Hmmh, Berbicara tentang kampus ideal sebetulnya memerlukan pemahaman yang cukup kompleks akan hakikat Ideal itu sendiri. Apalagi jika dikaitkan dengan ruang lingkup kampus. Mungkin sederhananya ideal itu adalah suatu kondisi dimana setiap orang yang merasakannya merasa nyaman dan bisa beradaptasi penuh dalam perjalanannya. Tentunya tanpa terlepas dari nilai-nilai pemahaman orang-orang yang menjalaninya (artinya harus syumul wa mutakamil, menyeluruh dan paripurna). Seperti sudah kita pahami sebelumnya kondisi kita sekarang bisa dikatakan belum ideal, bahkan sangat tidak ideal. Baik itu dalam kampus maupun ekstern nya. Semua sudah tau, karena terbukti solusi untuk mensejahterakan ‘kita semua’ belum memberikan hasil yang signifikan, malah cenderung tambah parah.
Kita membutuhkan solusi yang riil dan praktis, menggunakan kaidah tatanan yang ada, tanpa melupakan pengalaman masa lalu, dan rencana kedepannya. Mengapa seperti itu? Perlu dipahami, terkadang penyesuaian ideal itu sendiri dapat merusak nilai ke-ideal-annya jika tak dibarengi dengan pembelajaran masa lalu/sirah yang ada, karena itulah Sejarah itu tercipta. Untuk dipahami, dipelajari, dan diperbaiki. Tentu, semua sependapat, jika memperhatikan “antara kemarin, hari ini dan esok” kita tau Islam Rahmatan Lil ‘alamin adalah solusi yang terbaik untuk itu semua. Artinya, kita tidak berbicara lagi tentang islam sebagai ibadah ritualitas belaka, tapi islam itu sebagai Sistem Kehidupan “Way Of Live”…, ya sebuah sistem. Islam bukan hanya tentang shalat, zakat, puasa, tapi juga politik, mu’amalah, ekonomi, pokoknya…. “totalitas”, dan memang terbukti Islam menggunakan kaidah tatanan yang ada, semua sudah diatur dan tertuliskan (meskipun ada beberapa pengembangn lanjut utk ‘yg tdk tertulis’).
Islam sebagai sebuah sistem, itulah sebenarnya tujuan dakwah kampus (kampus ideal). Seperti yang sudah saya katakan, Syumul Wa Mutakamil artinya sistem ini harus bisa beradaptasi dengan keseluruhan objek yang dinaunginya. Baik itu mahasiswanya, rector, dekan, dosen, staff pengajar lain, TU, administrasi, penjaga gedung dst bahkan sampai satpam & abang penjaga parkir. Untuk mencapai cita-cita luhur tersebut, pelaksanaannya harus disandarkan pada metode-metode/thariqah yang telah digariskan Allah, karena terkadang, banyak perbedaan didalam pelaksanaannya, maka yg harus kita lakukan adalah kembali kepada-Nya. Agar nantinya, Islam itu terjaga orisinalitasnya dan Allah berkenan menurunkan rahmat dan pertolongan-Nya pada setiap langkah kita untuk membangkitkn Islam sebagai sistem itu sendiri.
Saat ini situasi kita berada pada dua warna sekaligus, antara kebangkitan perjuangan Islam, dan penindasan/penghambatan jalannya perjuangan itu. Semua seperti sinergis, berbanding lurus. Di satu sisi hal ini menunjukkan kepada kita tentang planning orang kafir, beserta sekutunya. Namun, disisi lain hal ini menunjukkan kepada kita tentang kesungguhan, kekuatan, dan perubahan kaum muslmin. Sebenarnya semua tempat dimuka bumi merupakan tempat yang baik untuk menegakkan Islam. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa civitas akademika, kelak akan menjadi salah satu bagian yang menentukan dalam perubahan masyarakat.
Seperti kita ketahui juga, kampus adalah tempat berkumpulnya orang-orang dengan tingkat intelektualitas dan profesionalitas yang lebih daripada kalangan komunitas lain dalam masyarakat. Itu sebabnya menjadikan Islam sebagai sisi utama dalam kehidupan mereka menjadi bernilai penting. Karena dampaknya akan sangat besar terhadap perubahan lingkungan kampus itu sendiri, bahkan sampai daulah Islam. Menjadikan Islam sebagai ‘way of live’ mereka berarti mengajak para POWER RANGERS yang memiliki daya gerak tinggi (kapasitas intelektual, nalar & profesionalitas yang tinggi) terhadap kondisi masyarakat, yang nantinya akan sangat membantu dalam revolusi menuju masyarakat Islami, bahkan daulah Islam. Karena mereka cenderung lebih siap dalam proses pembentukan & perubahan secara cepat.
Adapun tentang pelaksanaan metode untuk membangkitkan Islam dalam lingkungan kampus, tentunya dengan memperhatikan karakteristik kampus itu sendiri (agar ideal), ya sebuah kampus pasti tidak lepas dengan khazanah keilmuannya, namun seperti yang saya bilang tetap harus pada apa yang diperintahkan Allah maupun Rasul-Nya. Sehingga tidak merusak arti ideal itu sendiri, metode berikut yang saya kutip dari textbook:
- Segala sesuatu bersumber dari Allah, seperti aturan fuqaha ini adalah rukun, maka semua kelanjutan sesudahnya tidak boleh meninggalkan aturan ini
- Islam dijadikan esensi utama perjuangan, dan jama’ah adalah suatu keharusan untuk merapikan gerak perjuangan tersebut
- Totalitas, utuh dan menyeluruh, bukan parsial, karena Islam tidak untuk “setengah-setengah”. Mengapa harus total? sederhananya, karena Islam itu sudah hadir secara utuh, sudah terancang secara sistematis dan terbukti secara klinis. Karena kita bukan hanya berbicara masa lalu, tapi “antara kemarin, hari ini, dan besok”
- Universal, mendunia, agar semua orang yang dinaunginya bisa beradaptasi
- Mengimbangi perkembangan situasi dan kondisi masyarakat kampus maupun eksternalnya, tapi tetap berpegang pada nilai - nilai islam
- Berdasar pada keilmuan
Ya sudah itu dulu deh, intinya seperti itulah persepsi saya tentang kampus ideal dan tujuannya. Mungkin tsaqafah saya belum bisa mencapai arti ideal itu sendiri. Padahal kan, untuk menjadikan kampus ideal, perlu individu yang memiliki pemahaman dan tsaqafah yang ideal. Nah, jadi pilihlah yang tepat. Salam Ukhuwah.
-Seseorang yang berharap terlalu jauh, dengan pribadi yg biasa, dan pengetahuan yang biasa juga, tapi saya yakin “sesuatu” yang saya pelajari dan perjuangkan sangat luar biasa-
Muhammad Nizar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar