About this blog..

Total Tayangan Halaman

Menu

11/22/2011

Buletin edisi 7


Mewujudkan pendidikan yang berkualitas 

Pendidikan itu sebenarnya mempunyai tugas menyiapkan sumber daya manusia untuk pembangunan. Perkembangan zaman selalu memunculkan persoalan-persoalan baru yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya, tapi hidup jangan dibuat susah.
Ada tiga syarat dalam mewujudkan pendidikan yang bermutu,yaitu: sistem pendidikannya (seperti kurikulumnya, tempat belajarnya, alat bantu pengajaran dan lain-lain) efisien; penyelenggara pendidikannya kafâ’ah (capable) dan amanah (tidak korupsi); dan ini yang penting: ada dana publik yang dikelola negara yang memang didedikasikan untuk itu. Semua ini saling terkait. 
Biasanya sistem yang tidak efisien menyebabkan biayanya mahal. Ini juga terkait dengan opini orang-orang yang berkuasa saat ini.  Pendidikan  saat ini hampir sama dengan pendidikan ala orang Barat. Makanya, banyak lulusan SMA atau bahkan sarjana tapi tidak bisa apa-apa. Padahal kita malu, di masyarakat banyak kita temukan orang-orang yang “street-smart”, orang-orang hebat, tanpa lewat bangku sekolah formal.  Ada montir cakap yang ternyata tidak lulus SD, ada pembisnis sukses yang hanya lulusan SMP, dan ada ustadz faqih yang fasih berbahasa Arab tetapi bukan alumni perguruan tinggi formal,dan bahkan ada pengusaha kaya yang berhasil tanpa sekolah(itu patut dipertanyakan). Di sisi lain, sistem yang ada (seperti kecilnya penghasilan guru dibandingkan dengan profesi lainnya) membuat anak-anak umat yang cerdas enggan terjun ke dunia pendidikan.
Sistem pendidikan yang ada saat ini tidak efisien karena perlu biaya tinggi.  Dari sisi supply, dana publik yang ada relatif sedikit, karena dihabiskan untuk bayar utang dan bunganya.  Kalau Pemerintah ini visioner dan berani, dia bisa taruh prioritas di pendidikan, sedangkan untuk bayar utang bisa dinego, misalnya cukup bayar pokoknya saja, atau besar cicilan bergantung pada nilai ekspor kita ke negara donor.  Jadi, kalau mereka ingin cicilan kita besar, keran ekspor kita ke sana harus dibesarkan juga, kalo bisa.
Saat ini dicetuskan swastanisasi pengelolaan pendidikan melalui BHMN dan BHP. Alasannya, kalau diswastanisasi seperti halnya BUMN, pendidikan akan maju dan bermutu. Menurut Ustadz?
Itu tidak selalu demikian.  BUMN juga banyak yang rugi.  PAM Jaya setelah diprivatisasi dengan masuknya asing mutunya tidak naik signifikan.  Yang pasti naik cuma tarifnya.  Masalahnya kompleks.  Apalagi di pendidikan ini banyak faktor manusianya.  Industri air minum yang lebih banyak mesinnya saja susah, apalagi “industri pendidikan”.
Pendidikan berkualitas memang tidak mungkin murah, atau tepatnya, tidak harus murah atau gratis. Tetapi persoalannya siapa yang seharusnya membayarnya? Pemerintahlah sebenarnya yang berkewajiban untuk menjamin setiap warganya memperoleh pendidikan dan menjamin akses masyarakat bawah untuk mendapatkan pendidikan bermutu. Akan tetapi, kenyataannya Pemerintah justru ingin berkilah dari tanggung jawab. Padahal keterbatasan dana tidak dapat dijadikan alasan bagi Pemerintah untuk cuci tangan.
Dulu katanya pendidikan Islam begitu maju dan bermutu meski diselenggarakan oleh Negara dan gratis untuk rakyat. Apa buktinya? 
Kalau tidak murah, mustahil “satu bangsa pergi sekolah”.  Bisa kita saksikan bahwa pada abad-abad pertama, jika Islam membuka suatu wilayah (futûhât), dalam tempo singkat rakyat di situ telah memeluk Islam tanpa dipaksa serta menguasai bahasa Arab.  Kemudian juga bermunculan sejumlah besar mujtahid, ulama besar atau penemu teknologi yang berasal dari kalangan dhu‘afâ’.  
Kalau tidak berkualitas, mereka bahkan tak bisa mempertahankan apa yang dicapai generasi sebelumnya, apalagi memunculkan temuan-temuan kreatif yang menjadi pilar kemajuan peradaban dunia selanjutnya.  
Dunia Islam dulu justru mampu mewarisi, memodifikasi, memadukan dan mengembangkan peradaban dari berbagai penjuru: Yunani, Romawi, Mesir, Persia, India bahkan Cina.  Aljabar, misalnya, adalah karya orisinal yang ditemukan setelah matematikawan al-Khawarizmi melihat ketidakpraktisan geometri Yunani dan kerumitan aritmetika India.
Lalu mengapa sekarang pendidikan di dunia Islam sangat ketinggalan?
Ya banyak faktornya.  Namun, yang paling penting saya kira visi Islam untuk memimpin dunia sudah redup sekali di hati umat, apalagi di hati pemimpin negara.  Karena kalau kita punya visi memimpin dunia, kita jadi berpikir apa yang harus kita kuasai, lalu apa yang harus kita lakukan. Kalau sekadar ingin jadi buruh kapitalis, ya pendidikannya cukup diset seperti sekarang ini. Namun, kalau ingin memimpin dunia, kita tentu perlu lebih banyak kerja keras, kerja cerdas, kerja ihlas.
Apa yang menjadi kunci atau faktor-faktor yang menentukan kemajuan pendidikan Islam?
Saya kira kuncinya di tiga hal. Pertama: ada aktor-aktor visioner dan berdedikasi tinggi untuk bekerja keras mewujudkan pendidikan Islam.  Mereka inilah yang siap “kotor tangannya” dengan aktivitas rinci dalam jangka panjang agar dapat memperbanyak SDM, menyiapkan “software” dan melobi tokoh-tokoh untuk diyakinkan pentingnya pendidikan Islam yang sebenarnya.
Kedua: ada budaya pendidikan atau cinta ilmu yang sesungguhnya. Jadi, harus ditumbuhkan opini di masyarakat bahwa sekolah bukan sekadar agar dapat gelar dan kerjaan, tetapi untuk menjadi manusia yang lebih bermanfaat bagi manusia lain.  Rasulullah saw. banyak sekali bersabda tentang keutamaan ilmu. Budaya cinta ilmu sampai melanda kaum aghniyâ’ sehingga mereka belum merasa kaya jika belum menyumbangkan sesuatu pada dunia ilmu, entah wakaf fasilitas ilmiah (perpustakaan, observatorium), membiayai riset atau ekspedisi ilmiah, mensponsori seorang alim untuk mengajar atau memberi beasiswa kepada para pelajar.
Ketiga: ada sistem yang efisien dari negara berikut segala perangkatnya dalam mengelola pendidikan, mulai dari menentukan prioritas, membuat kurikulum, merekrut guru, membiayai operasionalnya hingga mengawasi mutunya.  Negara wajib turut campur  jika ada keluarga yang kondisinya sedemikian rupa sehingga anaknya terhalang menuntut ilmu.



BE SMART AND BEAUTIFUL MUSLIMAH
Bismillahirahmannirahim..
Assalamu’alaikum warrahmatullahi wabbarakatuh..
"Seorang wanita apabila ia menegakkan sholat 5 waktu, berpuasa 1bulan Ramadhan, menjaga kemaluannya, hendaklah ia masuk surga dari pintu mana saja yang ia suka.." (HR. Abu Nu'aim)

KSI Ada Untukmuu… kembali hadir menjumpai anda di Buletin kesayangan kita.. kali ini kita akan membicarakan seputar Muslimah,tapi kali ini bukan sekedar muslimah biasa melainkan muslimah yang cerdas lagi cantik.. Yuup.. masih aura-aura Kartini’s Day nih + bentar lagi kita menyambut hadirnya Hari pendidikan di Indonesia.. Hmm..
Talking talking about Urgensi Pendidikan khususnya bagi muslimah-muslimah sekalian, kita tau di era modern ini tidak ada yang tidak mungkin untuk perempuan.. Karena R.A Kartini berjuang mati-matian ketika memerdekakan Emansipasi Wanita sehinggga wanita-wanita Indonesia sekalian bisa seperti sekarang dan bisa menjunjung pendidikan setinggi-tingginya..
Lalu.. Bagaimana sudut pandang pendidikan pada zaman Rasulullah SAW??
Mari kita flash back.. Cekibrott….

Muslimah Cantik yang Berpendidikan (kisah Aisyah RA)
Pada zaman Aisyah, di tanah Arab belum ada sekolah-sekolah seperti sekarang. Sebab itu banyak orang tidak pandai menulis atau membaca. Pandai menulis atau membaca adalah suatu keistimewaan. Islam menganjurkan setiap orang untuk belajar menulis dan membaca. Dengan berkembangnya Islam, berkembang pulalah kepandaian tulis-baca. Nabi sendiri menggiatkan ummatnya belajar membaca dan menulis.
Aisyah sendiri belajar membaca. Dia belajar membaca Al Quran dari ayahnya sendiri. Hafshah juga belajar tulis dan baca. Untuk mengembangkan pelajaran tulis baca, Nabi mengerahkan para tawanan dari perang Badar. Seorang tawanan bisa mendapat kemerdekaannya kembali, setelah dapat mengajar sepuluh orang Muslimin, sampai pandai menulis dan membaca.
Abu Bakar pada dasarnya seorang yang pandai bicara. Dia ahli pidato. Dia juga ahli dalam ilmu ranji atau asal usul nenek moyang. Kepandaian Abu Bakar ini, banyak sedikitnya juga turun kepada anaknya Aisyah. Kepandaian membaca Al Quran memberi pengaruh kepada pribadi Aisyah, terutama dalam hal sopan santun dan budi pekerti. Islam mengutamakan budi pekerti dan akhlak mulia. Tinggi rendahnya derajat seseorang ditentukan oleh pengabdiannya kepada Allah.
Keajaiban besar dalam kemajuan sejarah yang dibawa oleh Rasulullah saw ialah perubahan besar-besaran dalam pribadi berjuta-juta manusia. Pendidikan Aisyah yang lebih tinggi terletak dalam asuhan Rasulullah saw. Sedangkan Rasulullah saw adalah seorang guru terbesar dalam sejarah kemanusiaan. Aisyah dididik dengan suatu cita-cita tertentu. Nabi membentuk pribadi dan jiwa Aisyah sebagai wanita setia, yang bertaqwa kepada Allah, dan wanita yang akan menerangkan ajaran Islam kepada wanita-wanita lain.
Dengan hasrat yang menakjubkan, Aisyah menunjukkan seluruh bakatnya untuk menyempurnakan pendidikannya. Setiap kebajikan manusia, terdapat penyempurnaannya dalam pribadi Muhammad saw. Aisyah tertarik dan tenggelam dalam pribadi mulia yang tidak ada bandingannya itu. Ini adalah suatu kesempatan baik. Dan kesempatan ini, menjadi satu kebahagiaan yang diberikan kepadanya. Dia mengambil kesempatan ini, dan mempergunakan sebaik-baiknya untuk menyempurnakan pendidikannya, menjadi wanita luhur dan bertaqwa.

Buletin edisi 8



Liburanoklopedia 
UAS berakhir, agenda liburan menanti. Siapa sih yang gak seneng kalo musim liburan datang? Apalagi setelah melalui jenuhnya masa-masa ujian, liburan menjadi momen yang bagus untuk me-refresh pikiran dan badan kita. Mendengar kata liburan, yang terlintas dalam benak kita pasti tempat wisata! Mulai dah tuh dalam benak masing-masing merancang kegiatan apa ajah yang mau dilakukan untuk mengisi liburan.


Saat kita hendak memutuskan kagiatan apa ajah yang mau dikerjain untuk mengisi waktu liburan, tentunya pilihan yang kita buat harus tetap bersandarkan pada aturan yang telah ditetapkan Allah. Sebagai seorang muslim, kewajiban kita adalah senantiasa taat pada Rabb-nya. Salah satu pilihan yang mungkin populer ialah wisata alam bersama teman-teman. Heeem, jujur deh selama ini terpikir gak dalam benak kita, wisata itu boleh gak sih dalam islam? Heehe... Sama-sama yuk kita cari tau jawabannya.



Wisata dalam Islam, Bolehkah?
Pertama kita cari tau dulu asal-usul kata wisata itu sendiri. Wisata secara harfiah atau bahasa memiliki banyak arti. Tetapi pemahan akan wisata saat ini lebih dikhususkan pada kegiatan mengunjungi suatu wilayah (objek wisata) atau negara untuk rekreasi atau untuk melihat-lihat, mencari, menyaksikan (sesuatu), dan sejenisnya, bukan untuk bekerja dan menetap (kitab Al-Mu’jam Al-Wasith, 469).

Karena yang menjadi standar acuan perbuatan setiap muslim adalah hukum syara, sekarang kita cermati bagaimana wisata dalam pandangan syara (islam). Istilah wisata bukan hal baru dalam islam, umat terdahulu sudah mengenal istilah ini namun dengan pemahaman yang jauh berbeda. Mereka memahami wisata dikaitkan dengan upaya menyiksa diri dan mengharuskannya untuk berjalan di muka bumi, serta membuat badan letih sebagai hukuman baginya, umum dikenal dengan istilah zuhud.
Diriwayatkan oleh Ibnu Hani dari Ahmad bin Hanbal, beliau ditanya tentang seseorang yang bepergian atau bermukim di suatu kota, mana yang lebih anda sukai? Beliau menjawab: “Wisata tidak ada sedikit pun dalam Islam, tidak juga perilaku para nabi dan orang-orang saleh.” (Talbis Iblis, 340). Ibnu Rajab mengomentari perkataan Imam Ahmad dengan mengatakan: “Wisata dengan pemahaman   ini telah dilakukan oleh sekelompok orang yang dikenal suka beribadah dan bersungguh-sungguh tanpa didasari ilmu. Di antara mereka ada yang kembali ketika mengetahui hal itu” (Fathul-Bari, karangan Ibnu Rajab, 1/56).

Ok, jadi disini ada beberapa penafsiran terkait dengan kata ‘wisata’. Para ulama terdahulu, mengharamkan ‘wisata’ dalam artian untuk berzuhud. Kemudian, islam meluruskan pemahaman negatif yang berlawanan dengan (makna) wisata serta mengaitkannya dengan tujuan-tujuan yang mulia seperti :

Mengaitkan wisata dengan ibadah, sehingga mengharuskan adanya safar (wisata) untuk menunaikan haji pada bulan-bulan tertentu; wisata dikaitkan dengan ilmu dan pengetahuan seperti kisah orang yang melakukan perjalanan hanya untuk mendapatkan dan mencari satu hadits saja; wisata untuk mengambil pelajaran dan peringatan, Allah SWT. berfirman, “Katakanlah: ‘Berjalanlah di muka bumi, kemudian perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan itu” (QS. Al-An’am : 11); Wisata dalam artian berdakwah kepada Allah Ta’ala seperti yang dilakukan para Rasul dan sahabat dengan menyebar hingga ke ujung dunia untuk mengajarkan kebaikan kepada manusia; serta wisata (tafakur alam) untuk merenungi keindahan ciptaan Allah SWT. dan memotivasi (refreshing jiwa) untuk memulai semangat kerja baru.


Saya pikir dari sini sudah cukup jelas bagaimana islam memandang wisata. Wisata boleh dilakukan oleh seorang muslim, bahkan perlu untuk tujuan-tujuan tertentu seperti penjabaran di atas. Namun wisata akan menjadi haram jika tanpa disertai ilmu seperti niat berzuhud atau berwisata disertai dengan aktivitas yang mengadung maksiat.



Objek Wisata yang Boleh Dikunjungi, Apa Saja Sih?
Sebagai seorang muslim yang terikat pada hukum syara, kita memang harus senantiasa memperhatikan setiap pilihan yang akan kita kerjakan termasuk berwisata dan memilih onjek wisata. Siapa sih yang mau kegiatan wisatanya ternyata menjadi sumber keburukan, iya gak?

Pertama, kita tidak boleh mengunjungi tempat wisata yang mengandung hadlarah seperti melakukan wisata religi dengan maksud mengagungkan tempat tersebut, wisata ziarah kubur, menyaksikan tempat-tempat   peninggalan kuno terutama peninggalan yang diagungkan manusia yang akan berdampak pada bentuk kesyirikan, kunjungannya ke tempat-tempat suci agama lain seperti Vatikan atau patung Budha, candi, dan sejenisnya.
Kedua, dilarang berkunjung ke bekas peninggalan umat terdahulu dan situs-situs kuno yang merupakan bekas tempat turunnya azab, atau tempat suatu kaum dibinasakan sebab kekufurannya kepada Allah SWT. Rasul SAW bersabda: “Janganlah  kalian memasuki tempat tinggal orang-orang yang telah menzalimi dirinya, khawatir kalian tertimpa seperti yang menimpa mereka,   kecuali kalian dalam kondisi manangis. Lalu beliau menundukkan kepala dan berjalan cepat sampai melewati sungai.” (HR. Bukhari, no. 3200 dan Muslim, no. 2980).

Ketiga, sudah pasti bahwa ajaran islam melarang wisata ke tempat-tempat rusak yang terdapat minuman keras, perzinaan, berbagai kemaksiatan seperti di pinggir pantai yang bebas, pesta perayaan tahun baru, dan tempat-tempat kemaksiatan. Atau juga diharamkan safar (wisata) untuk mengadakan perayaan bid’ah seperti menyaksikan upacara adat, acara kebudayaan agama/kaum tertentu, dan sejenisnya.



Kalau Harus Menginap Beberapa Hari, Gimana Dunk?
Menginap beberapa hari? Huuum, itu berarti melakukan perjalanan jauh (keluar dari rumah) lebih dari 24 jam. Ternyata islam juga punya solusi atas permasalahan ini, apa sih yang gak ada dalam islam? Heheh... semuanya ada.


Banyak hadist yang meriwayatkan bagaimana status seorang wanita yang melakukan perjalanan jauh dalam jangka waktu tertentu. Abu Hurairah berkata, Rasulullah bersabda, ”Tidaklah halal bagi wanita muslimah melakukan perjalanan satu malam (masirat[a]lailat), kecuali ditemani (wa ma’aha) seorang laki-laki (rajul) dzu hurmat-nya” (Shahih Muslim nomor 3266. Sunan Abu Dawud nomor 1723).

Mau melakukan wisata? Its Ok, tapi dengan catatan harus ditemani dengan mahram, apalagi kalau sampai rencana berwisatanya pake acara nginep segala. Saudari Suketi tidak menjelaskan secara detil siapa yang dimaksud “teman-teman” yang ikut dalam wisata ini. Apakah semua perempuan ataukah bercampur laki-laki dan perempuan. Jika melakukan perjalan atau wisata lebih dari 24 jam tanpa disertai mahram, dikhawatirkan mampu menimbulkan fitnah dan malapetaka.

Yang menjadi pertanyaan, mahram itu siapa? Mahram disini adalah suami dan laki-laki yang haram untuk dinikahi seorang perempuan seperti ayah, paman, atau saudara laki-laki. Kalau berwisatanya hanya dilakukan bersama teman-teman perempuan saja bagaimana, dan jumlahnya juga lebih dari satu, apakah masih perlu adanya mahram? Jawabannya perlu! Seperti kisah Umar yang mengutus orang laki-laki, dan bukan wanita, untuk menemani isteri-isteri Nabi yang sedang berhaji, dan kondisinya para isteri Nabi itu sudah bersama-sama (lebih dari satu). Sehingga jika yang bepergian itu wanita saja berapapun jumlahnya, pada dasarnya tetap perlu orang laki-laki (mahram) untuk menemaninya.
Pertanyaan selanjutnya, mengapa harus mahram? Jawabnya adalah agar tidak terjadi khalwah (berdua-duaan dengan lawan jenis yang bukan mahram). Apalagi kalau wisata tersebut tidak hanya diikuti teman perempuan saja tetapi juga ada teman laki-laki. Karena dikhawatirkan akan menimbulkan fitnah dan perbuatan yang dilarang syariat. “Dan janganlah kalian mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk” (Al-Isra : 32).

Kegiatan wisata pada dasarnya boleh untuk dilaksanakan, tetapi menjadi haram jika di dalamnya terdapat pergaulan bebas antara lelaki dan perempuan, musik yang melalaikan dan tarian yang merangsang nafsu, pakaian yang tidak senonoh dan memaparkan aurat, liburan yang melalaikan melaksanakan ibadah, liburan yang diiringi minuman keras dan narkoba, dan liburan yang menyebabkan syirik kepada Allah SWT.



Meraih Berkah Selama Liburan
Islam hadir untuk menyelesaikan problematika hidup manusia. Islam merupakan agama dan sistim hidup yang sempurna, memahami kebutuhan manusia berdasarkan kecenderungan-kecenderungan dalam diri manusia (nafsu dan kebutuhan jasmani). Islam mengakui fitrah dan instink manusia sebagai makhluk ciptaan Allah, makhluk yang suka bergembira, bersenang-senang, dan bermain-main, sebagaimana mereka diciptakan sebagai mahluk yang suka makan dan minum. Agar liburan kita tidak sia-sia dan tetap mendapat berkah dari Allah, maka ada banyak pilihan kegiatan yang bisa kita lakukan untuk mengisi liburan selain hanya bersenang-senang semata :


-    Liburan, waktu berbagi dengan keluarga :

Selama satu semester mungkin lebih, kita disibukkan dengan berbagai macam aktivitas kuliah dan dakwah. Pernahkah kita berfikir sejenak, mungkin ayah dan bunda sangat merindukan perhatian kita. Jadi gak ada salahnya, kita luangkan waktu dan perhatian kita untuk orang tua, dan memperbaiki komunikasi kita dengan mereka. Membantu aktivitas dan meringankan pekerjaan beliau dirumah.


-    Jalin ukhuwah dan silaturahmi dengan saudara dan kerabat :

Kalau mungkin liburan ini belum bisa pulang kampung, bukan berarti peluang pahala lenyap begitu saja. Hayuu sejenak kita luangkan waktu untuk mengunjungi saudara, kerabat, dan teman-teman kita. Menjalin kembali hubungan silaturahmi dengan sesama umat muslim itu sangat mulia di hadapan Allah.


-    Liburan, momen tingkatkan kualitas diri!

Jangan sia-siakan liburan panjangmu hanya sekedar untuk bersenang-senang yang berujung pada maksiat. Heeem, momen ini pas banget untuk kita memperdalam ilmu islam. Dengan cara apa? Mengkaji islam dunk.


-    Tafakur alam, Taqqorub Ilalloh

Tafakur yang menurut bahasa berasal dari bahasa arab berasal dari kata tafakaro, watafakaru, yang artinya berpikir  atau memikirkan. Mau berwisata alam? Boleeh kok dalam islam, tapi ingat harus disertai mahram bahkan lebih menyenangkan lagi kalo berwisata bersama keluarga. Luruskan kembali niat kita berwisata alam bukan untuk mengarah pada maksiat atau menyia-nyiakan waktu, namun berwisata sekaligus memikirkan tentang segala hasil ciptaan Alloh SWT (tafakur alam).

So, agar kegiatan kita dalam mengisi liburan tidak sia-sia, hayuu kita luruskan kembali niat kita dalam melakukan wisata. Kita perbaiki lagi agenda wisata yang sudah kita rancang agar senantiasa setiap aktivitas yang kita pilih mendapat ridho Allah.








Berlibur Ajang Cari Pahala by Dept Kemuslimahan


Liburan tlah tiba... libur tlah tibaa.. Horay!! Horay!!! Horay!!! Kini saatnya menghilangkan kejenuhan dan kepenatan dan saatnya Refresh ur self!  Pasti udah punya schedule masing”, mungkin ada yang mau liburan ke Belanda, atau Cuma mau menghabiskan waktu di kost aja bertemankan cicak-cicak di dinding, jangan bingung dan jangan gundah ya ukh.. Disini kami akan memberikan Tips-Tips Liburan yang Bermanfaat dan insya Allah berkah buat kita semua.. (Amin)
Silahkan di simak... J
Bismillahirahmanirrahim...

Menjadi seorang muslimah yang kreativ jangan menyiak-nyiakan waktunya begitu ajja dong... Liburan boleh lah.. Tapi alangkah baiknya kita juga melakukan sesuatu yang bisa bermanfaat untuk kita. Seperti Pengajian, menghafal Al-Qur’an, atau bahkan ikut pesantren liburan biar bisa memperdalam islam.. Terus  buat ukhti sekalian yang punya potensi,  kita juga bisa memanfaatkan kain panel sebagai salah satu media berkreatifitas dan mengajarkan kepada teman untuk membagi-bagi ilmu kita. Dengan begitu, ukhti lain pun bisa menikmati liburan seperti kita 

Buletin edisi 10


Menyambut Tahun Baru Hijriyah by Ahmad Fadhillah

Alhamdulillah yah sebentar lagi kita akan memasuki tahun 1433 H. Ayo kita introspeksi diri dengan semua apa yang telah kita perbuat. Hampir tidak bisa dihitung kan berapa banyak kemaksiatan-kemaksiatan yang telah kita lakukan di masa lalu? Kapan lagi kita memperbaiki diri, kalau tidak dimulai dari sekarang? Dan pantaskah kita menundanya? Padahal kita tidak tahu kapan kehidupan di dunia ini berakhir. Dan bukankah Allah SWT telah berfirman dalam Al-Qur’an surah Al-Ankabut [29]: 64 yang artinya, “Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui.” Surah Al-Anbiya [21]: 34-35 yang artinya, “Kami tidak menjadikan hidup abadi bagi seorang manusiapun sebelum kamu (Muhammad); maka jikalau kamu mati, apakah mereka akan kekal? Tiap-tiap yang bernyawa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. Dan hanya kepada Kamilah kamu sekalian dikembalikan.” Nah sobat, ayat-ayat di atas sungguh sangat jelas menerangkan bahwa kehidupan di dunia ini hanya sementara dan semua yang bernyawa pasti akan merasakan kematian.

Seiring dengan berjalannya waktu, tentu umur kita akan semakin berkurang. Sekarang kita masih dapat menikmati tahun baru hijriyah, namun kita tidak tahu kapan ajal datang menjemput. Mungkin hari ini, besok, lusa, atau mungkin setelah kita membaca buletin ini (ups!). Karena ajal manusia adalah rahasia Allah SWT semata. Firman-Nya dalam Al-Qur’an surah Al-A’raf [7]: 34 yang artinya, ”Tiap-tiap umat mempunyai batasan waktu; maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak dapat (pula) memajukannya.” And now, ngapain lagi kita berlama-lama dalam lubang kemaksiatan dan menunda-nunda dalam berbuat amal sholeh?

Mari kembali pada masalah introspeksi diri, terkadang manusia yang tidak pernah bercermin diri itu bagaikan binatang liar yang terlepas dari jeratan. Ia akan berlari dengan kencang dan melompat dengan sekuat tenaga tanpa menghiraukan kalau itu akan mebahayakan dirinya. Nah, manusia yang demikian akan berbuat sekehendak hatinya tanpa berpikir dan mempertimbangkan yang pada akhirnya ia akan meratapi perbuatannya.

Ada satu sabda nabi yang mengutarakan tentang perbuatan tercela. Rasulullah bersabda tanda kecelakaan itu ada empat:
1. Tidak mengingat-ingat dosa yang telah lalu padahal dosa-dosa itu tersimpan di sisi Allah SWT.
2. Menyebut-nyebut kebaikan yang telah diperbuat padahal siapapun tidak tahu apakah kebaikan-kebaikan itu diterima atau ditolak.
3. Memandang orang yang lebih unggul dalam soal duniawi.
4. Memandang orang yang lebih rendah dalam hal agama.

Akhirnya dapat kita simpulkan bahwa:
1. Sambutlah tahun baru hijriyah ini dengan memperbanyak amal sholeh dan memperbaiki perbuatan kita di masa lalu.
2. Sambutlah tahun baru hijriyah ini dengan tidak seperti non-muslim merayakan tahun baru miladiyahnya.
3. Kalau mengaku umat islam, mengakui Muhammad saw. sebagai utusan Allah dan percaya akan kebenaran Al-Qur’an, maka tidak ada alasan bagi kita untuk tidak menghambakan diri kepada Allah SWT.
4. Gunakanlah sisa waktu hidup kita di dunia yang fana ini dengan kebaikan agar kelak mendapat kebahagiaan di akhirat.

ARTI 1 MUHARRAM by Dept Kaderisasi

1 Muharram? Keterlaluan kalau kalian yang mengaku sebagai Muslim tapi nggak tau hari apa itu. Tapi ternyata faktanya memang begitu kok. Remaja muslim saat ini lebih akrab dengan hari-hari besar milik umat lain. Coba saja tanya ada apa pada tanggal 14 Februari? Pasti mereka pada berebut menjawab: hari itu adalah hari cinta, waktu bagi semua orang untuk mengungkapkan rasa cintanya …. Weleh weleh tuh kan! Atau tanya aja tentang April Mop atau Hallowen. Pasti deh mereka udah pada hapal. Tapi untuk 1 Muharram? Mungkin tahu sih, tapi dijamin mereka nggak bakalan peduli dengan hari itu. 1 Muharram bagi mereka tak lebih dari suatu tanggal yang ada merahnya alias hari libur dimana mereka bisa nyantai seharian jalan-jalan keliling kota ama  teman-teman atau ama pacar! Astaghfirullah.
Beda banget dengan tahun baru Masehi yang jatuh pada tanggal 1 Januari. Untuk hari itu kamu bela-belain begadang semalaman. Niup-niup terompet dan seabreg acara lainnya. Lalu besoknya kamu bangun kesiangan dan meninggalkan shalat subuh tanpa merasa berdosa sama sekali. Ini merupakan suatu bukti bahwa ghazwul Fikri alias perang pemikiran yang dilancarkan oleh musuh-musuh Islam telah berhasil. Umat Islam kini telah dicuci otaknya. Coba aja minta pada yang remaja-remajanya untuk menyebutkan nama-nama bulan Hijriyah secara urut. Dijamin bakal sulit menemukan remaja yang bisa menjawab dengan benar, dan itu kini sudah menjadi makhluk langka yang hanya dapat ditemukan di habitat-habitat tertentu seperti madrasah dan pondok pesantren. Tapi coba minta sebutkan personel-personel WestLife, atau sebutkan urutan nama-nama zodiac…. udah di luar kepala ding.
Tapi belum terlambat! Suer, sama sekali belum terlambat untuk memperbaiki diri. Seiring dengan momen tahun baru Islam kali inilah saatnya kalian lebih care dengan Islam Momen tahun baru Islam kali ini harus benar-benar kita manfaatkan untuk melaksanakan yang namanya Hijrah. Hijrah dari kegelapan menuju terang benderang, cieee. Maksudnya kalian hijrah dari kehidupan yang tidak Islami menuju kepada kehidupan yang Islami mengikuti aturan-aturan Allah. Jadi kalian yang selama ini hidup dalam maksiat seperti pacaran, nyontek, suka ngegosip dan ngejahilin teman, maka dengan momentum hijrah ini harus berubahhhhh! Kalian udah mesti ikut memperjuangkan islam. Dan juga mesti mau berda’wah.
Tapi bukan berarti lho karena mau memasyarakatkan tahun baru Islam, kalian malah niru-niru cara kaum kafir dalam bertaun-baruan, rame-rame turun ke jalan, begadang semalaman nip-niup terompet atau karena mau bedaan sedikit malam itu kamu ganti dengan rame-rame niup seruling atau saksofon atau mukul-mukul bedug di tengah malam. Itu namanya tasyabbuh dan dilarang oleh agama. Kita cukup pada malam itu melakukan introspeksi diri atau bermuhasabah, serta merenungkan arti hijrah itu sendiri.
Dan kalau kita tengok ke belakang ternyata peristiwa hijrah yang dijadikan awal penanggalan Hijriyah ini ternyata mempunyai makna yang amat mendalam. Dari sinilah ternyata tonggak sejarah umat Islam dan bahkan umat seluruh dunia ditentukan. Betapa tidak coba? Keberlangsungan risalah Islam ditentukan hidup matinya pada malam itu. Di malam  yang sepi ketika dua sosok manusia mengendap-endap meninggalkan kota Mekkah. Sementara pasukan multinasional Quraisy dikerahkan berjaga-jaga di depan rumahnya. Lalu ketika dua ‘buronan kelas kakap’ yang tak lain junjungan kita Rasulullah beserta sahabatnya Abu Bakar itu ternyata tanpa diketahui telah lolos, maka seluruh pelosok  Mekkah diperiksa. Kemudian pada saat yang mendebarkan dimana tempat persembunyian Rasulullah dan Abu Bakar  di Gua Tsur telah ditemukan, di saat Rasulullah berkata menghibur sahabatnya “Laa Takhaf wa laa tahzan innallaha ma’ana” jangan takut dan jangan bersedih hati, sesungguhnya Allah beserta kita. Dan di saat itulah Allah menurunkan pertolongannya berupa mu’jizat yang membuat kaum kafir itu tidak dapat menemukan mereka. Kebayang nggak sih serunya?
Dan hijrah rasul itu bukanlah perjalanan biasa, perjalanan yang ditempuh Rasul saat itu amat berat. Dan beban batin yang dibawa rasul juga amatlah berat, sampai-sampai beliau berkata ketika meninggalkan Mekkah “Aku cinta kepadamu hai kota Mekkah, tempat aku dilahirkan. Namun apalah hendak dikata, aku diusir oleh penduduk negerimu sendiri” betapa tidak, kota yang menjadi kota impian saat itu bagi semua orang untuk menempatinya. Tapi Rasulullah beserta sahabat-sahabatnya justru meninggalkannya.
Tapi bumi Allah itu luas cing, ketika di Mekkah mereka disakiti dicaci dihina, Islam dihalang-halangi, pemeluknya dikejar-kejar untuk dibunuh. Tapi berbeda 1800 dengan yang mereka alami di Madinah. Disitu mereka malah disambut oleh penduduknya dengan sukacita. Nah, mulai dari sinilah Rasulullah lalu membangun yang namanya masyarakat Islam (baca: negara Islam). Dimana cahayanya menyebar ke seluruh pelosok dunia.
Maka sebab-sebab itulah yang menjadi alasan Khalifah Umar bin Khattab ketika menentukan awal kalender umat Islam ogah memakai  Hari Lahir Rasul atau hari-hari kemenangan Rasul sebagai penentuan awal Tahun. Karena momentum yang paling bersejarah umat Islam justru terdapat pada peristiwa Hijrah Rasul, sebuah peristiwa perjuangan yang penuh optimisme. Maksudnya supaya ketika setiap muslim membuka lembaran kalender atau menyongsong hari esok, dapat menyongsongnya dengan perjuangan penuh optimisme.
( Pakderisasi)



Buletin Edisi 9


SAATNYA MUSLIMAH MENJADI AGENT OF CHANGE !! by Dept Kemuslimahan

Bismillahirahmanirahim 

Menjadi seorang muslimah merupakan sebuah identitas yang membanggakan bagi seorang wanita di dunia.Betapa tidak, seorang muslimah tidak hanya dikaruniai keistimewaan-keistimewaan yang luar biasa, tetapi juga dianugerahi peran yang sangat spesial dalam Islam.Keistimewaan seorang muslimah tidak terlepas dari sifat kasih sayang dan lemah lembutnya sebagai seorang wanita. Berkat hal itulah ia diamanahkan Sang Khalik untuk menjadi seorang ibu yang berhak untuk untuk mengandung, menyusui bahkan mendidik buah hatinya yang nantinya kelak akan menjadi calon-calon dokter, guru, teknisi bahkan pemimpin suatu negeri. Lebih dari itu, sang muslimah pun juga dianugerahi peran spesial sebagai ‘aktor’ utama dalam menentukan nasib suatu bangsa. Sebab, diriwayatkan oleh Muslim, bahwa Nabi Muhammad SAW pernah bersabda: “Wanita adalah tiang negara, apabila baik wanita maka baiklah negara dan apabila rusak wanita maka rusaklah negara.” Hal ini tentu saja menjadi sebuah kebanggan tersendiri sekaligus amanah bagi kaum muslimah bahwa ternyata peranan dirinya sangatlah dihargai dan penting, tidak hanya bagi agamanya, yaitu Islam tetapi juga bagi kebaikan bangsa dan negaranya.
Berbicara mengenai muslimah, tentu kita tidak akan terlepas dari peranan muslimah yang begitu istimewa seperti yang telah saya kemukakan di awal. Menjadi sebuah hal yang antiklimaks ketika kita membicarakan peranan muslimah tanpa mengkomparasikan realita yang terjadi sekarang ini dengan keadaan masa lalu.Pada masa Rasulullah masih hidup, kita semua tahu bahwa begitu banyak muslimah yang mempunyai peranan strategis dan kontributif dalam menjalankan tugas dan kewajibannya disamping sebagai seorang ibu, istri maupun anak. Nasibah al Mazzniyah, contohnya. Ia adalah seorang muslimah yang menjadi srikandi dalam perang Uhud. Di saat genting, Umar dan bahkan Abu Bakar minggir ketika mendengar kabar Rasulullah telah meninggal.Mereka tidak punya semangat lagi untuk berjihad, karena mereka pikir, siapa lagi yang mau dibela?Saat itu Rasul pingsan. Saat tersadar, ia tidak melihat kehadiran orang lain kecuali Nasibah. Kemudian Rasulullah mempersilakannya meminta kepadanya, “Ya Nasibah, salmi, salmi (mintalah, mintalah)”. Kemudian Nasibah meminta “Ya Allah jadikanlah aku sebagai temannya di surga”. Rasullah langsung memohon kepada Allah “Ya Allah jadikanlah Nasibah ini menjadi temanku di surga.”Nasibah berperan langsung, bahkan dalam perang fisik. Dalam peperangan ia memegang dua pedang. Tetapi, setelah ia kehilangan sebelah tangannya, ia memberikan salah satu pedangnya kepada anaknya. Dalam peperangan itu, Nasibah kehilangan suami, anak, dan sebagian anggota badannya.
Kisah Nasibah hanyalah salah satu kisah yang menceritakan bagaimana begitu hebat dan luar biasanya peran muslimah pada masa Rasulullah. Masih banyak sebenarnya kisah-kisah mengenai peran muslimah yang begitu luar biasa, seperti Aisyah yang mempunyai kecerdasan intelektual yang tinggi, Siti Khadijah dan Siti Fatimah yang mempunyai kelembutan yang luar biasa terhadap anaknya dalam mengembangkan potensinya, dan masih banyak lagi. Namun jika kita melihat peran muslimah pada masa sekarang ini, nampaknya agak sulit bagi kita untuk menemukan karakter-karakter atau figur seperti Nasibah, Aisyah, Siti Khadijah maupun Siti Fatimah.Ironis memang.Lantas hal tersebut jangan sampai membuat kita (sebagai muslimah) merasa termarjinalkan dari realita kehidupan masa kini.Pantang bagi seorang muslimah merasakan hal seperti itu.Justru ketika saat ini kita melihat realita seperti itu, seorang muslimah haruslah menjadi sosok pertama sebagai orang yang termotivasi sekaligus penggerak untuk bisa mengubah keadaan ini.
Kesulitan kita untuk menemukan figur-figur shahabiyah seperti di atas pada masa sekarang ini bukanlah tanpa sebab. Paradigma klasik yang masih terpatri bahwa seorang wanita hanya cukup menjalankan peran sebagai ibu rumah tangga, sehingga membuat wanita (muslimah kebanyakan) mengalami keterbatasan skill dalam mengembangkan potensi dan bakatnya, merupakan hal yang menjadi penyebab kian menipisnya stok figur-figur di atas ditengah arus globalisasi dan semangat kompetensi yang kian menjadi ciri khas abad 21. Lantas, apa yang dapat kita lakukan untuk menghadapi hal ini? Jawabannya sederhana, ubah paradigma klasik tersebut dan sadarlah bahwa kita (muslimah) yang sebenarnya menjadi ujung tombak dalam (hampir) segala hal. Ingat, seseorang yang sukses, terlepas dari apakah ia seorang laki-laki muslim ataupun wanita muslimah, hanya akan lahir dari seorang rahim wanita muslimah serta terdidik dari tangan-tangan penuh kelembutan dan kasih sayang seorang wanita muslimah. Bayangkan, jika semua muslimah dapat mendidik anak-anaknya dengan sebaik-baik pendidikan yang sesuai dengan ajaran Islam. Sungguh, bangsa ini akan mengalami kemajuan yang pesat! Selain itu mengubah paradigma klasik yang membuat kita seperti ‘katak dalam tempurung’ juga merupakan hal yang utama.Penting bagi muslimah untuk menyadari bahwa perannya tidak hanya sebatas mengurusi hal-hal rumah tangga dan mendidik anak.Ia juga harus mempunyai kesadaran akan kewajibannya terhadap agama, pribadi atau dirinya sendiri, keluarga, masyarakat serta tanah air atau negara. Kelima kewajiban tersebut-lah yang jika dapat dipenuhi semuanya secara tawadzun atau seimbang, insya Allah akan membawa peran muslimah menjadi lebih berarti di era kompetensi dan globalisasi ini.
Kewajiban terhadap agama atau wajibatdiniyah, merupakan kewajiban seorang muslimah dalam membuktikan ketinggian nilai-nilai Islam diatas ideologi lain selain Islam. Hal ini dapat dilakukan dengan cara meningkatkan ilmu dan kapasitas intelektualnya, seperti terdapat dalil pada Al Quran surat 58 ayat 11 dan surat 39 ayat 9. Cara lain yang dapat dilakukan yaitu dengan mempunyai akhlak yang mulia seperti halnya Rasulullah yang mendapat julukan Al-Amin (dapat dipercaya) serta dengan cara mempunyai amal, gerak serta perjuangan yang baik yang tetap berada dalam koridor hukum Islam. Kewajiban ini sangat penting dan utama bagi muslimah dalam mengambil peran di era kompetensi dan globalisasi ini. Sebab di era tersebut, tuntutan akan ilmu pengetahuan, intelektualitas, skill, kepribadian serta track record seseorang menjadi hal yang banyak disoroti oleh berbagai pihak.
Kewajiban terhadap pribadi atau wajibatsyaksiyah, merupakan kewajiban seorang muslimah terhadap dirinya sendiri yang mencakup aspek rohani dan jasmani.Aspek rohani berkaitan dengan kepemilikan akidah yang lurus serta selalu membersihkan hati dari sifat-sifat tercela. Sedangkan aspek jasmani berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan akan fisik yang sehat dalam menjalankan peran sebagai seorang muslimah. Hal ini menjadi penting manakala seorang muslimah menyadari bahwa sehat merupakan nikmat kedua setelah nikmat iman. Ingat, peran muslimah tidak akan berarti apa-apa ketika fisiknya lemah dan tidak berdaya walaupun ia memiliki kapabilitas intelektual dan skill yang memadai.
Kewajiban terhadap keluarga atau wajibatbaitiyah, merupakan kewajiban seorang muslimah untuk dapat menciptakan keadaan yang kondusif dalam keluarganya.Hal ini dikarenakan, keluarga merupakan basis awal pergerakan seorang muslimah dalam menjalani peranannya. Seorang muslimah tidak akan mampu menjawab tantangan globalisasi ketika ia tidak mendapat dukungan atau support dari keluarganya sebagai unit terkecil dalam masyarakat. Sebab, bagaimana mungkin ia (muslimah) dapat berperan atau memberikan kontribusi kepada masyarakat jika unit terkecil dalam masyarakatnya saja (baca: keluarga) tidak memberikan dukungan kepada dirinya dalam melakukan peranannya tersebut.
Kewajiban terhadap masyarakat atau wajibatijtima’iyah. Kewajiban ini didasari pada dalil dalam Al Quran surat At-Taubah ayat 71 yang artinya:
“Dan orang-orang yang beriman, laki-laki dan perempuan, sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (berbuat) yang makruf dan mencegah dari yang munkar...” (QS.9:71). Kewajiban terhadap masyarakat menjadi penting bagi seorang muslimah, mengingat dalam ayat tersebut terdapat perintah tolong-menolong serta berbuat kebaikan dan mencegah kemunkaran.Selain itu kewajiban ini menjadi jauh lebih penting manakala kita sebagai muslimah dihadapkan pada salah satu kenyataan tantangan globalisasi yang paling menonjol, yaitu adanya individualisme.Hal ini mewajibkan seorang muslimah untuk peka terhadap masyarakat dan jangan sampai seorang muslimah menjadi pribadi yang terjangkiti ‘virus’ individualisme tersebut dan acuh terhadap lingkungan masyarakat.Na’udzubillah mindzalik.
Kewajiban terhadap tanah air/negara atau wajibatwathoniyah, merupakan kewajiban seorang muslimah terhadap kondisi atau keadaan negaranya.Kewajiban ini tidak (mesti) mengharuskan muslimah untuk menjadi seorang negarawan atau menjadi seorang public figure yang bertanggung jawab penuh atau langsung terhadap kondisi negara, misalnya.Tetapi cukup dengan menjaga izzah atau kemuliaan dirinya sebagai seorang muslimah, maka kewajiban tersebut sebenarnya sudah dapat dikatakan terpenuhi.Sebab, seperti hadist Nabi SAW, bahwa wanita merupakan tiang negara. Jadi, ketika kita diamanahakan sebagai seorang muslimah jagalah kemuliaan diri kita sebagai seorang muslimah dengan senantiasa meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah, maka insya Allah negeri ini pun akan menjadi negeri yang baik keadaannya karena dihuni oleh wanita-wanita sholihah yang juga akan melahirkan generasi-generasi sholihah, insya Allah. Amin.
Sebagai kesimpulan, saya ingin mengemukakan bahwa sudah saatnya kita sebagai muslimah bangga akan keistimewaan-keistimewaan yang telah Allah berikan kepada diri kita. Jadikanlah kebanggan tadi menjadi awal dari kesadaran kita akan begitu penting dan utamanya peran muslimah dalam berbagai keadaan dan tantangan zaman. Sebab sudah menjadi sebuah keharusan bagi setiap muslimah ketika era kompetensi dan globalisasi semakin marak, untuk menonjolkan peran-peranannya yang sangat strategis dan kontributif dan semua peran tersebut sesungguhnya dapat diimplementasikan dalam bentuk pemenuhan kewajiban terhadap agama, pribadi, keluarga, masyarakat maupun tanah air/negaranya.Semoga tulisan ini dapat menginspirasi para wanita muslimah yang membaca.
Teruskan kontribusimu ya ukhti, tunjukkan kapabilitasmu dan buktikan bahwa muslimah adalah anugerah terindah dunia yang telah Allah berikan.

Buletin Mahasiswa Baru

METABOLISME SAAT PUASA DAN MANFAATNYA DALAM KESEHATAN
Oleh: 
Drs. Eko Suhartono, M.Si
Bagian Kimia/Biokimia Fakultas Kedokteran UNLAM

Puasa ialah menahan diri dari makan, minum dan bersenggama mulai dari terbit fajar yang kedua sampai terbenamnya matahari. Firman Allah Ta'ala: "….dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam...." (Al-Baqarah:187). Puasa juga dapat diartikan sebagai restriksi kalori atau pembatasan kalori akibat pembatasan masukan karbohidrat, lemak, protein, vitamin, maupun mineral.
Dalam metabolismenya, karbohidrat yang masuk ke dalam tubuh akan diubah menjadi glukosa, yang selanjutnya diubah menjadi energi dalam bentuk ATP melalui proses glikolisis. Dalam proses tersebut, dapat terjadi oksidasi yang tidak sempurna dari oksigen yang menghasilkan sekitar 3-5% radikal bebas. Telah banyak diketahui, radikal bebas merupakan molekul yang dapat memicu kerusakan-kerusakan oksidatif yang berujung pada kerusakan sel dan organ. Pada saat yang bersamaan, akan terjadi penurunan kadar antioksidan akibat radikal bebas yang dihasilkan selama metabolisme. Keseluruhan mekanisme tersebut secara bertahap akan memicu terjadinya berbagai macam penyakit.
Bagaimana dengan puasa? Saat puasa, karbohidrat yang masuk akan dibatasi, sehingga proses oksidasi glukosa oleh oksigen akan berkurang. Selanjutnya, radikal bebas yang dihasilkan juga akan menurun dan antioksidan dalam tubuh akan meningkat. Keadaan ini dapat mencegah terjadinya berbagai macam penyakit. Penelitian Riyad Jalal (1990) menyimpulkan bahwa berkurangnya cairan pada puasa akan menurunkan heart rate atau kerja jantung, pencegahan terhadap penggumpalan darah yang termasuk penyebab serius panyakit jantung.(Jalal, Riyad,1990)
Allan Cott, M.D., seorang ahli dari Amerika, telah menghimpun hasil pengamatan dan penelitian para ilmuwan berbagai negara, lalu menghimpunnya dalam sebuah buku Why Fast membeberkan berbagai hikmah puasa, antara lain: a. To feel better physically and mentally (merasa lebih baik secara fisik dan mental). b. To look and feel younger (melihat dan merasa lebih muda). c. To clean out the body (membersihkan badan) d. To lower blood pressure and cholesterol levels (menurunkan tekanan darah dan kadar lemak. e. To get more out of sex (lebih mampu mengendalikan seks). f. To let the body health itself (membuat badan sehat dengan sendirinya). g. To relieve tension (mengendorkan ketegangan jiwa). h. To sharp the senses (menajamkan fungsi indrawi). i. To gain control of oneself (memperoleh kemampuan mengendalikan diri sendiri). j. To slow the aging process (memperlambat proses penuaan).
Begitu dahsyatnya manfaat puasa, maka tidak ada salahnya mulai saat ini kita semua melakukan ibadah-ibadah puasa sunnah lebih-lebih yang wajib. Semoga Allah menerima ibadah kita semua... Amin.




 BELAJARLAH & MENGAJARLAH!!
Bismillah..
Assalamu’alaikum...apa kabar saudara-saudaraku semuanya?? Sehat-sehat aja kan?! Semoga Allah memudahkan semua urusan kita & selalu melindungi kita kapan pun ‘n dimana pun kita berada...Amiin! O iya, sebelumnya kuucapkan selamat datang dulu buat mahasiswa-mahasiswa baru di FK UNLAM. Welcome to Campus☺!!
Hmm…disini gue bukannya mau cerita or ngejelasin gimana kampus kita yaa, tapiiii…gue mau ngasih tahu tentang DAKWAH. Waduuhh…gak perlu segitunya kaleee responnya. Gue ngerti loe–loe udah pada tau apa itu dakwah, tapi..gak semua orangkan tau apa itu dakwah? ‘n yang udah tau pun belum tentu dia ngerti or memahami apa sebenarnya dakwah itu. Cuma sekedar tau or pernah dengar aja. So, gue akan sedikit ngasih tau tentang dakwah pada kalian. Sedikit?? Iya, coz klo banyak2 halamannya gak muat..hehee, b’canda. Gue cuma ngasih tau tentang dakwah sesuai pengetahuan ‘n pemahaman yang gue dapat, biar lebih mudah ngejelasinnya. Lagian, buat apa menjelaskan sesuatu panjang lebar ke sana kemari, sementara kita sendiri gak tau bahkan gak ngerti apa yang kita sampaikan..Sama aja bohong kan?! Oke, langsung aja yaa..
Dakwah adalah kegiatan yang bersifat menyeru, mengajak dan memanggil orang untuk beriman dan taat kepada Allah SWT sesuai dengan garis aqidah, syari’at dan akhlak Islam. Kata dakwah merupakan masdar (kata benda) dari kata kerja da’a yad’u yang berarti panggilan, seruan or ajakan.
“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam”. (Q.S. Al Anbiyaa’: 107)   
Misi keberadaan kita di dunia ini tidak lain kecuali menjadi rahmat bagi semesta alam. Rahmat dalam pengertian menebarkan kasih sayang dan memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi masyarakat. Misi inilah yang mengharuskan kita hidup dalam jalan dakwah. Mengapa? Karena hanya dakwah yang membuat seorang muslim konsisten mengajak orang lain ke arah kebaikan dan kasih sayang.
Itulah sebabnya Allah mewajibkan setiap muslim berdakwah, agar mantap merealisasikan misi keberadaannya di muka bumi. Kewajiban tersebut bahkan sudah kita sandang sejak akil baligh.
“Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)”. (Q.S. Luqman: 17)
Dakwah adalah jalan orang2 yang mulia sepanjang masa. Saking mulianya jalan tersebut, Allah SWT sampai menyebutnya sebagai jalan ‘yang terbaik’.