About this blog..

Total Tayangan Halaman

Menu

1/28/2012

I’m Very Lucky Because I’m Da’i...

            Entah bagaimana caranya, selalu saja ada jalan kemudahan yang diberikan oleh Allah. Jalan yang tak terduga-duga. Sehingga saya seringkali merasa menjadi manusia yang sangat beruntung. Saya di kampus, bukan kategori “manusia pintar”, bukan pula mahasiswa yang telaten atau rajin dan beretika baik, punya relationship yang mantap, punya kekayaan segudang. Nggak! Tapi entah kenapa saya merasa begitu dimudahkan….

            Alhamdulilah, sampai semester ini saya masih bisa mempertahankan IPK cumlaude saya (>3.5).  Yah, meskipun tidak mentok 4, tapi yang penting kan status CUMLAUDE nya itu, hehe. Bukan menyombongkan diri atau ujub, tapi semoga apa yang saya sampaikan disini sebagai motivasi bagi ikhwah fillah semua.

            “beruntung!” itu yang disematkan oleh kawan-kawan kepada nasib yang saya jalani. Saya Serius! jika diperhatikan, cara belajar saya terbilang ecek-ecekan bahkan terlalu santai.

           Lalu, kebetulankah? Nggak, saya yakin ini adalah sebuah nikmat dari Allah. Dan saya yakin ini adalah bagian nikmat dari dakwah…. Yah, meski dengan dakwah yang terlampau ecek-ecek juga… namun Allah memang Maha Kasih dan Maha Sayang. Dari ke’ecek-ecek’an itu saja Allah sudah memberi ganjaran yang luar biasa.

            Dan saya termasuk orang yang percaya seseorang diberi ganjaran sesuai apa yang dikerjakannya. Bayangkan seandainya saya melakukan lebih semangat lagi.. bukan ecek-ecek lagi? Wuahhh… ini aja sudah enak banget. Apalagi bila dakwahnya lebih mantap, keberuntungannya jauh lebih mantap lagi. Pastinya!

****
“Yakin, keberuntunganmu selama ini karena dakwah?” Tanya seorang teman
“Jelas yakin dong! Jelas saya beruntung bukan karena saya lahir bulan Juni dan dinaungi bintang CANCER, dibayang-bayangi shio kelinci, dan secara feng shui susunan nama saya dan apa yang saya lakoni sudah tepat….”

“… bila bukan karena hal-hal ‘najis’ di atas, maka harus ada variabel yang menjadi penyebab keberuntungan tadi. Maka izinkan saya mengutipnya langsung dari kalam suci Allah di QS Ali Imran ayat 104:
"Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebaikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar. Merekalah orang-orang yang beruntung (QS. Ali Imron: 104).

“Disini sudah jelas! Dakwah adalah sebuah variabel utama penentu keberuntungan seseorang!”
Sehingga, tegas saya seraya berseloroh, ketika ada orang mencari peruntungan atau minta diramalkan peruntungannya maka kita sudah bisa mengasih ramalannya…

“Mbah, tolong ramalkan keberuntungan saya di tahun ini…… saya CANCER mbah, shio KELINCI.. kira-kira jenis usaha apa yang cocok supaya saya bisa untung di tahun NAGA AIR ini mbah?”

“Hmmm… hmmmm… “ si mbah berdehem

“Gimana kalau dagang emas mbah?”

“Nggak?”

“Buat showroom mobil?”

“Nggak bikin untung”

“makelar tanah?”

“nggak juga”

“lalu apa mbah?”

“Dakwah! Karena berdasarkan Quran surah AliImran 104, dengan dakwahlah kamu bisa beruntung… bukan yang lain…!”

Hehehehe…..
****   

*inspired dari cerita ustadz saya dan iklan AXIS “Menggandakan Pulsa”.
           

1/17/2012

Jika Perjalanan Ini Adalah Yang Terakhir...


            Hari yang cerah, secerah senyum ibuku saat bertemu denganku kembali. Mungkin karena ibu lega melihat anaknya masih sehat dan bisa menjemputnya kembali hari ini. Iya, ibu selalu mengkhawatirkan keselamatanku, makanya setiap aku meminta do’a darinya sebelum pergi kuliah atau keluar ibu selalu berkata “iya.. ibu mendo’akanmu selalu” dan ‘pasti’ dibarengi dengan “Hati-hati di jalan ya nak, jangan cepet-cepet” ungkapnya harap-harap cemas.

            Pagi tadi kami baru mendapat berita tentang kematian seorang warga komplek kenanga yang sudah berumur 60 tahunan lebih. Kabarnya beliau meninggal karena memang sudah sampai umurnya. ”Semoga amal beliau diterima disisinya” pintaku. Hmm, kurasa sih ini ada hubungannya dengan kekhawatiran ibuku yang berlebihan pagi ini.

            Dunia kembali menyapa, seperti biasa orang-orang sibuk dengan segala aktivitasnya, tanpa terkecuali aku. Usai melihat hasil ujian yang Alhamdulillah memuaskan, timelineku kali ini yaitu menghadiri rapat LDKI/MLC (Moeslem Leadership Camp). Menarik,, konsep yang kami rencanakan insya Allah tidak mengecewakan adik-adik tingkat yang akan ikut nantinya. Namun, ada hal yang membuatku senang pagi ini… konspirasi ‘tersembunyi’ yang biasa kulakukan dengan adik binaanku membuahkan hasil. Akhirnya aku bisa mempenetrasikan ide yang kubawakan dalam IC selama ini. Terlihat sekali dari gaya bicara mereka dalam menanggapi pembicaraan iseng kami tentang “bobroknya sistem kapitalis”. Semoga nantinya kami dimudahkan dalam jalan ini, dan bisa bersama-sama mengusung masa depan demi meraih kesejahteraan umat.

            Zzzzebbbb.. Setting kita tiba-tiba berubah.
            DuuuarrrRR! Dari jauh terdengar dentuman keras seperti momentum antar dua benda yang tabrakan. “Lho? Koq macet?” gumamku dalam hati. Hampir 1/2 jam aku menunggu, padahal aku harus buru-buru menjemput ibu. Takutnya kalau telat ibu mikir yang macam-macam biasanya. Selidik demi selidik benar dugaanku, tidak jauh dari tempatku mengendara terjadi kecelakaan antar dua buah truk yang beradu muka. Lokasinya kira-kira di depan Sei. Salak lokasi ‘pembatuan’ km. 18. Bagian depan keduanya hancur, supirnya pun tewas. Kenapa aku tau? karena aku melihat sendiri tubuh si supir yang masih terjepit di kursi depan saat ingin diselamatkan. Berpikirlah diri ini… Seandainya aku lebih cepat berada di tempat ini, mungkin saja itu aku…
            Zzzzebbbb…

****
Di suatu tempat yang tidak pernah dijumpai manusia, terjadi pertemuan antar dua malaikat. Malaikat Mikail dan malaikat izrail. “Akhi, kamu dapat tugas lagi tuh dari bos.” kata mikail. “Hah? Tugas lagi? Aduhhh.. baru aja nyelesein satu tugas, eh, ada lagi yang baru menghadang. Kapan pensiunnya sih? Gara-gara tugas ini aku jadi banyak dibenci manusia.” keluh Izrail. “Sudah, sudah… syukurin aja lah, jalani aja prosesnya, suatu saat nanti antum pasti pensiun dan ana yakin semua akan indah pada waktunya” ungkap Mikail bijak. *wuihhhh, mikail keren ya

Singkat cerita, Malakul maut akhirnya mau menerima joblist dari Allah SWT. Tertulislah di dalam lembaran buku “Death Note”nya nama manusia yang akan dicabut nyawa olehnya hari ini, lengkap dengan tanggal, bulan, tahun, jam, dan detik kematiannya. Nama manusia tersebut adalah Untung, seorang mahasiswa berumur 19 tahun. Kabarnya sih, meninggalnya  nanti karena digigit ular.

Untung, parasnya tampan, setampan namanya. Dia berasal dari keluarga ningrat, keturunan darah biru kesultanan Malaysia. Kakeknya dari kerajaan Malaysia, dan neneknya orang Indo. Makanya wajah untung pun terlihat Indo belasteran. Hidup dalam kecukupan, semua yang diinginkannya pasti didapatnya. Banyak perempuan yang ingin merebut hati Untung, tapi semuanya ditolak. Itu karena prinsip yang diembannya bahwa “Pacaran itu haram, mendekati zina, saya hanya mau cinta yang diridhoi Allah, yakni cinta yang dilandasi keimanan dan ketakwaan. Cinta yang dijalani dengan aturan Allah, yaitu khitbah dan menikah.”

Untung memang sangat beruntung. Beruntung dalam semua hal, baik dari segi akademis maupun bidang lainnya. Pernah suatu ketika untung bersama teman-temannya mengikuti lomba Nasyid dan lagi-lagi ia mengalami nasib yang baik. Untung dkk nya juara I, wuihhh, hebat ya… Sampai diketahui info bahwa yang ikut Nasyid tersebut hanya 3 grup.

Entah kenapa, hari itu untung kehilangan nasib baiknya.  Malakat Izrail sudah bersiap-siap melaksanakan joblist yang diberikan Allah SWT. Seharian ia mengikuti aktivitas Untung, dari bangun tidur, kuliah, rapat, hingga waktu yang ditentukan telah sampai. “Waktunya sudah hampir tiba nih, sebentar lagi aku harus mencabut nyawa anak ini, tapi… Koq aneh? Disini tertulis “mati karena digigit ular”, dari tadi tidak terlihat tanda-tanda keberadaan ular.” ungkap Malakul maut heran. Namun, Deathline telah tiba, untung harus segera diambil nyawanya.

M.Izrail: Hei manusia! umurmu telah sampai, Allah menugaskanku untuk mengangkat ruhmu.
Untung: Kamu Malaikat Izrail ya?
M.Izrail: Koq tau?
Untung: Karena kamu telah menakut-nakuti hatiku…
M.Izrail: Jyaaahhh. (Gedubrak!!!)
Untung: Kenapa gak bilang-bilang? NELPON gak pernah! SMS gak pernah! kalo gini kan aku belum siap…
M.Izrail: Aku GAKK PUNYA HandphoOOne…
Untung: (Gedubrak!!!)
M.Izrail: Ahhh.. Masa bodoh! Pokoknya akan kucabut nyawamu, Ciiiaaaaatttttt!!!

Akhirnya dengan menggunakan ‘ninjutsu’ andalan Malaikat Izrail, nyawa untung ditarik juga dari jasadnya. Tepat saat jurus tersebut digunakan, ular jatuh dari langit. Ular tersebut sangat agresif, menggigit Untung, dan bisanya mengakibatkan kematian. Koq bisa ada ular? Padahal saat itu Untung sedang berada diperempatan jalan usai melaksanakan shalat Maghrib di Mesjid. Keberadaannya jauh dari semak belukar. Setelah diselidiki ternyata ular tersebut jatuh karena pertarungan sengit di udara dengan elang yang akan memangsanya. Na’asnya lagi, cengkeraman elang terlepas karena ular itu sangat lincah dan jatuh mengenai mahasiswa yang penuh nasib baik tersebut. Beruntung Untung sudah shalat. Semoga amalnya diterima disisi-Nya. Amin
****
(Cerita di atas hanya fiktif belaka, bila ada kesamaan nama mohon dimaapin yee…. Hhaha)

        Dari cerita ini pelajaran apa yang bisa kita ambil? Yap, betul sekali kawan. Kurasa tidak usah berpanjang-panjang menyimpulkannya. Aku yakin kita semua memiliki persepsi yang sama. Persepsi bahwa kematian bisa terjadi kapan saja. Ia tidak mengenal ruang dan waktu. Ia datang kepada siapa saja, tanpa peduli status orang yang akan ditemuinya, bahkan untuk ‘manusia termulia’ sekalipun. Bisa jadi saat berbuat MAKSIAT, kita kedatangan dirinya. Bisa jadi saat ISI KEPALA kita penuh dengan hal yang tidak penting, kita ditemuinya. Bisa jadi saat PACARAN, malaikat izrail datang menghampiri. Bisa jadi pula saat ngebonceng akhwat/dibonceng ikhwan yang BUKAN MUHRIM, di lembaran Death Note tertulislah nama kita. Jika beruntung, bisa jadi saat melaksanakan syari’at-Nya dan mengagungkan kebesaran agama-Nya, saat itu pula kita mati.

            Syukurlah, dalam perjalanan kali ini aku bukan sedang berbuat maksiat, bukan pula memikirkan hal-hal yang tidak penting, dan tentunya juga tidak sedang membonceng akhwat. Namun, semata-mata untuk menjemput Ibu yang sedang menungguku di Banjarmasin. Sebagai salah satu wujud baktiku kepadanya. Karena bisa jadi… Ini adalah perjalanan terakhirku…

****
Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa (Ali Imran: 133)
****

Nah, kalo sudah tau bahwa kematian itu bisa terjadi kapan saja, maka tidak ada alasan lagi untuk melalaikan perintah Allah dan memperjuangkan agama-Nya. Bersegeralah, salah satunya dengan dakwah dan ngaji, nuntut ilmu. Hayoo ngaji… agar HIDUP tampak LEBIH HIDUP.

Senin, 21.10
- Diiringi tuts piano dari soundtrack “Hachiko a Dog Story” - Goodbye Days
- Iseng mematai status binaan dan kawan-kawan
- Selalu tentang ‘kegalauan’, Masya Allah…

1/10/2012

Cinta... Lagi-lagi Cinta...


            Cinta?? Nah.. ini dia pertanyaan terbesar sepanjang masa, apakah cinta itu? Tapi sebelumnya mari kita samakan dulu persepsinya, cinta yang lagi kita bahas sekarang adalah cinta dengan lawan jenis ya, bukan cinta kepada orang tua, saudara, atau yang lain. Oke..? Oke aja deeeh…

            “Cinta itu ya ka, kalo kata d’Bagindas mah C, I, En, Te, A,”. Wuihh... Itu kata kawan kita dr salah satu SMA. Katanya cinta itu adl suatu anugerah yang sangat luar biasa, tp susah didefinisikan. Lain lagi yang diungkapkan salah seorang Mahasiswa di perguruan tinggi swasta ini, dia bilang, “Cinta itu hrs saling menyayangi, mengerti, & memahami, nggak pandang fisik atau materi , kudu bisa nerima apa adanya.” Waaah, anak mahasiswa jawabannya memang berbobot. “Cinta itu adalah rasa suka dlm hati kepada lwn jenis. Biasanya ada keinginan utk memiliki. Tp kadang cinta juga jahat, jd saya nggak terlalu suka sama cinta,” kata seorang siswi dr SMA. Waah.. nggak suka sama cinta?? Ahhh.. yg beneeer.., hehe.

            “Cinta adalah sebuah gaya tarik menarik yang dipengaruhi oleh besarnya frekuensi & kuantitas gelombang yg menggetarkan hati, & melambungkan harapan elemen positif atau positron, sehingga sesuai dengan hukum kekekalan energi, elemen tersebut berimplikasi pada aplikasi di dalam mekanisme pikiran, perasaan, dan suatu aturan yang mendasarinya,” euleuh, euleuh… Kayanya kawan kita ini cucunya Einstein deh.. Heuheu.. Lebih parah lagi yg ini, “Cinta itu BUULSH*T, alias omong kosong,” Eits, emang knp mbak? “Cewe cuma jadi bahan permainan cowok aja, sungguh menyebalkan!” Oo gtu.. Ckckck..

            Pandangan tentang cinta emang subjektif, tergantung dari sudut pandang, pola pikir, dan pandangan hidup masing2 org. Karena itu, kalo ditanyakan ke masing2 org jawabannya beda2. Kesalahan dlm memaknai cinta akan berakibat pada kesalahan bersikap dlm mengekspresikan cinta. Kalo udah begini nanti yg datang adl bencana buat diri kita sendiri. Trus gmn dong makna cinta yg sesungguhnya?

            Nah ini dia. Krn kita muslim, tentunya definisi cinta dlm Islamlah yg kudu kita ikutin dan diaplikasikan. Karena dgn cinta yg Islami inilah kita akan selamat dlm mencintai pasangan kita dlm keridhaan Allah dan RasulNya.

            “Bagi saya cinta sejati adl cinta yg didasarkan pd keimanan kpd Allah & dilaksanakan sesuai tuntutan syari’ah. Inilah cinta sejati yg ada dlm Islam. Selain itu, yg ada hanya cinta gadungan, yaitu cinta palsu yg sebenarnya hanya tipu daya syaithan, atau hawa nafsu, atau cinta ala binatang,” kata Ust. Shiddiq Al Jawi dosen STEI Yogyakarta. Waah.. Betul sekali ustadz, saya setuju! Nah.. Catet tuh bro..

            Itulah dia cinta sejati, cinta yg dibangun di atas kecintaan & ketaatan kpd aturan Allah & RasulNya, syari’at Islam. Kalo kt sungguh2 mencintai pasangan kt, mk cara mencintainya hrslah dgn menaati aturan Allah & RasulNya, yaitu dgn menikah. Kalo diluar itu kaya’ pacaran sih bukan cinta namanya. Dgn kata lain, kalo kita mencintai pasangan bukan dgn syaria’at Allah & RasulNya sebenernya itu cuman cinta semu, yg akan menyisakan luka & dosa di hati. Hayoo.. . Nah, Utk mengetahui scr mendalam bagaimana Islam mengajarkan caranya mencintai dan dicintai pujaan hati, nggak ada cara lain selain dgn ngaji, nuntut ilmu (ta’lim). Hayo ngaji.. biar cinta tetep bersemi demi meraih ridho illahi.. Yuk! (disaring dari majalah d’riser edisi 10)

            Teruslah melangkah maju, jgn pernah berhenti, walau hrs terpincang-pincang, atau hrs merangkak, tetap pertahankan apa yg telah mjd cita2 kita. Jgn pernah menyerah, kalau menyerah tandanya kalah. Jgn pernah berhenti, kalau berhenti nanti menyesal di kemudian hari. Jgn takut, kalau takut nanti kita tdk akan pernah melakukan apa2 dlm hidup kita. Jgn hiraukan org2 yg bisanya cuma menghina atau mencela, krn apa yg mereka katakan tdk akan pernah ada pengaruhnya pd kt. Kita akan tetap maju dgn cita2 kita, sementara mereka akan berhenti dgn celaan & hinaan mereka sendiri. Kelak, semua akan mengetahui siapa yg akan tersenyum paling akhir.

Ballighu ‘anni walau ayah. Islam Kaffah is my dream, The Death with Husnul Khatimah is my pray, PSKM Islami is my hope, missionary of Islam is my destiny
*agent_of_change 92

Sebuah Kisah Klasik Untuk Masa Depan...



                Saya sebenarnya tak ingin menulis masalah ini, tapi akhirnya saya sadar bahwa harus ada yg saya sampaikan. Sebuah persahabatan, kalo mengingat kata tersebut saya teringat Hatake Kakashi yg pernah ngomong “manusia yg tidak taat pada aturan adalah sampah, tapi yg tidak peduli terhadap sesamanya lebih buruk daripada sampah”. Ya bagi saya persahabatan adalah sebuah kepedulian dan karena kepedulian tersebut saya menuliskan catatan ini.

                Ah... ngapain saya harus berpanjang kata, bikin lama. Toh semuanya berjalan dengan cepat, termasuk hari2 yg saya jalani. Termasuk sahabat2 yg mewarnai hidup ini. Rasanya baru kemarin saya dan teman2 diberi amanat oleh guru2 SD kami mengelola perpustakaan sekolah kami, tapi sekarang saya telah kehilangan mereka, semua yg tiada kabar berita. Rasanya baru kemarin saya nongkrong ngabisin bosan di pojok perpus MTsN, trus kabur pas jam pelajaran kosong, itupun gak langsung pulang, tapi nongkrong di lapangan bola., ngapain? Main layang2, kelereng, & main bola lah... Namanya juga masa kecil, tapi sekarang ketika ketemu mereka semua sudah berubah, sudah lebih dewasa.

                Rasanya juga baru kemarin saya duduk di bangku SMA, Tapi sekarang ketika menatap foto kami sesudah lulus, saya selalu berseru dalam hati, kalian sekarang ada dimana? Lagi apa ya? Dan heninglah hati. Rasanya baru saja kita melewati hari-hari bersama, berusaha & berjuang menggapai mimpi kita. Dan rasanya baru kemarin kaki ini melangkah di sebuah gerbang bernama Perguruan Tinggi FK UNLAM. Baru kemarin saya bercanda dengan teman2 sesama Maba pas OSPEK P2B, bersama2 mengasah sebuah idealisme, hingga merencanakan sebuah masa depan. 

                “Many people will walk in and out of your life. But only true friends leave their footprints in your heart.” Kalo ini mah kata openmind, tapi ada benarnya juga. Makanya saya tulis ulang di sini (bilang aja nyontek). Ya.. sebuah kisah klasik untuk masa depan, kata lagunya Sheila on7. 

                Dan bicara masalah kisah klasik (saya tidak berharap dia hanya jadi kisah klasik) saya jadi teringat dengan KSI Al Furqan dan FKKSI, khususnya para individu di dalamnya. Saya pikir usia setahun merupakan salah satu fase usia dini, jalan didepan masih panjang, masih ada kesempatan tuk berkembang, dan yang pasti jangan sampai layu sebelum berkembang. Entahlah, saya tidak bisa menyalahkan siapapun karena saya lebih suka menyalahkan diri saya sendiri yg tak bisa berbuat apapun (hanya omong doang). Bagi saya KSI Al Furqan, FKKSI, & MD tidak hanya sekedar ajang ngumpul, dan sekedar bikin acara rame2. ia adalah cita-cita, ia adalah sebuah amanat yg telah disematkan pada setiap pundak kita.

                Yg ingin saya sampaikan adalah tanggung jawab moral kita ketika harus memegang amanah dakwah. Saya tahu saya memiliki banyak kekurangan dan tidak pantas berbicara di atas. Tapi bagaimanapun kondisi kita, saya selalu berharap kita bisa tetap profesional dalam mengelola dakwah. Profesional disini gak harus dengan bikin acara besar tapi kemudian gak ada follow up. Bikin acara besar sih oke saja tapi yg lebih penting ada kesinambungan sehingga dakwah tidak hanya terus bernafas tapi bisa berkembang dan semakin dewasa. Dan cara2 sederhana pun bisa dipakai. Diskusi ringan di kantin sekolah atau lapangan olahraga hingga bikin bulletin sederhana. Prinsip do it your self pun bisa digunakan. Karena kapan lagi kalo bukan hari ini, dimana lagi kalo bukan disini, dan siapa lagi kalo bukan kita.

                Terakhir ingin saya sampaikan sebuah pesan. Terutama untuk diri saya sendiri dan juga untuk mereka yg saat ini sedang memegang amanah dakwah dimanapun. Kita semua tau bahwa setiap kita pasti memiliki perbedaan. Kita semua pasti memiliki kelemahan2 yg menghambat laju dakwah. Tapi itu semua pasti tertutupi dengan kelebihan yg kita punyai dan juga kerjasama kita dengan sesama kita di jalan dakwah.

                Saya jadi teringat kisah di komik Naruto, ketika Shikamaru gagal melaksanakan misi dan menyebabkan kawan2nya terluka. Ia menangis, tapi oleh ayahnya ia dianggap bukan laki-laki kalo hanya bisa menangis. “Mulai sekarang kamu harus melatih dirimu sendiri, kamu harus kuat, hingga suatu saat kamu bisa melindungi kawanmu. “

Orang Bilang Utopis
Kami Bilang Realistis
Orang Bilang Percuma
Kami Bilang Cita-cita
Orang Bilang Berat
Kami Bilang Nikmat
Orang Menganggap Lucu
Kami Anggap Kerja Bermutu
My Life, My Choice

(agent0fchange92)

1/09/2012

Menyambut Janji...

Kutepiskan semua keraguan jiwa
Dan kuganti dengan kepastian
Hatiku ini yang mulai mengerti
Dan berani tuk menyambut janji…

                Mungkin kalian sudah sering mendengarnya, yap.. untaian kalimat tersebut merupakan potongan lagu dari Letto “Menyambut Janji”. Jika kita perhatikan serangkai kalimat tersebut dengan pikiran yang bersih, ternyata penuh makna juga, Iya... Akhir-akhir ini aku sering sekali memutarnya di laptopku sebagai pengiring waktu belajar. Yah.. maklum aku tipe seseorang yang suka bosan kalau belajar tanpa iringan musik.  Makanya dalam fase final test ini, lagu inilah yang menjadi list teratas di library mp3 ku, diiringi juga Coldplay “Clocks”, Coldplay “Speed of sound”, soundtrack ost  X-Men First Class, Yui “Skyline”, Hans Zimmer  “Red Warrior”, dan “Spirit” ost Team Medical Dragon diurutan2 selanjutnya. Namun, tidak kutampikkan juga bahwa list favorit dalam libraryku adalah Al-Baqarah, Ali Imran, Yaa Sin, dan beberapa surah terakhir lainnya yang menyusul, hehe.

                Lirik grup band bergenre pop ini memang selalu menarik, makanya dari dulu aku lebih menyukai band ini daripada band lainnya karena aransemennya yang bagus dan alur katanya yang sastra banget. Mungkin karena mereka kuliah dijurusan sastra kali ya.. Tapi masa bodoh dengan letto, disini aku bukan sedang membicarakan tentang mereka. Yang kubahas sekarang adalah tentang bagaimana caranya kita meyakini janji Allah dan Rasul, dan bagaimana implementasi kita untuk ‘menyambut janji’ tersebut.

                “Jika suatu saat nanti kalian ditanya, mana hasil perjuangan kalian selama ini? Apa yang akan kalian katakan?”  Baru kemarin rasanya aku dilemparkan sebuah pertanyaan yang membuatku harus memutar otak lagi. Saat itu kami sedang halaqah dan seperti biasa aku dan kawan-kawan kembali dihadapkan dengan seorang ustadz muda yang membebani pikiran kami satu per satu. Kawan-kawan pun mengemukakan persepsinya masing2 dengan optimis, sampai tiba giliranku maka dengan santainya ku jawab “Belum aja lagi ustadz, nanti pasti akan terwujud”.

                Seakan-akan menguatkan penekanan pada pertanyaannya, lagi-lagi ia mengungkapkan sesuatu yang membuat kami tak bergeming. “Mungkin mudah bagi kalian untuk mengungkapkan semua hal tersebut, tapi ketika posisi kalian nanti sudah menginjak bertahun-tahun menggeluti bidang ini, berpuluh tahun memperjuangkan dakwah kalian, ‘Belum aja lagi..’ seenak itukah kalian mengucapkannya? Sementara mereka diluar sana semakin merajalela, menertawakan dan meremehkan perjuangan kita yang belum ada hasil memuaskan.”
                Termenunglah aku… Dalam kepalaku masih saja terngiang-ngiang kata-kata itu…
                Sementara……………………………….

******
                Nun jauh disana, di suatu Negeri Timur Tengah, tepatnya di Muktah sebuah kota dekat Syam wilayah yordania, kira-kira 1000 tahunan yang lalu, genderang perang telah berbunyi. Berdirilah tiga orang panglima pasukan kaum muslimin yaitu Zaid bin Haritsah, Ja’far bin Abi Thalib, dan Abdullah bin Rawahah, bersama-sama dengan para sahabat lainnya mereka siap menyambut kekuatan 100.000 pasukan inti Romawi yang terlatih, berpengalaman, dan membawa persenjataan lengkap. Selain itu, 100.000 milisi Nasrani Arab dari kabilah-kabilah Lakham, Judzam, Qudha’ah, dan lainnya juga ikut andil dalam membantu tentara Romawi. Sementara, tentara kaum Muslimin yang dipimpin Zaid bin Haritsah (saat itu) hanya berkekuatan 3.000 tentara.

                Ternyata jauh sebelum itu, Rasulullah telah berpesan, "Jika Zaid tewas atau cidera, komandan digantikan Ja’far bin Abi Thalib. Seandainya Ja’far tewas atau cidera pula, dia digantikan Abdullah bin Rawahah. Dan apabila Abdullah bin Rawahah cidera atau gugur pula, hendaklah kaum muslimin memilih pemimpin/komandan di antara mereka." Inilah janji yang di pegang teguh oleh para sahabat sehingga dengan dahsyatnya mereka bertempur tanpa takut memikirkan jumlah yang tidak seimbang itu.

                Pertempuran segera berkobar dengan hebatnya. Zaid bin Haritsah gugur sebagai syahid ketika dia dan tentaranya sedang maju menyerbu ke tengah-tengah musuh. Melihat Zaid jatuh, Ja’far segera melompat dari punggung kudanya, kemudian secepat kilat disambarnya bendera komando Rasulullah dari tangan Zaid, lalu diacungkan tinggi-tinggi sebagai tanda pimpinan kini beralih kepadanya. Dia maju ke tengah-tengah barisan musuh sambil mengibaskan pedang kiri dan kanan memukul rubuh setiap musuh yang mendekat kepadanya. Akhirnya musuh dapat mengepung dan mengeroyoknya. 

                Ja’far berputar-putar mengayunkan pedang di tengah-tengah musuh yang mengepungnya. Dia mengamuk menyerang musuh ke kanan dan kiri dengan hebat. Suatu ketika tangan kanannya terkena sabetan musuh sehingga buntung. Maka dipegangnya bendera komando dengan tangan kirinya.  Tangan kirinya putus pula terkena sabetan pedang musuh. Dia tidak gentar dan putus asa. Dipeluknya bendera komando ke dadanya dengan kedua lengan yang masih utuh. Namun tidak berapa lama kemudian, kedua lengannya tinggal sepertiga saja dibuntung musuh. Ja'far pun syahid menyusul Zaid. 

                Secepat kilat Abdullah bin Rawahah merebut bendera komando dari komando Ja’far bin Abu Thalib. Pimpinan kini berada di tangan Abdullah bin Rawahah, sehingga akhirnya dia gugur pula sebagai syahid, menyusul kedua sahabatnya yang telah syahid lebih dahulu.
******
                Dulu ketika aku membaca kisah ini, sempat terpikir olehku “Seandainya aku yang berada di posisinya Zaid/Ja’far/Abdullah mungkin saja saat itu aku hanya duduk santai berkuda sambil memberi perintah dan menyemangati pasukanku ‘Semanggat, semanggaat, ayo dongg! gimana sih kalian! pukul! sabet! Ganbatte! Hamasah! Chayoo kawan2!’ ya.. bisa saja itulah hal yang kulakukan. Kenapa? Toh Zaid bin Haritsah cs juga akhirnya akan syahid juga kan. Dari awal kan Rasulullah sudah janji bahwa mereka bertiga pasti akan gugur, yang artinya akan syahid pula. Namun, patutkah hal tsb dilakukan? Tidak, karena baik Zaid maupun sahabat lainnya ingin membuktikan keimanan dan kesungguhan mereka untuk ‘menyambut janji’ tersebut.

                Kejadian ini sama halnya dengan Dekan yang mengatakan kepada kita “Tahun depan kamu akan menjadi lulusan terbaik lho..”. Wuihh.. Bila sudah dicap seperti itu mungkin saja kan kita jadi malas2 an belajar tanpa peduli dengan apapun. Toh, nantinya pasti lulusan terbaik juga. Patutkah hal itu kita lakukan? Tidak, karena kita ingin membuktikan kualitas diri untuk diakui menjadi yang terbaik.

                Kini aku mengerti jawaban dari ustadz yang belum juga kawin itu “Yang terpenting bukanlah hasil, tapi proses..” Iya.. bukan karena hasil yang belum ada sehingga menyebabkan usaha dan semangat kita menjadi luntur. Bukan juga karena janji Allah dan Rasul-Nya sudah terpatrikan, maka kita jadi bermalas-malasan untuk memperjuangkan agama-Nya. Tapi… proseslah yang terpenting, apakah implementasi kita untuk ‘menyambut janji’ yang benar2 real akan terjadi itu sudah terkategori layak atau belum. Sehingga, meskipun sekarang, sampai nanti, ataupun sampai mati Islam belum berdiri sempurna, tetaplah berjuang kawan… Setidaknya generasi penerus kitalah yang nantinya ‘pasti’ akan menikmati manisnya hasil perjuangan ini. Dan jangan khawatir, semoga usaha dan kerja keras kita inilah yang menjadi amal jariah di akhirat kelak.

                Sebenarnya sangat banyak contoh peristiwa yang berkaitan dengan ungkapan janji Allah dan Rasul SAW. Yang jelas.. bagi orang2 yang beriman, semestinya tak ada keraguan padanya bahwa janji Allah dan bisyarah Rasulullah pasti akan terwujud. Janji bahwa umat Islam adalah umat yang terbaik. Janji bahwa orang2 yang menyeru kepada yang ma’ruf dan mencegah kemunkaran adalah orang2 beruntung. Janji bahwa surgalah imbalan bagi orang2 yang taat kepada-Nya. Janji bahwa Islam kaffah pasti akan tegak kembali. Janji bahwa khilafah yang bermanhaj kenabian pasti akan berdiri lagi. Maka sudah sebuah KENISCAYAAN baginya untuk MEYAKINI janji itu MELEBIHI keyakinan akan terbitnya MATAHARI. Allahu Akbar! Allahu Akbar!! Allahu Akbar!!!

****
“Hai orang-orang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu”. (Muhammad : 7)
“Jika Allah menolongmu, maka tidak ada (satu kekuatan pun) yang dapat mengalahkanmu” (QS. 3:160).”
****

Inikah janji?
Inilah janji!
Inilah kepercayaan!!
Inilah kepastian!!!

Senin, 15.16
-Dengan Headset ditelinga
-Diiringi Hollywood Studio Symphony - “Red Warrior”
-Sesaat sebelum ngantar ibu ngisi pengajian, 45 menit sebelum menghadiri TM LKMM

*agent_of_change92 - mahasiswa yang kurang pandai bicara tapi suka nulis