitikan!

                Jadi saksikanlah suara-suara itu semakin menggema....! suara yang memekakkan dan begitu buruk di telinga para pembuat maksiat. Tidak! Bukan suaranya yang jelek, namun telinga merekalah yang penuh kotoran sehingga tak pernah bisa membedakan harmoni yang indah dan yang bukan.

                Maka para dai pengalun melodi dakwah, lantangkanlah seruan!
                Kumandangkan dengan dahsyat kebenaran....
           Hingga bahananya membelah angkasa..... hingga nada-nadanya menembus tabir angkara murka....
                Atau berbisiklah.... bahkan bisikan amar ma’ruf kalian layaknya alunan musik....
                Bukan musik biasa... namun alunan musik.... senandung para ahli surga!

*Senin, 06.30
-Diiringi Maher Zein - Freedom
-Usai Mutala’ah beberapa buku
-Inspired from my ustadz, Akin ”D”