Akan hadir-Mu yang selalu memberikan segala
Tak mampu kami sebutkan semua
Senang dan Sedih yang ada
Bagai kelupaan kami pada udara
Sumber dari penghidupan semesta
Sejak
kita terlahir di dunia, banyak hal-hal menyenangkan yang pernah kita alami.
Dari mulai terlahir di keluarga kaya, mumpuni, dan mampu memenuhi segala
kebutuhan, pun juga keinginan kita. Terlahir dengan anggota badan yang
sempurna, lengkap dengan wajah cantik dan kulit putih bersih. Atau bilapun
tidak secantik atau setampan yang dibayangkan, tetaplah maskara yang dikau beli
akan mampu menutupinya.
Kawan,
jika dikau pernah berkeliling di rumah sakit, lihatlah kehidupan di sekitarmu.
Berapa banyak yang hidupnya serba kekurangan dan membutuhkan pertolongan.
Cobalah sesekali dikau berkunjung ke ruang jantung ataulah paru, lihatlah
berapa banyak mereka yang kesusahan untuk hanya sekedar bernafas lega. Atau
cobalah dikau tengok mereka yang berjuang melawan kankernya di ruang hematoonkologi.
Dikau akan tau betapa berharganya setiap detik dan hari-hari mereka. Dan
sungguh nyamannya kita yang bisa menghabiskan waktu bersama2 orang tercinta,
sedang mereka, harus menghitung hari-harinya sebelum direnggut nyawa. Beruntungnya,
kehidupanku selalu berkutat dengan yang namanya “sakit”. Mungkin, agar aku
dipaksa belajar tentang maknanya “sakit”. Dan apa yang bisa kulakukan untuk
rasa “sakit” tersebut.
Pernah
suatu ketika, aku jaga malam di stroke center (tempat rawat intensif penderita
stroke). Waktu itu, ada pasien baru dengan stroke hemoragik (stroke karena
pendarahan) yang diakibatkan pecahnya pembuluh darah otak –biasanya karena
hipertensi-. Karena pasien tersebut penurunan kesadaran, maka sewajarnya sudah
kulakukan pengawasan ketat. Sesekali aku duduk dimeja sambil menulis atau curi2
waktu makan. Mungkin karena iba denganku yang kelaparan, anak dari pasien
tersebut menghampiriku sambil menyerahkan martabak dan terang bulan (wueenaaak
tenaaan...). Ia mengucapkan terimakasih dan kemudian bercengkerama.
Ia
bilang selama ini kehidupannya sangat nyaman dan bahagia. Namun ketika papahnya
dilanda sakit, ibu dan keluarganya juga tidak bisa tenang. Fokus mereka
teralihkan untuk kesembuhan sang ayah. Pekerjaan rumah tangga dan luaran sering
tak dihiraukan. Dirinya sendiri juga kesulitan untuk mengatur waktu kuliah.
Sehingga saat itu, ia dan keluarga benar2 merasa kesulitan, dengan aktivitas
kuliah, biaya sekolah, urusan rumah tangga dan pengobatan sang ayah.
Satu
hal penting yang ia sampaikan padaku. Ketika dalam kondisi kesusahan tersebut
ia dan keluarga makin dekat dengan Allah, Yang Maha Pengampun dan Pemberi
Kesembuhan. Ia makin sering mengaji, shalat, dan ibadah lainnya, berharap untuk
dapat keluar dari kesusahan dan diberi kekuatan untuk bertahan dalam cobaan.
Begitulah, seringkali hari-hari kita berlalu tanpa arti, dannn.. tidak ada
salahnya untuk berubah. Semoga ayahnya sudah sehat wal afiat sekarang dan
keluarga sudah bahagia seperti semula. Oh iya, anak pasien tersebut perempuan
lohh.. hahaha. Eh, yang disana jangan cemburu ya! (Emang ada?)
Begitulah hidup, pelajaran demi
pelajaran akan selalu ada. Asal dikau bisa mengambil hikmahnya dan menyambut
berkahnya. Kita senantiasa merasa kesuksesan, kesenangan, kebahagiaan pada diri
kita sekarang adalah hasil jerih payah kita sendiri, tanpa pertolongan dari-Nya.
Itulah mengapa kesenangan itu takkan bertahan lama. Karena, Allah ingin
mengingatkan kita kembali akan kehadiran-Nya. Dia ingin kita dekat lagi
dengan-Nya dan bukan termasuk orang-orang yang lalai. Allah berfirman: