“Kamu sekalian adalah umat
yang terbaik yang dikeluarkan di tengah-tengah manusia, menyeru kepada yang
ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, serta beriman kepada Allah….” (TQS Ali Imran 110)
”Wah, pokoknya
ayat ini favorit saya, dah..” dulu, saya punya sahabat yang begitu mengidolakan
ayat ini. Menurutnya ayat ini begitu menyejukkan, dan begitu membawa kedamaian.
Hmm... Saya sih maklum saja, siapa sih di dunia ini yang tidak suka dengan
pujian dan sanjungan. Seperti begini, ”Sebenernya kamu itu cakep lho..” wah,
cowok mana yang tidak melambung dengan kata-kata ’gombal’ seperti itu, apalagi
kalau yang bilang adalah cewek sang pujaan hati. Langsung deh, pas ke rumah
buru-buru mematut diri di kaca ”hmm... kayaknya emang bener, saya kok bingung,
dilihat dari mana saja kok nggak hilang-hilang cakepnya...” yaah.
Mungkin seperti
itu juga untuk kasus sahabat saya itu, dan juga kebanyakan umat muslim yang
membaca ayat di atas. ”Kamu itu yang terbaik!” Wuih, siapa yang tidak jadi gede
rasa dibuatnya, apalagi yang bilang adalah bukan sekedar sang pujaan hati,
namun Sang Empunya Hati. Wajar kalau yang dibilang merasa wajib untuk
berbangga.
Tapi agaknya,
kita yang sedang disanjung ini perlu sejenak bersadar diri. Apa coba maksud Sang Penguasa melahirkan
ungkapan pujian tadi? Sekedar rayuan gombal seperti kasus di atas? Mahasuci
Allah dari tuduhan tercela itu!
”Namun, kalau
bukan rayuan gombal, lalu apa namanya? Misalnya menyanjung seseorang paling
cakep, padahal realitasnya.. na’udzubillah min dzalik” sergah seorang teman
suatu ketika. Saya terdiam. Bibir saya jadi kelu. Saya terperosok dalam
kenyataan pahit. Benarkah sanjungan ”you’re the best” itu? Padahal kala
menengok ke dunia nyata tempat manusia berkubang dalam kehidupannya, nyatanya
yang namanya umat islam selalu berada dalam kubangan lumpur terdalam....
Lalu kalau
keadaannya demikian, maka pertanyaannya pantaskah kita menyandang gelar
kehormatan ”the best ummah”? Karena bagaimanapun gelar yang terbaik tadi
berlaku umum, tidak khusus pada bidang tertentu. Allah tidak mengatakan ”Kamu
adalah umat yang terbaik dalam bidang ibadah” atau ”Kamu adalah umat yang
terbaik dalam bidang ekonomi” Tidak! Allah hanya bilang ”Kamu adalah umat yang
terbaik” itu saja. Konsekuensinya, harusnya kita adalah yang terbaik di segala
lini.
Lama saya dalam
kontemplasi. Bilik hati berontak. Realitasnya memang begitu, namun Ya Allah!
Masa kita menafikan sebuah pernyataan Allah. Mahabenar Allah dalam segenap
firman-Nya. Allah Suci dari sifat dusta, dan sang Khalik tidak akan
mengeluarkan pernyataan ‘gombal’ yang sia-sia, cuma dengan tujuan sekedar
menghibur umatnya.
***
Langit agak
mendung sore itu. Terpaan angin sore membawa hawa berbau ranum dari tetumbuhan
sekitar. Setting beralih ke sebuah mushalla kecil.
Ustadz berumur
tigapuluhan itu, kulitnya putih bersih dengan senyuman bening yang selalu
merekah dari bibirnya. Sesekali matanya memandang berkeliling ke arah kami.
“Antum tahu
makna dari firman Allah ’Kuntum khairu ummah’ kalian adalah umat yang terbaik?“
ucap beliau dengan sesungging senyum.
Sekelebat memori
saya terbangun. Permasalahan itu sudah terpendam tahunan dalam alam pikiran,
tanpa berhasil terjawab, selain rekaan yang saya bangun sendiri. Dan saat itu... Eureka!!
“Aaah, masa sih
kita pantes dapat predikat itu. Ibarat jauh panggang dari api. Antum tahu
sendiri laah bagaimana terpuruknya umat islam ini” lanjut beliau.
“Namun, nggak
mungkin Allah bohong. Lalu kenapa sepertinya ayat di atas nggak nyambung?”
tanya beliau. Satu per satu kami mencoba berpendapat, asal. Setiap jawaban dari
kami hanya dihadiahi beliau dengan senyuman simpul.
“Mahabenar Allah
dengan segala firman-Nya. Mari
kita baca kembali ayat Ali Imran 110 tadi. ’Kamu
sekalian adalah umat yang terbaik yang dikeluarkan di tengah-tengah manusia,
menyeru kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, serta beriman kepada
Allah…”
”Ayat tersebut
jangan dibaca sepenggal sampai ’kuntum khairu ummah’ aja. Ada lanjutannya....
dan lanjutannya inilah yang penting. Ibaratnya Allah berkata: kamu adalah yang
terbaik, tapi dengan syarat... nah syaratnya tadi ada di lanjutan ayat ....
asalkan kamu menyeru kepada yang ma’ruf,
dan mencegah dari yang munkar, serta beriman kepada Allah.. Jadi ada tiga
syarat yang mesti kita penuhi. Nah, pertanyaannya, apakah benar ummat ini sudah
memenuhi tiga syarat tadi. Kalau belum, hmm jangan bangga dulu dengan pujian di
awal ayat...”
Hahaha... saya
tertawa sendiri dalam hati. Perumpamaannya sama seperti anak kecil yang dipuji
oleh gurunya “Kamu itu paling pinter,.... asalkan kamu rajin belajar” Namun dia
hanya menangkap kalimat yang awal, kemudian dengan angkuhnya dia berujar kepada
setiap teman yang ditemuinya “Aku ini paling pintar di antara kalian, ini kata
guru langsung lho..” Akan tetapi, dia tidak pernah mau belajar. Maka wajar
kalau endingnya bisa kita tebak, dia ada di jejeran terakhir peringkat di
kelas. Yang salah siapa? Bukan gurunya, toh!
Ali Imran 110
adalah ayat yang luar biasa. Ayat ini bukan ayat sanjungan biasa. Ini adalah
ayat motivasi, yang seharusnya mendidihkan semangat orang yang membacanya.
”Kamu adalah umat terbaik!” kala ternyata realitasnya malah berbalik, maka ini
adalah tamparan yang teramat keras ke wajah kita. Pembenaran firman Allah
sejatinya bukan hanya di lisan, namun lebih ke tindak laku perbuatan. Ketika
Allah menyatakan kita sebagai umat yang terbaik, maka wajib hukumnya untuk
mewujudkannya. Bukan
sebaliknya malah pasrah dengan keadaan yang menghampiri.
Allah Maha
Memberi Petunjuk, dalam ayat yang sama Allah langsung menunjukkan
tips-tipsnya...
Jadilah
senantiasa menyeru kepada yang ma’ruf
Jadilah
senantiasa mencegah segenap kemunkaran
Dan..
Jadilah
senantiasa mengimani Allah ’Ajja wa jalla.
Lalu sudahkah
kita menjadikan setiap getar nadi kita untuk menyeru kepada yang ma’ruf. Telah
beranikah kita mencegah kemunkaran hingga ke akarnya, yang begitu berlenggang
di hadapan mata kita sendiri. Dan lebih dari itu telahkah kita betul-betul
mewujudkan iman kita, sedangkan kita masih pilih kasih dengan sebagian
perintahnya, sedangkan sebagian ayatnya kita terima, sedangkan sebagian yang
lain kita abaikan, dibuang ke tempat sampah!
Hmmm...
Kepala saya
hanya bisa tertunduk...
2 komentar:
klo mau beramal selalu mikir dulu, tp klo brbuat maksiat gak pernah mikir dulu..astagfirullah
Wah.. ka melda, gimana kabarnya ka? dimana sekarang kerja?
syukron atas kunjungannya
Posting Komentar