Hari yang cerah, secerah senyum ibuku saat bertemu denganku kembali. Mungkin karena ibu lega melihat anaknya masih sehat dan bisa menjemputnya kembali hari ini. Iya, ibu selalu mengkhawatirkan keselamatanku, makanya setiap aku meminta do’a darinya sebelum pergi kuliah atau keluar ibu selalu berkata “iya.. ibu mendo’akanmu selalu” dan ‘pasti’ dibarengi dengan “Hati-hati di jalan ya nak, jangan cepet-cepet” ungkapnya harap-harap cemas.
Pagi tadi kami baru mendapat berita tentang kematian seorang warga komplek kenanga yang sudah berumur 60 tahunan lebih. Kabarnya beliau meninggal karena memang sudah sampai umurnya. ”Semoga amal beliau diterima disisinya” pintaku. Hmm, kurasa sih ini ada hubungannya dengan kekhawatiran ibuku yang berlebihan pagi ini.
Dunia kembali menyapa, seperti biasa orang-orang sibuk dengan segala aktivitasnya, tanpa terkecuali aku. Usai melihat hasil ujian yang Alhamdulillah memuaskan, timelineku kali ini yaitu menghadiri rapat LDKI/MLC (Moeslem Leadership Camp). Menarik,, konsep yang kami rencanakan insya Allah tidak mengecewakan adik-adik tingkat yang akan ikut nantinya. Namun, ada hal yang membuatku senang pagi ini… konspirasi ‘tersembunyi’ yang biasa kulakukan dengan adik binaanku membuahkan hasil. Akhirnya aku bisa mempenetrasikan ide yang kubawakan dalam IC selama ini. Terlihat sekali dari gaya bicara mereka dalam menanggapi pembicaraan iseng kami tentang “bobroknya sistem kapitalis”. Semoga nantinya kami dimudahkan dalam jalan ini, dan bisa bersama-sama mengusung masa depan demi meraih kesejahteraan umat.
Zzzzebbbb.. Setting kita tiba-tiba berubah.
DuuuarrrRR! Dari jauh terdengar dentuman keras seperti momentum antar dua benda yang tabrakan. “Lho? Koq macet?” gumamku dalam hati. Hampir 1/2 jam aku menunggu, padahal aku harus buru-buru menjemput ibu. Takutnya kalau telat ibu mikir yang macam-macam biasanya. Selidik demi selidik benar dugaanku, tidak jauh dari tempatku mengendara terjadi kecelakaan antar dua buah truk yang beradu muka. Lokasinya kira-kira di depan Sei. Salak lokasi ‘pembatuan’ km. 18. Bagian depan keduanya hancur, supirnya pun tewas. Kenapa aku tau? karena aku melihat sendiri tubuh si supir yang masih terjepit di kursi depan saat ingin diselamatkan. Berpikirlah diri ini… Seandainya aku lebih cepat berada di tempat ini, mungkin saja itu aku…
Zzzzebbbb…
****
Di suatu tempat yang tidak pernah dijumpai manusia, terjadi pertemuan antar dua malaikat. Malaikat Mikail dan malaikat izrail. “Akhi, kamu dapat tugas lagi tuh dari bos.” kata mikail. “Hah? Tugas lagi? Aduhhh.. baru aja nyelesein satu tugas, eh, ada lagi yang baru menghadang. Kapan pensiunnya sih? Gara-gara tugas ini aku jadi banyak dibenci manusia.” keluh Izrail. “Sudah, sudah… syukurin aja lah, jalani aja prosesnya, suatu saat nanti antum pasti pensiun dan ana yakin semua akan indah pada waktunya” ungkap Mikail bijak. *wuihhhh, mikail keren ya
Singkat cerita, Malakul maut akhirnya mau menerima joblist dari Allah SWT. Tertulislah di dalam lembaran buku “Death Note”nya nama manusia yang akan dicabut nyawa olehnya hari ini, lengkap dengan tanggal, bulan, tahun, jam, dan detik kematiannya. Nama manusia tersebut adalah Untung, seorang mahasiswa berumur 19 tahun. Kabarnya sih, meninggalnya nanti karena digigit ular.
Untung, parasnya tampan, setampan namanya. Dia berasal dari keluarga ningrat, keturunan darah biru kesultanan Malaysia. Kakeknya dari kerajaan Malaysia, dan neneknya orang Indo. Makanya wajah untung pun terlihat Indo belasteran. Hidup dalam kecukupan, semua yang diinginkannya pasti didapatnya. Banyak perempuan yang ingin merebut hati Untung, tapi semuanya ditolak. Itu karena prinsip yang diembannya bahwa “Pacaran itu haram, mendekati zina, saya hanya mau cinta yang diridhoi Allah, yakni cinta yang dilandasi keimanan dan ketakwaan. Cinta yang dijalani dengan aturan Allah, yaitu khitbah dan menikah.”
Untung memang sangat beruntung. Beruntung dalam semua hal, baik dari segi akademis maupun bidang lainnya. Pernah suatu ketika untung bersama teman-temannya mengikuti lomba Nasyid dan lagi-lagi ia mengalami nasib yang baik. Untung dkk nya juara I, wuihhh, hebat ya… Sampai diketahui info bahwa yang ikut Nasyid tersebut hanya 3 grup.
Entah kenapa, hari itu untung kehilangan nasib baiknya. Malakat Izrail sudah bersiap-siap melaksanakan joblist yang diberikan Allah SWT. Seharian ia mengikuti aktivitas Untung, dari bangun tidur, kuliah, rapat, hingga waktu yang ditentukan telah sampai. “Waktunya sudah hampir tiba nih, sebentar lagi aku harus mencabut nyawa anak ini, tapi… Koq aneh? Disini tertulis “mati karena digigit ular”, dari tadi tidak terlihat tanda-tanda keberadaan ular.” ungkap Malakul maut heran. Namun, Deathline telah tiba, untung harus segera diambil nyawanya.
M.Izrail: Hei manusia! umurmu telah sampai, Allah menugaskanku untuk mengangkat ruhmu.
Untung: Kamu Malaikat Izrail ya?
M.Izrail: Koq tau?
Untung: Karena kamu telah menakut-nakuti hatiku…
M.Izrail: Jyaaahhh. (Gedubrak!!!)
Untung: Kenapa gak bilang-bilang? NELPON gak pernah! SMS gak pernah! kalo gini kan aku belum siap…
M.Izrail: Aku GAKK PUNYA HandphoOOne…
Untung: (Gedubrak!!!)
M.Izrail: Ahhh.. Masa bodoh! Pokoknya akan kucabut nyawamu, Ciiiaaaaatttttt!!!
Akhirnya dengan menggunakan ‘ninjutsu’ andalan Malaikat Izrail, nyawa untung ditarik juga dari jasadnya. Tepat saat jurus tersebut digunakan, ular jatuh dari langit. Ular tersebut sangat agresif, menggigit Untung, dan bisanya mengakibatkan kematian. Koq bisa ada ular? Padahal saat itu Untung sedang berada diperempatan jalan usai melaksanakan shalat Maghrib di Mesjid. Keberadaannya jauh dari semak belukar. Setelah diselidiki ternyata ular tersebut jatuh karena pertarungan sengit di udara dengan elang yang akan memangsanya. Na’asnya lagi, cengkeraman elang terlepas karena ular itu sangat lincah dan jatuh mengenai mahasiswa yang penuh nasib baik tersebut. Beruntung Untung sudah shalat. Semoga amalnya diterima disisi-Nya. Amin
****
(Cerita di atas hanya fiktif belaka, bila ada kesamaan nama mohon dimaapin yee…. Hhaha)
Dari cerita ini pelajaran apa yang bisa kita ambil? Yap, betul sekali kawan. Kurasa tidak usah berpanjang-panjang menyimpulkannya. Aku yakin kita semua memiliki persepsi yang sama. Persepsi bahwa kematian bisa terjadi kapan saja. Ia tidak mengenal ruang dan waktu. Ia datang kepada siapa saja, tanpa peduli status orang yang akan ditemuinya, bahkan untuk ‘manusia termulia’ sekalipun. Bisa jadi saat berbuat MAKSIAT, kita kedatangan dirinya. Bisa jadi saat ISI KEPALA kita penuh dengan hal yang tidak penting, kita ditemuinya. Bisa jadi saat PACARAN, malaikat izrail datang menghampiri. Bisa jadi pula saat ngebonceng akhwat/dibonceng ikhwan yang BUKAN MUHRIM, di lembaran Death Note tertulislah nama kita. Jika beruntung, bisa jadi saat melaksanakan syari’at-Nya dan mengagungkan kebesaran agama-Nya, saat itu pula kita mati.
Syukurlah, dalam perjalanan kali ini aku bukan sedang berbuat maksiat, bukan pula memikirkan hal-hal yang tidak penting, dan tentunya juga tidak sedang membonceng akhwat. Namun, semata-mata untuk menjemput Ibu yang sedang menungguku di Banjarmasin. Sebagai salah satu wujud baktiku kepadanya. Karena bisa jadi… Ini adalah perjalanan terakhirku…
****
Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa (Ali Imran: 133)
****
Nah, kalo sudah tau bahwa kematian itu bisa terjadi kapan saja, maka tidak ada alasan lagi untuk melalaikan perintah Allah dan memperjuangkan agama-Nya. Bersegeralah, salah satunya dengan dakwah dan ngaji, nuntut ilmu. Hayoo ngaji… agar HIDUP tampak LEBIH HIDUP.
Senin, 21.10
- Diiringi tuts piano dari soundtrack “Hachiko a Dog Story” - Goodbye Days
- Iseng mematai status binaan dan kawan-kawan
- Selalu tentang ‘kegalauan’, Masya Allah…
2 komentar:
kebanyakan baca komik deathnote ato nonton drama 49 days??? hehehe, tapi keren lo ceritanya
Haha, ga juga, iya mba, makasih, blognya jg bagus
Posting Komentar