It seems the
more we talk
The less I have to say
Let’s put our differences aside
The less I have to say
Let’s put our differences aside
I wanted to
make you proud
But I just got in your way
I found a place that I *CAN* hide
But I just got in your way
I found a place that I *CAN* hide
Now
everything is changing
But I still feel the same
We’re running out of time
But I still feel the same
We’re running out of time
“What do I
have to do
To try to make you see
That this is who I am
And its all that I can be”
To try to make you see
That this is who I am
And its all that I can be”
I tried to find myself
Looking inside your eyes
You were all that I wanted to be
Looking inside your eyes
You were all that I wanted to be
There must
be something else
Behind all the lies
That you have lead me to believe
Behind all the lies
That you have lead me to believe
Now everyone
is saying
That I should find a way
To leave it all behind
“What do I have to do
To try to make you see
That this is who I am
And its all that I can be”
“What do I have to do
To try to make you see
Trying to be like you
isn’t good enough for me”
@Song by Lifehouse - “Good Enough”
That I should find a way
To leave it all behind
“What do I have to do
To try to make you see
That this is who I am
And its all that I can be”
“What do I have to do
To try to make you see
Trying to be like you
isn’t good enough for me”
@Song by Lifehouse - “Good Enough”
Namanya Fulan.
Kala itu Ia adalah seorang anggota rohis
di salah satu Fakultas Banjarbaru. Entah mengapa, ia sangat suka sekali
mengikuti setiap kegiatan rohisnya.
Mungkin, karena ia telah menemukan tempat yang nyaman baginya. Sehingga… biar
bagaimanapun keadaannya, diakui atau tidak, ia selalu ingin, untuk ada.
Terkadang, ia merasa iri dengan kesuksesan, kehebatan,
ketenaran, dan segudang kelebihan lain yang dimiliki para kaka rohisnya
(pemimpinnya)? Dan tanpa sadar ia pun begitu silau dengan kelebihan yang
dimiliki mereka, begitu senang mengetahui aktivitas dan cerita2 mereka yang
penuh dengan inspirasi, dan ia teramat ingin menjadi seperti mereka. Namun, ia
pun juga sadar bahwa dirinya sangat jauh dari sosok mereka yang begitu
berkilau. Ia seperti awan hitam di langit pekat, yang hanya bisa mengintip, dan
berharap suatu masa akan menjadi seperti mereka.
Entahlah,
pertimbangan tentang apa yang membuatnya menjadi calon pilihan pemimpin
rohisnya setelah memasuki tahun2 baru itu. Ia takut, sulit baginya untuk
menjadi mereka. Ia tidak sehebat itu, dirinya masih jauh. Berminggu2 ia
merenungi hal ini, kadang ia juga pasrah dan kadang ia juga merasa bangga. Ya,
mungkin banyak yang ia rasakan. Menjadi kepercayaan dan panutan orang lain itu
adalah sesuatu yang “asing” baginya. Karenanya, terkadang ia berfikir untuk seperti
mereka saja. Mencontoh mereka, gaya mereka, dan berusaha berubah, agar seperti
mereka.
Time Passed….
Tidak… tidak
seperti ini, apa yang ia lakukan bukanlah menjadi dirinya. Mereka tidak seperti
ini, dia, dia, dan dia tidak juga seperti itu.
Dirinya belum sempurna. Ia dan dirinya adalah sisi2 yang berbeda. Ingin
menjadi pemimpin seperti dirinya karena kagum, bukanlah solusi. Pasti ada sesuatu
lagi yang kurang, sesuatu yang harus ia temukan. Itulah Jalannya…
Apa yang dapat ia
lakukan? Apakah ia hanya akan menjadi manusia yang mengagumi dengan
kelebihan-kelebihan orang lain saja, atau menjadi penonton segala kecemerlangan
orang lain?
Tidak, tidak
seperti itu. Ia ingin menjadi pribadi yang juga bisa mengibarkan segala potensi
positif kepada orang lain. Dengan gayanya sendiri, ia ingin menjadi pribadi
yang luar biasa, menjadi pemimpin yang dapat dipercaya dan dibanggakan. Karena
ia adalah ia. Ia sadar, pilihan tersebut ada pada dirinya, dengan Allah sebagai
penggenggamnya.
Tak sadarkah ia?
Allah telah memberikannya segudang potensi untuk dikembangkan,
secerdas-cerdasnya akal untuk digunakan, seluas-luasnya ilmu untuk dipelajari,
sejernih-jernihnya hati untuk diselami, sebaik-baik Agama (Islam) sebagai
penuntun kehidupan. Maka tak ada lagi alasan baginya untuk tidak mau berupaya
memperbaiki diri, menjemput kesuksesan dunia dan akhirat.
Ia adalah ia.
Ia bukan kamu, dia, atau mereka.
Ia adalah ia dengan segala kelemahan yang ada.
Ia dengan segala kelebihan yang Allah berikan.
Ia yang berdiri tegak karena curahan cinta dan kasih sayang-Nya yang melimpah ruah.
Maka ia, adalah ia, yang akan bersinar terang dengan jalannya , untuk menyinari sekitar, karena-Nya.
Ia bukan kamu, dia, atau mereka.
Ia adalah ia dengan segala kelemahan yang ada.
Ia dengan segala kelebihan yang Allah berikan.
Ia yang berdiri tegak karena curahan cinta dan kasih sayang-Nya yang melimpah ruah.
Maka ia, adalah ia, yang akan bersinar terang dengan jalannya , untuk menyinari sekitar, karena-Nya.
Mungkin ia masih
tertegun karena melihat mereka di luar sana semakin berkilauan, sementara
dirinya masih merangkak untuk menjadi pemimpin seperti mereka. Ia, dan mereka
sudah Allah berikan alur hidupnya masing-masing. Ia tidak harus berkecil hati
jika saat ini pun belum sesukses, secemerlang, sebaik mereka yang telah lebih
mendahuluinya. Tak salah jika ia mengagumi mereka, mengagumi dia, tetapi ia
tidak ingin lupa diri. Justru yang harus ia lakukan adalah banyaklah belajar
darinya, dari mereka, mengambil energi positif, dan menerapkan energi itu
dengan caranya sendiri.
“…..(Karena) bagi laki-laki ada bagian dari apa yang mereka usahakan,
dan bagi perempuan (pun) ada bagian dari apa yang mereka usahakan. Mohonlah
kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sungguh, Allah Maha Mengetahui segala
sesuatu.” (Q.S. An-Nisaa’ : 32)
Mengembangkan
potensi yang ia miliki dari segi apapun, itulah kuncinya. Entah itu dari segi Leadership,
pendidikan, sosial, keagamaan, kesehatan, kesenian, olahraga sesuai kesanggupannya.
Berjuang sungguh-sungguh untuk menjadi yang terbaik dari yang terbaik di mata
Allah. Tidak usah perdulikan jika tidak ada orang yang memuji, mendukung, dan
melihat. Karena yang ia butuhkan hanyalah penilaian di mata Allah. Penilaian yang
lebih hakiki sebagai penentuan berguna atau tidaknya sesuatu yang telah ia
usahakan itu.
Ia yakin, dirinya akan selalu punya tempat di
hati segenap orang dengan sinarnya yang “unik”. Ia yakin, bahwa dirinya akan mampu
menjadi secemerlang mereka ataupun bahkan lebih dari itu. Ia percaya bahwa “Ia
adalah ia. Ia bukan kamu, dia, atau mereka. Ia adalah ia yang akan bersinar
terang dengan jalannya sendiri, untuk menyinari sekitar, karena-Nya.”
#Seperti itulah pemimpin
yang baik, pemimpin yang mengenali potensi dirinya. Pemimpin yang tau bahwa
inilah dirinya. Dirinya dengan segala kelemahan dan kelebihan yang ada. Karena
ia yakin, Allah SWT telah memberikan yang terbaik baginya. Just be your self,
bersinarlah dengan caramu sendiri. Jangan takut dan jangan bimbang. Karena
Allah selalu ada untukmu. Jadilah para pemimpin yang baik. Para pemimpin “kami”
di masa depan…..
*Friday,
03.41
- Followed
by Song from Lifehouse - “GOOD ENOUGH”
1 komentar:
Regards, Wonderful stuff.
Visit my website: MCM バッグ
Also see my web site: MCM バッグ
Posting Komentar