About this blog..

Total Tayangan Halaman

Menu

11/22/2011

Buletin edisi 7


Mewujudkan pendidikan yang berkualitas 

Pendidikan itu sebenarnya mempunyai tugas menyiapkan sumber daya manusia untuk pembangunan. Perkembangan zaman selalu memunculkan persoalan-persoalan baru yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya, tapi hidup jangan dibuat susah.
Ada tiga syarat dalam mewujudkan pendidikan yang bermutu,yaitu: sistem pendidikannya (seperti kurikulumnya, tempat belajarnya, alat bantu pengajaran dan lain-lain) efisien; penyelenggara pendidikannya kafâ’ah (capable) dan amanah (tidak korupsi); dan ini yang penting: ada dana publik yang dikelola negara yang memang didedikasikan untuk itu. Semua ini saling terkait. 
Biasanya sistem yang tidak efisien menyebabkan biayanya mahal. Ini juga terkait dengan opini orang-orang yang berkuasa saat ini.  Pendidikan  saat ini hampir sama dengan pendidikan ala orang Barat. Makanya, banyak lulusan SMA atau bahkan sarjana tapi tidak bisa apa-apa. Padahal kita malu, di masyarakat banyak kita temukan orang-orang yang “street-smart”, orang-orang hebat, tanpa lewat bangku sekolah formal.  Ada montir cakap yang ternyata tidak lulus SD, ada pembisnis sukses yang hanya lulusan SMP, dan ada ustadz faqih yang fasih berbahasa Arab tetapi bukan alumni perguruan tinggi formal,dan bahkan ada pengusaha kaya yang berhasil tanpa sekolah(itu patut dipertanyakan). Di sisi lain, sistem yang ada (seperti kecilnya penghasilan guru dibandingkan dengan profesi lainnya) membuat anak-anak umat yang cerdas enggan terjun ke dunia pendidikan.
Sistem pendidikan yang ada saat ini tidak efisien karena perlu biaya tinggi.  Dari sisi supply, dana publik yang ada relatif sedikit, karena dihabiskan untuk bayar utang dan bunganya.  Kalau Pemerintah ini visioner dan berani, dia bisa taruh prioritas di pendidikan, sedangkan untuk bayar utang bisa dinego, misalnya cukup bayar pokoknya saja, atau besar cicilan bergantung pada nilai ekspor kita ke negara donor.  Jadi, kalau mereka ingin cicilan kita besar, keran ekspor kita ke sana harus dibesarkan juga, kalo bisa.
Saat ini dicetuskan swastanisasi pengelolaan pendidikan melalui BHMN dan BHP. Alasannya, kalau diswastanisasi seperti halnya BUMN, pendidikan akan maju dan bermutu. Menurut Ustadz?
Itu tidak selalu demikian.  BUMN juga banyak yang rugi.  PAM Jaya setelah diprivatisasi dengan masuknya asing mutunya tidak naik signifikan.  Yang pasti naik cuma tarifnya.  Masalahnya kompleks.  Apalagi di pendidikan ini banyak faktor manusianya.  Industri air minum yang lebih banyak mesinnya saja susah, apalagi “industri pendidikan”.
Pendidikan berkualitas memang tidak mungkin murah, atau tepatnya, tidak harus murah atau gratis. Tetapi persoalannya siapa yang seharusnya membayarnya? Pemerintahlah sebenarnya yang berkewajiban untuk menjamin setiap warganya memperoleh pendidikan dan menjamin akses masyarakat bawah untuk mendapatkan pendidikan bermutu. Akan tetapi, kenyataannya Pemerintah justru ingin berkilah dari tanggung jawab. Padahal keterbatasan dana tidak dapat dijadikan alasan bagi Pemerintah untuk cuci tangan.
Dulu katanya pendidikan Islam begitu maju dan bermutu meski diselenggarakan oleh Negara dan gratis untuk rakyat. Apa buktinya? 
Kalau tidak murah, mustahil “satu bangsa pergi sekolah”.  Bisa kita saksikan bahwa pada abad-abad pertama, jika Islam membuka suatu wilayah (futûhât), dalam tempo singkat rakyat di situ telah memeluk Islam tanpa dipaksa serta menguasai bahasa Arab.  Kemudian juga bermunculan sejumlah besar mujtahid, ulama besar atau penemu teknologi yang berasal dari kalangan dhu‘afâ’.  
Kalau tidak berkualitas, mereka bahkan tak bisa mempertahankan apa yang dicapai generasi sebelumnya, apalagi memunculkan temuan-temuan kreatif yang menjadi pilar kemajuan peradaban dunia selanjutnya.  
Dunia Islam dulu justru mampu mewarisi, memodifikasi, memadukan dan mengembangkan peradaban dari berbagai penjuru: Yunani, Romawi, Mesir, Persia, India bahkan Cina.  Aljabar, misalnya, adalah karya orisinal yang ditemukan setelah matematikawan al-Khawarizmi melihat ketidakpraktisan geometri Yunani dan kerumitan aritmetika India.
Lalu mengapa sekarang pendidikan di dunia Islam sangat ketinggalan?
Ya banyak faktornya.  Namun, yang paling penting saya kira visi Islam untuk memimpin dunia sudah redup sekali di hati umat, apalagi di hati pemimpin negara.  Karena kalau kita punya visi memimpin dunia, kita jadi berpikir apa yang harus kita kuasai, lalu apa yang harus kita lakukan. Kalau sekadar ingin jadi buruh kapitalis, ya pendidikannya cukup diset seperti sekarang ini. Namun, kalau ingin memimpin dunia, kita tentu perlu lebih banyak kerja keras, kerja cerdas, kerja ihlas.
Apa yang menjadi kunci atau faktor-faktor yang menentukan kemajuan pendidikan Islam?
Saya kira kuncinya di tiga hal. Pertama: ada aktor-aktor visioner dan berdedikasi tinggi untuk bekerja keras mewujudkan pendidikan Islam.  Mereka inilah yang siap “kotor tangannya” dengan aktivitas rinci dalam jangka panjang agar dapat memperbanyak SDM, menyiapkan “software” dan melobi tokoh-tokoh untuk diyakinkan pentingnya pendidikan Islam yang sebenarnya.
Kedua: ada budaya pendidikan atau cinta ilmu yang sesungguhnya. Jadi, harus ditumbuhkan opini di masyarakat bahwa sekolah bukan sekadar agar dapat gelar dan kerjaan, tetapi untuk menjadi manusia yang lebih bermanfaat bagi manusia lain.  Rasulullah saw. banyak sekali bersabda tentang keutamaan ilmu. Budaya cinta ilmu sampai melanda kaum aghniyâ’ sehingga mereka belum merasa kaya jika belum menyumbangkan sesuatu pada dunia ilmu, entah wakaf fasilitas ilmiah (perpustakaan, observatorium), membiayai riset atau ekspedisi ilmiah, mensponsori seorang alim untuk mengajar atau memberi beasiswa kepada para pelajar.
Ketiga: ada sistem yang efisien dari negara berikut segala perangkatnya dalam mengelola pendidikan, mulai dari menentukan prioritas, membuat kurikulum, merekrut guru, membiayai operasionalnya hingga mengawasi mutunya.  Negara wajib turut campur  jika ada keluarga yang kondisinya sedemikian rupa sehingga anaknya terhalang menuntut ilmu.



BE SMART AND BEAUTIFUL MUSLIMAH
Bismillahirahmannirahim..
Assalamu’alaikum warrahmatullahi wabbarakatuh..
"Seorang wanita apabila ia menegakkan sholat 5 waktu, berpuasa 1bulan Ramadhan, menjaga kemaluannya, hendaklah ia masuk surga dari pintu mana saja yang ia suka.." (HR. Abu Nu'aim)

KSI Ada Untukmuu… kembali hadir menjumpai anda di Buletin kesayangan kita.. kali ini kita akan membicarakan seputar Muslimah,tapi kali ini bukan sekedar muslimah biasa melainkan muslimah yang cerdas lagi cantik.. Yuup.. masih aura-aura Kartini’s Day nih + bentar lagi kita menyambut hadirnya Hari pendidikan di Indonesia.. Hmm..
Talking talking about Urgensi Pendidikan khususnya bagi muslimah-muslimah sekalian, kita tau di era modern ini tidak ada yang tidak mungkin untuk perempuan.. Karena R.A Kartini berjuang mati-matian ketika memerdekakan Emansipasi Wanita sehinggga wanita-wanita Indonesia sekalian bisa seperti sekarang dan bisa menjunjung pendidikan setinggi-tingginya..
Lalu.. Bagaimana sudut pandang pendidikan pada zaman Rasulullah SAW??
Mari kita flash back.. Cekibrott….

Muslimah Cantik yang Berpendidikan (kisah Aisyah RA)
Pada zaman Aisyah, di tanah Arab belum ada sekolah-sekolah seperti sekarang. Sebab itu banyak orang tidak pandai menulis atau membaca. Pandai menulis atau membaca adalah suatu keistimewaan. Islam menganjurkan setiap orang untuk belajar menulis dan membaca. Dengan berkembangnya Islam, berkembang pulalah kepandaian tulis-baca. Nabi sendiri menggiatkan ummatnya belajar membaca dan menulis.
Aisyah sendiri belajar membaca. Dia belajar membaca Al Quran dari ayahnya sendiri. Hafshah juga belajar tulis dan baca. Untuk mengembangkan pelajaran tulis baca, Nabi mengerahkan para tawanan dari perang Badar. Seorang tawanan bisa mendapat kemerdekaannya kembali, setelah dapat mengajar sepuluh orang Muslimin, sampai pandai menulis dan membaca.
Abu Bakar pada dasarnya seorang yang pandai bicara. Dia ahli pidato. Dia juga ahli dalam ilmu ranji atau asal usul nenek moyang. Kepandaian Abu Bakar ini, banyak sedikitnya juga turun kepada anaknya Aisyah. Kepandaian membaca Al Quran memberi pengaruh kepada pribadi Aisyah, terutama dalam hal sopan santun dan budi pekerti. Islam mengutamakan budi pekerti dan akhlak mulia. Tinggi rendahnya derajat seseorang ditentukan oleh pengabdiannya kepada Allah.
Keajaiban besar dalam kemajuan sejarah yang dibawa oleh Rasulullah saw ialah perubahan besar-besaran dalam pribadi berjuta-juta manusia. Pendidikan Aisyah yang lebih tinggi terletak dalam asuhan Rasulullah saw. Sedangkan Rasulullah saw adalah seorang guru terbesar dalam sejarah kemanusiaan. Aisyah dididik dengan suatu cita-cita tertentu. Nabi membentuk pribadi dan jiwa Aisyah sebagai wanita setia, yang bertaqwa kepada Allah, dan wanita yang akan menerangkan ajaran Islam kepada wanita-wanita lain.
Dengan hasrat yang menakjubkan, Aisyah menunjukkan seluruh bakatnya untuk menyempurnakan pendidikannya. Setiap kebajikan manusia, terdapat penyempurnaannya dalam pribadi Muhammad saw. Aisyah tertarik dan tenggelam dalam pribadi mulia yang tidak ada bandingannya itu. Ini adalah suatu kesempatan baik. Dan kesempatan ini, menjadi satu kebahagiaan yang diberikan kepadanya. Dia mengambil kesempatan ini, dan mempergunakan sebaik-baiknya untuk menyempurnakan pendidikannya, menjadi wanita luhur dan bertaqwa.
Nah, sepintas kita membaca kisah Aisyah RA tadi, beliau sangat menjunjung tinggi pendidikan. Dan beliau sadar betapa pentingnya pendidikan. Karena islam sendiri sangat menekankan pentingnya budi pekerti dan akhlak mulia untuk seluruh umat muslimin dan muslimat tanpa terkecuali. Berarti, sejak zaman Rasulullah pendidikan memang sangat diutamakan.
Kemajuan bangsa sendiri Pendidikan lah yang menjadi tolok ukur yang bisa membuat kawan atau pun lawan menjadi segan dengan kita. Dengan jiwa kekartini an kita, sekarang wanita sudah tidak dipingit lagi. Mereka berhak berkarya, menuntut ilmu setinggi-tingginya, bekerja, tidak hanya dipingit dan di dapur, wanita juga harus bisa memperjuangkan islam!
                Yaa Ukhti.. Kita berhak mendapatkan pendidikan yang layak. Namun tanpa mengenyampingkan pendidikan rohani juga tidak kalah penting. Kita mesti tau bagaimana cara memupuk ilmu, keimanan, dan akhlak seorang muslimah demi membina pribadi yang sholehah.
Nih.. ada sedikit tips jitu supaya kita para wanita bisa menjadi wanita sholehah yang hebat ga hanya di dunia tapi juga di akhirat.. yuk,, kita simak.. cap cus..


Muslimah itu harus cerdas
Smart is beautiful(sok  pke bhasa inggris nih,biar gaya dikit.. hehe). Dikutip dari Yahoo.Answer mengatakan 75% muslim Inggris adalah perempuan berpendidikan tinggi. Bukti itu mengatakan bahwa, perempuan muslim sudah sangat maju pesat dan berpendidikan. Indonesia nggak kalah dong tentunya dengan mayoritas muslimah-muslimah nya juga tidak sedikit yang menuntut ilmu sampai ke jenjang perkuliahan.
Dalam agama Islam pendidikan bukan Cuma sebagai hak, namun kewajiban bagi wanita dan pria.
Nabi Muhammad saw berkata,”Mencari ilmu adalah kewajiban bagi setiap Muslim.” (Diriwayatkan dalam Al-Bayhaqi dan Ibn-Majah, dikutip oleh M.S. Afifi, Al-Mar’ah Wa Huququha Fil-Islam (dalam bahasa Arab), Maktabat Al-Nahdhah, Kairo, Mesir, 1988, h. 71.)
Dalam kitab al-Irshad. Saykh Dan Fodia juga mengatakan bahwa kaum wanita wajib menuntut hak-hak mereka untuk memperoleh pendidikan. Wanita seperti pria, diciptakan dengan satu maksud, yaitu untuk menyembah Allah, yang hal itu mustahil tercapai tanpa ilmu yang benar. “Sudahkah kaum wanita menuntut hak-hak kepada suami mereka dalam urusan agama dan membawa kasusnya kepengadilan, dan menuntut agar suaminya mendidiknya dalam urusan agama dan memberikan izin kepada para istri keluar untuk belajar, ini seharusnya merupakan kewajiban bagi penegak hukum untuk memaksa para suami untuk meluluskan hal-hal tersebut sebagaimana kewajiban para suami untuk memberi nafkah dan hak-hak dunia lainnya, karena hak-hak keagamaan adalah paling utama dan dilebihkan.”
( Sumber: Islam The Empowering of Women (by Aisha Bewley) , halaman 17 & 18)

                        Apapun pendapat, persepsi dan spekulasi orang, tokoh maupun masyarakat mengenai Pendidikan untuk kaum muslimah (minumnya the botol sukro! Loh?), yang penting kita tetap memegang teguh syariat Islam. Muslimah yang modern yang berpendidikan guna menambah akhlak, memperkuat iman dan akidah, serta jangan mau dibodohi dan dijajah hanya karena tidak berpendidikan.
Berakhlak mulia juga harus dong!
Ukhti , selain cerdas, perempuan itu kudu berakhlak islami. Percuma aja punya kecerdasan kalo ternyata nggak bermoral dan akhlaknya rusak. Akhlak bisa ada pada diri perempuan bila ia beriman. Karena sesungguhnya standar akhlak sendiri adalah bagian dari syariat Islam dalam rangka menjalankan perintah Allah dan menjauhi laranganNya. Dan hal ini berkaitan banget dengan akidah yang dianut seseorang. Misal nih, kamu mempunyai akhlak dengan sifat jujur. Bukan semata-mata karena jujur itu baik, tapi seharusnya kamu sadar bahwa jujur itu baik karena Allah bilang jujur itu baik. Dan kalau Allah bilang itu baik maka itu artinya perbuatan itu akan memperolah nilai dan pahala di hadapanNya.
Kecantikan diri patut dijaga
Kecantikan adalah sebuah hal yang secara alami ada pada diri tiap perempuan. Yakinlah, tak ada istilah perempuan berparas buruk. Bila ada yang mempunyai pendapat seperti ini, sungguh pada saat yang sama ia telah menghina Allah Ta’ala yang menciptakan paras tersebut. Cantik atau jelek kan cuma masalah selera.Mempertahankan kecantikan diri cukup dengan standar Islam saja yang sangat menyukai kebersihan. Kecantikan itu bagaimana pun bentuknya, standarnya kudu Islam saja. Percuma juga cantik kalo ternyata nggak menutup aurat. Percuma juga kulit mulus kalo ternyata nggak pernah sholat. Ih….naudzhubillah. Karena ternyata kecantikan hakiki itu adalah gabungan dari kecerdasan otak dan akhlak yang nantinya memancar pada sikap dan perilaku seseorang sebagai bukti ketaatan pada hukum syara’ yang telah ditetapkan aturannya oleh Allah Swt.
Soo.. semakin cerdas seorang perempuan dalam mengemban pendidikan, maka semakin cantik pula ia.
Hhmm...siapkah Anda tampil cantik menarik dengan kecerdasan Anda???
 Semoga bermanfaat ^___^

Rasulullah SAW pernah berpesan kepada seorang sahabat :
“Jagalah pesanku tentang kaum perempuan agar mereka diperlakukan dengan baik. Sebab mereka diciptakan dari tulang rusuk yang bengkok. Tulang rusuk yang paling bengkok adalah yang paling atas. Jika engkau berusaha untuk meluruskannya, tulang itu akan patah. Jika engkau membiarkannya, tulang itu tetap bengkok. Oleh karena itu, jagalah pesanku tentang kaum perempuan agar mereka diperlakukan dengan baik.” (HR. Bukhari & Muslim).

{kemuslimahan)


MAKSIAT KOQ BANGGA??


Saudaraku...

Manusia itu memang tidak pernah lepas dari salah dan lupa. Pilihan terbaik saat kita khilaf adalah sesegera mungkin bertobat, bersungguh-sungguh menyesali dosa kita, tidak mengulanginya lagi dan banyak beramal saleh dengan harapan agar amal saleh tersebut dapat menghapus dosa yang pernah kita perbuat.

But, the problem is, kadangkala, ada seseorang yang dengan bangganya menceritakan kelamnya masa lalu atau aib yang pernah ia lakukan.
Mungkin kita pernah mendengar seseorang bercerita dengan santainya sambil cekakak-cekikik tentang list aib-aibnya, seperti kalimat di bawah ini:
“Saya pernah pacaran dengan si A dan si B loe, bla… bla… bla”. “Gue dulu suka minum miras, merk A dan merk B mah sudah jadi langganan Gue…”

Hei coy…

Bukankah pacaran dan mabuk miras itu dosa? Terus kenapa mesti diceritakan dengan penuh kebanggaan? Bukankah dosa-dosa itu semestinya disimpan rapat dan tak perlu ada yang tahu. Jika perlu, simpan dosa-dosamu dalam brankas, kunci serapat-rapatnya dan buang ke laut terdalam. Aneh bukan?! bermaksiat koq bangga?!!

Ada aturan yang mesti kita pahami sobat, bahwa dosa adalah hal yang memalukan. Jadi tak perlu ada “press conference”. Segatal apapun mulut kita ingin mengumbar dosa masa lalu, it’s enough, tidak layak kita ceritakan pada orang lain, u’re understand?!
Banyak fakta menunjukkan si fulan melakukan dosa karena terinspirasi dosa temannya. Misalnya, si A suka cerita pada si B tentang betapa serunya berpacaran, enaknya nyabu, dll dan lama-lama si B juga ingin mencoba pacaran dan nyabu, nah loe?!
Tanpa kita sadari kita telah menjerumuskan orang lain ke jurang dosa yg dalam dan kelam gara-gara kita hiasi cerita dosa kita dengan kata-kata nan indah, sehingga bermaksiat jadi terlihat keren bin seru bin asyik, naudzubillahi min dzalik!!
Bila kita pernah khilaf, boleh saja kita menceritakannya. Namun harus pada orang yang berkompeten, misal pada ustadz atau psikolog, semua dalam rangka mencari satu hal yakni solusi, sekali lagi solusi!
Dan jika kita telah bertobat, maka simpanlah kisah kelammu baik-baik, jika engkau ingin berbagi cerita bahwa engkau pernah salah dan agar orang lain mengambil ibroh (hikmah) dari ceritamu, maka ceritakan secara umum atau garis besarnya saja tanpa harus sedetil-detilnya.
Misalnya, ”Saya juga pernah tergelincir, tapi Alhamdulillah Allah telah menyelamatkan saya”, that’s all. Jika ada teman yang iseng bertanya tentang masa lalumu seperti kalimat ini “Idih, gimana ceritamu sama si A mantanmu dulu, masih ingat nda?”, tak usahlah diperpanjang, cukup katakan “Ah, itu cuma masa lalu kawan, aku telah bertobat dan telah membuka lembaran baru”. Mantab!!
Cukuplah hadis dari Abu Hurairoh bahwa Rasulullah pernah bersabda:
“Semua ummatku dimaafkan (kesalahannya) kecuali Mujahirin (orang yang memberitahukan kemaksiatannya pada orang lain). Dan sesungguhnya termasuk Al-majanah bila orang itu pada malam hari berbuat kejahatan, kemudian pada waktu paginya dia berkata, 'Wahai fulan, tadi malam aku berbuat demikian dan demikian' padahal malam harinya Rabb-nya telah menutupi (aibnya tersebut), namun pagi hari dia sendiri yang membuka apa yang telah ditutup oleh Allah," (HR.Bukhori 5/3254).
Bila Allah telah menutupi aib kita, maka tak perlu kita memberitahukan pada orang-orang. Bukankah malu adalah sebagian dari tanda orang beriman? So the points are; bertobatlah dahulu saat kita tahu bahwa kita berdosa, ceritakan saja kesalahan kita pada orang yang mumpuni agar kita mendapat bimbingan untuk menapaki jalan hidup yang lebih baik dan jika kita “sekedar” cerita pada orang lain tentang aib kita dan tidak akan ada manfaat bagi yang mendengarnya, tampaknya kita lebih baik diam.
Berkatalah yang baik atau diam. Jangan sampai ada yang mencontoh dosa kita hanya karena kita telah bercerita pada orang yang salah dan dengan cara yang salah pula.
Bermaksiat di masa lalu? Usai sudah, jangan berbangga atas kemaksiatan kita, apalagi jika kita telah bertaubat dan Allah telah menutupi aib kita dari orang-orang sedunia.
Alhamdulillah...

Tidak ada komentar: