About this blog..

Total Tayangan Halaman

Menu

11/23/2017

Ujian adalah Jalan Taubat (Selalu Sebuah Pilihan)

Wahai Tuhan Jauh sudah
Lelah kaki melangkah..
Aku hilang, tanpa arah..
Rindu hati pada sinarmu
Wahai Tuhan, Aku lemah
Hina, berlumur noda
Hapuskanlah, terangilah
Jiwa di hitam jalanku...
            
Okeee.., mari kita dendangkan sama2 lirik dari lagu Opick -Taubat yang dulunya cukup terkenal di zamannya album religi. Dikau bisa memulainya dari G D Em C , hhe. Aku banyak menyukai lagu-lagu dari penyanyi yang satu ini. Selain suaranya bagus dan aransemennya yang aduhai. Diksinya juga menyejukkan telinga. Kalau tidak salah, aku pernah membawakan lagu ini bersama kawan2 waktu pensi dulu. Masa-masa saat mahasiswa baru gitu.. meski dengan suaraku yang cempreng, nampaknya penampilan kami waktu itu cukup menghibur. Atau mungkin karena efek saya kali ya.... (*hueeekkk)

            Aku bukan ingin bercerita tentang biografinya. Yang aku ingin ceritakan adalah lagu ini nampaknya banyak mewakili perasaan banyak orang. Perasaan ketika mendapati hidup penuh dengan keterpurukan ataupun penyesalan. Ketika hari-hari kita senantiasa bergulir bersama cobaan dan ujian, bahkan jalan keluarnya saja tak nampak di penghujung lelah. Maka mari kita sejenak berpikir apakah masalah demi masalah yang kita lalui ini adalah sebuah peringatan? atau sebuah jalan untuk kita berpikir bahwa diri ini lemah dan betapa perlunya kita sebuah ampunan?

            Kawan... pernahkah kamu merenungi tentang kesalahan dan kekhilafan yang pernah dilakukan? Mungkin kita semua akan berpikiran sama, “Andai punya mesin waktu, aku ingin sekali merubah kembali masa2 itu..”. Dan sayangnya, berandai2 terkadang juga berupa bisikan setan. Membujukmu untuk terus melakukan maksiat dan kesalahan yang sama, sehingga kamu berpikir di masa depan mungkin kamu mampu merubah segalanya atau menghapus memori kelam di masa lalu. Tapi tahukah kawan? tak ada yang bisa memilih awal dan akhir hidup kita seperti apa, namun mengawali kebaikan dan mengakhiri keburukan itu, selalu sebuah pilihan.

            Saat aku bercerita seperti ini, bukan berarti aku seputih yang orang2 kira. Seringkali saat aku memejamkan mata, kusaksikan selimut2 mimpi yang meraung2 di dinding pikiranku. Setiap kali kututup telinga, terdengar bisik2 rencana hari ini dan masa depan. Dan setiapku terbenam dalam bisu, pikiran2 pahit tentang masa lalu akan selalu membakar khayalku itu. Entahlah, saat kuhembuskan nafas di pagi hari, terkadang akupun bangun dengan perasaan kecewa tanpa tau apa penyebabnya. Kata orang, ketidakmengertian membuat hidup menjadi hampa, dan kehampaan akan menciptakan ketidakpedulian, begitulah.. aku pun juga, memiliki sisi hitam...

            Apakah kamu pernah sepertiku? Dalam hidup ini, kesedihan yang mengganjal di hati kita mungkin muncul tatkala kita berfikir tentang keputusasaan akan jaring2 masa lalu. Mungkin juga sebuah ketakutan yang membayangi langkah saat merenungi masa depan yang penuh dengan ketidakpastian itu. Entahlah, lika-liku hidup ini penuh misteri, segalanya adalah ketentuan Allah dan seluruhnya ialah kuasa-Nya. Oleh karenanya, bila hidupmu penuh dengan masalah dan cobaan. Yakin saja, jalan yang diberikan Allah pastilah yang terbaik akhirnya, maka ta’atlah kepada-Nya. Pasti kamu akan dibimbing-Nya.

            Mari berbenah diri, karena mungkin saja ujian yang menimpa hidupmu adalah petunjuk dari Allah agar kita bertaubat pada-Nya. Tak ubahnya kisah ujian yang menimpa kaum Nabi Musa dalam firman Allah surah al-a’raf : 155
“Musa berkata: Ya Tuhanku, kalau Engkau kehendaki, tentulah Engkau membinasakan mereka dan aku sebelum ini. Apakah Engkau membinasakan kami karena perbuatan orang2 yang kurang akal di antara kami? Itu hanyalah cobaan dari Engkau, Engkau sesatkan dengan cobaan itu siapa yang Engkau kehendaki dan Engkau beri petunjuk kepada siapa yang Engkau kehendaki. Engkaulah yang memimpin kami dan berilah kami rahmat dan Engkaulah Pemberi ampunan yang sebaik2nya.
            Dan mari kukatakan sekali lagi, awal dan akhir hidup kita tiada yang bisa memilih, namun mengawali kebaikan dan mengakhiri keburukan, itu selalu sebuah pilihan.




10/14/2017

Kita Sering Melupakan Allah Saat Senang

Allah, maaf kami sering lupa
Akan hadir-Mu yang selalu memberikan segala
Tak mampu kami sebutkan semua
Senang dan Sedih yang ada
Bagai kelupaan kami pada udara
Sumber dari penghidupan semesta

  Sejak kita terlahir di dunia, banyak hal-hal menyenangkan yang pernah kita alami. Dari mulai terlahir di keluarga kaya, mumpuni, dan mampu memenuhi segala kebutuhan, pun juga keinginan kita. Terlahir dengan anggota badan yang sempurna, lengkap dengan wajah cantik dan kulit putih bersih. Atau bilapun tidak secantik atau setampan yang dibayangkan, tetaplah maskara yang dikau beli akan mampu menutupinya.
                Kawan, jika dikau pernah berkeliling di rumah sakit, lihatlah kehidupan di sekitarmu. Berapa banyak yang hidupnya serba kekurangan dan membutuhkan pertolongan. Cobalah sesekali dikau berkunjung ke ruang jantung ataulah paru, lihatlah berapa banyak mereka yang kesusahan untuk hanya sekedar bernafas lega. Atau cobalah dikau tengok mereka yang berjuang melawan kankernya di ruang hematoonkologi. Dikau akan tau betapa berharganya setiap detik dan hari-hari mereka. Dan sungguh nyamannya kita yang bisa menghabiskan waktu bersama2 orang tercinta, sedang mereka, harus menghitung hari-harinya sebelum direnggut nyawa. Beruntungnya, kehidupanku selalu berkutat dengan yang namanya “sakit”. Mungkin, agar aku dipaksa belajar tentang maknanya “sakit”. Dan apa yang bisa kulakukan untuk rasa “sakit” tersebut.
                Pernah suatu ketika, aku jaga malam di stroke center (tempat rawat intensif penderita stroke). Waktu itu, ada pasien baru dengan stroke hemoragik (stroke karena pendarahan) yang diakibatkan pecahnya pembuluh darah otak –biasanya karena hipertensi-. Karena pasien tersebut penurunan kesadaran, maka sewajarnya sudah kulakukan pengawasan ketat. Sesekali aku duduk dimeja sambil menulis atau curi2 waktu makan. Mungkin karena iba denganku yang kelaparan, anak dari pasien tersebut menghampiriku sambil menyerahkan martabak dan terang bulan (wueenaaak tenaaan...). Ia mengucapkan terimakasih dan kemudian bercengkerama.
                Ia bilang selama ini kehidupannya sangat nyaman dan bahagia. Namun ketika papahnya dilanda sakit, ibu dan keluarganya juga tidak bisa tenang. Fokus mereka teralihkan untuk kesembuhan sang ayah. Pekerjaan rumah tangga dan luaran sering tak dihiraukan. Dirinya sendiri juga kesulitan untuk mengatur waktu kuliah. Sehingga saat itu, ia dan keluarga benar2 merasa kesulitan, dengan aktivitas kuliah, biaya sekolah, urusan rumah tangga dan pengobatan sang ayah.
                Satu hal penting yang ia sampaikan padaku. Ketika dalam kondisi kesusahan tersebut ia dan keluarga makin dekat dengan Allah, Yang Maha Pengampun dan Pemberi Kesembuhan. Ia makin sering mengaji, shalat, dan ibadah lainnya, berharap untuk dapat keluar dari kesusahan dan diberi kekuatan untuk bertahan dalam cobaan. Begitulah, seringkali hari-hari kita berlalu tanpa arti, dannn.. tidak ada salahnya untuk berubah. Semoga ayahnya sudah sehat wal afiat sekarang dan keluarga sudah bahagia seperti semula. Oh iya, anak pasien tersebut perempuan lohh.. hahaha. Eh, yang disana jangan cemburu ya! (Emang ada?)
                Begitulah hidup, pelajaran demi pelajaran akan selalu ada. Asal dikau bisa mengambil hikmahnya dan menyambut berkahnya. Kita senantiasa merasa kesuksesan, kesenangan, kebahagiaan pada diri kita sekarang adalah hasil jerih payah kita sendiri, tanpa pertolongan dari-Nya. Itulah mengapa kesenangan itu takkan bertahan lama. Karena, Allah ingin mengingatkan kita kembali akan kehadiran-Nya. Dia ingin kita dekat lagi dengan-Nya dan bukan termasuk orang-orang yang lalai. Allah berfirman:



“Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi. “ (QS Al Munafiqun: 9)

10/09/2017

Allah Tidak Bermaksud Jahat


Seperti halnya hujan
Kedatangannya selalu membuat kita berkata “ah”
Namun sesungguhnya ia menyuburkan dan menyejukkan
Sama halnya dengan api
Sering kedatangannya membuat mulut kita berteriak celaka
Namun apakah kita tahu
Kedatangannya membuat kayu menjadi abu yang manfaat

                
Segala apa yang diciptakan Allah, yang Dia turunkan ke alam ini adalah sebuah kebaikan dan kesempurnaan untuk kita. Tak ada maksud jahat dan buruk sedikitpun dari-Nya. Justru kebaikan yang tersembunyi, yang harusnya kita renungkan dan pikirkan sejenak.
                Dahulu, aku pernah mengalami masa-masa keputusasaan semenjak lulus SMA. Akan pedih rasanya ketika harapan yang membumbung tinggi harus dibinasakan dengan kenyataan. Kenyataan bahwa aku tidak bisa melanjutkan kuliah di kedokteran. Lama aku terbaring dalam sendu, lagu-lagu pengiring semangat nampak berirama mengiringi hari-hariku, sebutlah “Ya sudahlah..” dari bondan dkk, “Jauh mimpiku” Peterpan, “Dunia Yang Terlupa”, sampai “Lubang Hati..” nya letto. Yang bisa kulakukan hanyalah terus berjalan, life goes on.. aku harus tetap melangkah, karena jika terdiam, aku akan semakin tersesat dalam kenyataan.
                Apakah Allah bermaksud jahat kepadaku? Sempat terpikir hal buruk ini saat itu. Namun sesungguhnya, aku dibimbing untuk menangkap maksud kebaikan dari-Nya. Perjalanan hidup yang Allah berikan waktu itu sungguh merupakan hal-hal terindah untuk dikenang. Banyak hal yang telah mendewasakan diriku, setidaknya pemikiranku. Dipertemukan dengan saudara-saudara muslim sevisi, belajar dan berjuang bersama2 dalam dakwah, berguru dengan ulama-ulama mulia, menjalani kehidupan ala santri, dibimbing menuju hijrah suci. Bila mengingat masa lalu, momen2 selepas SMA tidak akan tergantikan. Bahkan, jika ditanya apa momentum terbaik yang berdampak dalam hidup hingga saat ini? Jawabku, ya, saat itu...
                Ujian itu menyadarkan kita agar bisa belajar menjadi manusia yang lebih baik lagi. Manusia yang ingat bahwa segala yang kita miliki hanyalah titipan dari Allah. Manusia yang mengetahui bahwa segala hal yang terjadi adalah kuasa-Nya dan hanya Dia yang tau rahasia-Nya. Maha Pemurah Allah, Dia selalu membimbing kita menuju ke arah yang lebih baik dengan cara-Nya. Dia tak ingin kita tergolong manusia-manusia yang tersesat dan merugi nantinya. Allah berfirman:


“Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah2an. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar. “ (QS Al-Baqarah: 155)

10/02/2017

Prolog: Ujian, Bukti Allah Mencintai mu..



“Sesungguhnya Allah SWT jika menyukai seorang hamba maka Dia mengujinya dan mengikatnya dengan ujian, seperti orang sakit yang mengikat keluarganya untuk tetap di sisinya..” (HR. Imam Ja’far Shadiq)
                Jika dikau memerhatikan bagaimana anak2 sakit, ia akan selalu minta ditemani oleh orang tua atau keluarganya. Ia manja, ingin diperhatikan, ia merengek, meminta kasih sayang. Sehingga orangtua yang biasanya sibuk bekerja, kini harus menyempatkan waktu banyak untuk menemaninya, agar dia bersemangat untuk sembuh.
                Begitu juga, terkadang Allah SWT memberikan ujian kepada kita, karena Dia ingin kita dekat dengan-Nya. Karena dengan ujian, kita senantiasa mengingat dan memohon pertolongan-Nya. Bukankah begitu sobat?
                Bukankah seringkali, ketika dalam situasi bahagia, tak ada tekanan maupun kesedihan, kita lupa akan kehadiran Allah SWT? Terlupa bahwa Dia menyaksikan, dan mendengar segala riuh suara batin kita. Dan bahkan, seringkali, hanya untuk sekedar menjawab panggilan-Nya (adzan) saja kita mengeluh karena telah mengusik kenyamanan waktu santai kita. Duhai sebaliknya, ketika dalam kondisi menyedihkan, terpuruk dan penuh tekanan, kita senantiasa bertiarap menengadah kepada-Nya. Seolah lupa, bahwa sedari dulu kita telah mencampakkan kehadiran dan panggilan-Nya. Kidung duka... Segitu lemahnya iman kita..
                Tak ubahnya kita, ketika kita mencintai seseorang, kita sering memberinya ujian dengan sengaja untuk mengukur seberapa besar kasih sayang dia kepada kita. (Perempuan sih biasanyaa..) Seberapa besar setianya kepada kita. Seberapa tulus rasa sayangnya (Euhh..) dan macam lainnya.
                Andaikan, kamu memberikan ujian berupa lost contact, kamu tidak ingin bicara lagi dengannya, you dont talk anymore... nahh.. mirip lagu itu lah. Selama beberapa hari atau minggu, akankah dia berpaling kepada yang lain. Ataukah dia setia menunggu dan menghubungimu lebih dulu. Semua akan terjawab lewat ujian ini.
                Seperti halnya Ibnu Hajar Al-Asqolany, jika dikau tau kisahnya. Begitu lelahnya ia diuji dengan kehilangan. Kehilangan orang tua terkasih hingga membuatnya susah berkonsentrasi dalam pelajaran. Namun, taqwa telah menggiringnya, keluar dari keputusasaan. Ia tau, bahwa yang ia perlukan hanya konsisten dalam ketetapan Allah SWT. Semakin banyak ujian yang menderanya, ia harus semakin dekat kepada Allah SWT. Di setiap ibadahnya, terselip doa pengharapan kepada Allah. Dan di setiap embusan nafasnya, tertiup kepasrahan & permintaan tolong kepada-Nya. Maka lahirlah, si “anak batu” lewat tetesan air yg tegar mengukir batu, siang dan malam mengalir bersama ketentuan Allah.
                Dan ingatlah kawan, ujian tidak hanya berwujud kesedihan yang meneteskan air mata, namun ia nya terkadang  berwujud kebahagiaan dan kabar gembira yang tak pernah kita duga. Hingga Allah SWT berfirman:

“Maka apabila manusia ditimpa bahaya ia menyeru Kami, kemudian apabila Kami berikan kepadanya nikmat dari Kami, ia berkata: ‘Sesungguhnya aku diberi nikmat itu hanyalah karena kepintaranku.’ Sebenarnya itu adalah ujian, tetapi kebanyakan mereka itu tidak mengetahui.” (QS Az-Zumar (39): 49))