Kaidah 'Daripada' membuatku MUAKK..
Oke, kusadari.. mungkin memang terlihat kasar dari judulnya.. tapi aku memang benar-benar ‘geregetan’ ketika banyak sekali permasalahan umat sekarang yang sumbernya berasal dari kaidah ini. Bahkan permasalahan yang menimpa kawan-kawan seperjuangan dalam medan dakwahku pun (*khususnya X-MEN) sedikit banyaknya karena alasan ini juga.
Nah.. aku disini ingin share saja kepada kawan-kawan semua tentang kasus yang menimpaku dan teman-temanku, mohon masukannya jika terdapat kesalahan dalam tulisannya (yah.. sebenarnya ini bisa juga disebut sebagai kritikan dan opiniku), dan anggaplah aku disini sebagai hamba Allah yang sedang ‘Galau’ gara-gara memperhatikan permasalahan umat yang sangat kompleks dan membutuhkan solusi tepat juga segera, bukan seseorang yang sedang mengagung-agungkan haraqahnya. Mari kita bahas semuanya disini secara gamblang. Dan inilah beberapa kasus yang akan kulemparkan pada kalian:
· “kenapa temanmu dibiarkan saja auratnya terbuka? tidak dinasehatin ya?” jawab: “yah… ‘daripada’ dia nanti tidak bisa didakwahin lagi, lebih baik secara perlahan..”
· “Bilangin tuh binaanmu, koq dia masih pacaran, kemarin ketangkap basah sedang dibonceng orang” jawab: “gimana ya.. ‘daripada’ dia nanti nganggap Islam itu terlalu keras nanti malah dia lari dari dakwah”
· “Kemarin koq malah ikut-ikutan malam diesna? Padahal kan malam itu malam tahun baru Islam, seharusnya malam itu dijadikan tolak ukur seberapa besar peningkatan ibadah kita ditahun-tahun sebelumnya, ibadah kita harus ditingkatkan, muhasabah diri juga harusnya dimaksimalkan.” jawab: “aku ikut malam diesna agar bisa mengontrol adik-adik binaanku, yah.. ‘daripada’ mereka lepas kendali nanti, lebih baik aku ikut membaur”, “Gimana acaranya? Rame?” jawab: “Rame banget..”. jyahhhh….gedubrak!
· “Gimana menurutmu tentang strategi dakwah kita kedepan? Apakah kita sebaiknya memasukkan diri ikut membaur ke dalam sistem?” jawab: “Hmm.. Sebenarnya bagus juga usulan seperti itu, tapi resikonya ketika kita berada dalam sistem kita juga mempunyai amanah dalam sistem tersebut, dan jika amanah tersebut bertentangan dengan syari’at gimana?” “Ya… itu resiko, otomatis kita pasti akan terwarnai” jawab: Jyaaahh! Ga banget deh..
· “Aqidah dan akhlak itu harus diutamakan, karena jika kita melihat kondisi umat sekarang aqidah dan akhlaknya benar-benar bobrok” jawab: “Lalu bagaimana dengan syari’ah dan khilafah? Apakah akan kita hiraukan begitu saja”, “Ya.. pokoknya kita fokus aja dulu dengan pembentukan aqidah dan akhlak umat, kan khilafah itu sudah pasti akan berdiri juga toh.. firman Allah kan sudah pasti akan terwujud, ya.. alangkah lebih baiknya kita mempersiapkan moral individunya saja.. ‘daripada’ kita gencar-gencarnya memperjuangkan khilafah dan malah banyak yang lari, lebih baik kita secara halus tapi tersirat”
· “Demokrasi itu indah.. Benar-benar muantepp..” jawab: “Serius lo?? Jelas-jelas itu melanggar syari’at jika yang kita rundingkan itu sesuatu yang haram” “Tapi jika suara kaum muslimin banyak kita bisa sedikit demi sedikit mempenetrasikan ide”, jawab : “Seandainya sedikit? hayoo..”, “Ya.. ini sudah realita bung,, kita tidak bisa menampikkan bahwa sistem di negara kita seperti ini..”
· “Kita tidak bisa menyanggah bahwa lokalisasi merupakan salah satu investasi pemerintah. Yah.. saran bapak sih kepada kalian sebagai seorang tenaga kesehatan agar tetap mengusahakan lokalisasi tetap terbuka dan memperjuangkan usulan kondom gratis saja, ‘daripada’ surveilens kita nanti menjadi susah akibat lokalisasi ditutup, lebih baik kita mencegah penularan penyakit dengan pemberian kondom” kata salah seorang pakar usai kuliah pakar kami tentang HIV AIDS.
· “Teman-temanmu banyak yang labil tuh, khususnya dalam masalah interaksi ikhwan dan akhwat..” jawab: “Oh gitu.. nanti deh kudiskusikan dengan Bosku..”
daaan.. masih banyak lagi kasus-kasus yang membuatku geregetan belakangan ini, sehingga mutala’ah beberapa buku, file-file, film yang berkaitan dengan penerapan Islam pun gencar kupelajari.
Kalau ditanyakan kepadaku nih.., kaidah apa yang paling populer dalam era kaum Muslimin sekarang??? jawabannya adalah kaidah ‘daripada’. “Dari pada sistem yang kita pakai otoriter, lebih baik demokrasi”, “Daripada yang kita pilih capres A yang sekuler, lebih baik capres B yang sekulernya lebih sedikit”, “Daripada mereka tidak bisa dinasehatin dari luar, lebih baik kita ikut membaur”, “Daripada berada diluar sistem itu dan tidak bisa berbuat apa-apa, kan lebih baik kita ikut kedalam sistem”, daaan… seterusnya. Kaidah ‘daripada’ ini sebenarnya merupakan cerminan dari sikap pragmatis dari kaum Muslimin saat ini.
Iya.. pragmatis.. atau yang biasa kita sebut sebagai “tunduk pada realita/kenyataan”
Mengapa kusebut pragmatis? Coba liat.. Seakan-akan mereka berpendapat bahwa realita kehidupan tidak bisa dirubah. Doktrin-doktrin seperti, “kenyataan itu tidak bisa dirubah”, atau “negara ini sudah mencapai finalnya” terus-terusan ditanamkan di benak kaum Muslimin hingga kita putus asa. Pernyataan bahwa, “Sistem Khilafah memang ideal, tetapi itu kan utopis,” yang sering kita dengar merupakan cerminan sikap putus asa ini.
Bahkan sampai ada yang berpendapat “biarlah Kekhilafahan itu terbentuk dengan sendirinya, toh janji Allah sudah lama terpatrikan.. hadapi realita”. Jika seperti itu, mungkin dulu Rasulullah masih berselimut dalam rumahnya, dan membiarkan Jibril berkata-kata hingga bantuan dari Allah datang. Buat apa Rasulullah ‘berjuang keras’ hingga Islam itu sampai ditangan kita saat ini? Buat apa Muhammad Al Fatih dengan gencarnya melatih dirinya sejak kecil untuk menjadi penakluk Konstantinopel padahal Rasulullah sudah menjanjikan bahwa kota tersebut toh memang nantinya akan ditaklukkan kaum muslimin juga?
Tentu tidak benar!! jika dikatakan bahwa sistem kehidupan sekarang ini tidak bisa dirubah! Bukannya NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) sebelumnya tidak ada, kemudian pada 17 Agustus 1945, NKRI diproklamasikan? Bukannya sebelum sistem sekuler diadopsi oleh negara-negara Barat, mereka menerapkan sistem kerajaan dan teokrasi? Bukannya dulu sebelum kaum Muslimin bersatu di bawah naungan Daulah Khilafah, yang kemudian terpecah-belah menjadi negara-negara kecil dulunya juga mempunyai asas sekuler? Makanya, sebenarnya menurutku sistem sekarang juga tentu bisa dirubah. Semuanya bergantung pada kemauan masyarakatnya. Kemauan masyarakat itu bergantung pada kesadaran mereka. Artinya, perubahan sistem seperti apapun bisa saja terjadi.., bergantung pada kemauan dan kesadaran masyarakat.
Memang, banyak kaum Muslimin sekarang yang merujuk pada kaidah syariat yang cukup populer, yaitu memilih kemudharatan atau keburukan yang paling ringan. Namun kenyataannya, kaidah ini digunakan secara sembrono. Padahal nih, kaidah ini hanya bisa digunakan dalam kondisi yang tidak ada pilihan lain kecuali ketika kita dihadapkan dengan dua perkara buruk. Benar bukan? Coba liat lagi pembahasan tentang qiyadah fikriyah..
Lalu pertanyaannya, apakah kita sekarang sedang dihadapkan pada dua pilihan buruk? Tidak bukan. Ayolah fren…. bawalah diri ini dalam perenungan.. Kita tidak sedang ada dalam posisi harus memilih antara sistem demokrasi atau otoriter, tidak juga dalam posisi memilih capres A yang sekuler dengan capres B yang kadar sekulernya lebih sedikit. Kita juga bukan sedang ada dalam pilihan memakai “Islam total tapi dakwah menjadi sulit” atau “Islam setengah-setengah tapi dakwah berjaya”… Tidak sama sekali, Kita masih punya pilihan ketiga. Kita tidak memilih demokrasi, tetapi juga bukan otoriter. Pilihan kita adalah Sistem Daulah Khilafah. Kita juga tidak dalam posisi harus memilih dua calon capres yang sama-sama buruk. Kita masih punya pilihan lain, yaitu mengangkat Khalifah yang akan menerapkan syariat Islam secara total. Daaan.. pilihan-pilihan ketiga lainnya.. yang memang membawa manfaat lebih baik.
Argumentasi kaidah ‘daripada’ ini jelas-jelas berbahaya kalau kita jadikan sebagai patokan dalam tindakan kita sehari-hari. Wuihhh.. Bayangkan aja kalau seorang pelacur menggunakan kaidah ‘daripada’ ini untuk membenarkan tindakannya, “Daripada anak saya harus putus sekolah, lebih baik saya melacur”. “Daripada saya tidak tenang, lebih baik saya menggunakan narkoba”. Daaaan seterusnya, jelas sekali !! kaidah ‘daripada‘ ini merupakan ‘bom waktu’ yang berbahaya bagi kaum muslimin.
Dan sudah jelas, kaidah ‘daripada’ ini juga lah yang telah menjerumuskan teman-temanku dan banyak kaum muslimin sekarang pada sikap ‘plin-plan’, tidak istiqamah. Seperti yang sudah kusebutkan diatas. Sikap plin-plan ini jelas bisa membuat umat kehilangan kepercayaan pada penegakkan Islam dimuka bumi, termasuk pada gagasan syariat Islam. Islam mengatur kehidupan kita secara total, islam bukan hanya mengatur masalah aqidah dan akhlak. Islam juga mengatur bagaimana cara jual beli, bagaimana pelaksanaan hukum yang sesuai, sistem ekonomi dan moneter yang mensejahterakan umat, pokoknya Islam itu mengatur secara toooottttalll… tal.. tal.. Kalau dalam diri kaum muslimin masih saja terdapat ke ‘plin-plan’ an untuk menegakkan Islam secara kaffah, maka penegakan syariat Islam yang merupakan cita-cita kita bersama akan semakin sulit. Naudzu billah!!
*untuk kasus terakhir sudah ane bahas di catatan ane sebelumnya “Balasan Surat Cinta dan Benci”
liat juga ye… http://aocfkunlam.blogspot.com
1 komentar:
Kaidah DARIPADA, memang manis, tapi bikin sengsara.
Posting Komentar